Bedah Buku: Tidak Meremehkan Orang Lain

Jurnalis : Ciu Yen (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)
 
 

fotoSandy Gunarso Shixiong membawakan sharing dengan gaya bicara yang lucu agar para peserta bedah buku tetap semangat dan suasana terasa santai dan lebih nyaman.

“Kita dapat melihat bahwa yang Buddha ingin kita lakukan adalah selalu mempunyai sikap menghormati orang lain. Ada banyak orang dan peristiwa-peristiwa kecil di dunia, tetapi kita tidak boleh memandang rendah mereka semua.” (Master Cheng Yen)

 

 

 

“Sulit untuk Tidak Meremehkan Orang Lain” merupakan kesulitan ke-13 dari buku 20 Kesulitan dalam Kehidupan. Bedah Buku sudah merupakan kegiatan rutin yang diadakan He Qi Utara setiap hari Kamis jam 7 malam, bertempat di Jing Si Books & Café Pluit Jakarta Utara. Pada kesempatan kali ini kembali kami mengundang Sandy Gunarso Shixiong, seorang reporter dari DAAI TV Indonesia dengan karakteristik pembicara yang kocak dan lucu, mengundang tawa dari 22 orang peserta yang hadir pada malam itu sehingga suasana pun terasa santai dan lebih nyaman. Ini merupakan yang ketiga kalinya bagi Sandy Gunarso Shixiong berkesempatan hadir dalam bedah buku He Qi Utara.

Buddha berkata, “Sulit untuk tidak meremehkan orang lain.” Kata kuncinya di sini adalah meremehkan. “Saya pernah meremehkan orang lain, saya juga pernah diremehkan,” demikian menurut penuturan Sandy Gunarso Shixiong memulai sharingnya. Mengapa kita meremehkan orang lain? Semata-mata dikarenakan “ego” kita yang selalu merasa diri sendiri lebih baik, lebih pintar dan merasa paling benar dibandingkan dengan orang lain. Manusia awam masih ditutupi oleh tiga kekotoran batin yaitu keserakahan, kebencian, dan kebodohan. Sifat suka meremehkan merupakan cerminan dari kekotoran batin yaitu kebodohan. Tanpa disadari karena sering meremehkan orang lain kita menjadi pribadi yang angkuh dan arogan, tidak bisa menerima kritikan dari orang lain.

Biasanya sifat meremehkan muncul karena kita berpikiran sempit, hanya menilai seseorang dari segi materi, penampilan, dan pendidikan. Seringkali kita terjebak oleh “penampilan”, karena itu berhati-hatilah jangan menilai seseorang hanya karena penampilan luarnya saja, tetapi ketahuilah dari apa yang telah dilakukannya maka itu akan lebih baik. Ketika bertemu dengan lawan bicara yang pendidikannya lebih rendah kita bersikap acuh dan malas karena menganggap orang tersebut tidak mengerti. Tetapi kenyataannya tidak ada orang di dunia ini yang terlahir dengan bakat terpelajar, semua itu harus diakumulasikan dari waktu ke waktu. Ketika seseorang kurang pengetahuan bukan berarti bahwa ia tidak akan pernah belajar, melainkan ia hanya belum belajar. “Tidak mengetahui bukan berarti tidak dapat dipelajari”, tetapi segala sesuatu bisa dipelajari hanya saja mungkin kesempatan itu belum datang.

foto  foto

Keterangan :

  • Tema yang dibahas pada hari bedah buku 20 Kesulitan dalam Kehidupan kali ini adalah "Sulit untuk tidak meremehkan orang lain(kiri)
  • Bedah buku ini rutin diadakan setiap hari Kamis di Jing Si Books & Cafe Pluit. (kanan)

Saat berada di luar kita bertemu dengan banyak orang. Ketika bertemu dengan seorang penyapu jalanan apakah yang terlintas dalam pikiran kita? Pada umumnya orang akan merasa jijik karena menganggap remeh suatu pekerjaan (profesi) tertentu, namun pernahkah kita berpikir seandainya tidak ada orang yang berprofesi sebagai penyapu jalanan yang membersihkan jalan tersebut lantas akan seperti apakah keadaan negeri kita? Ketika berada dirumah pun kita sering membantah nasihat dari orang tua sendiri, karena menganggap orang tua kita ketinggalan zaman serta merasa diri sendiri lebih pintar. Bahkan terkadang kita juga meremehkan diri sendiri. Saat mendapatkan satu perlakuan yang tidak baik atau diremehkan reaksi orang-orang pada umumnya adalah menjadi minder, menutup diri, dan putus asa. Artinya adalah secara tidak langsung kita telah “membunuh” orang tersebut secara mental. Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi bakat yang berbeda-beda tentu saja bakat ini juga harus terus diasah agar bisa berkembang. Dengan menerima semua hinaan sebagai motivasi untuk terus belajar menjadi lebih baik, terus bergerak maju dan mencari tahu sehingga kita tidak meremehkan diri sendiri. “Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri,” tegas Sandy.

Ketika kita meremehkan atau menghina orang lain artinya kita sedang “berjalan di tempat”. Mengapa? Karena kita terlalu sibuk untuk menilai orang lain, sedangkan diri sendiri lupa untuk belajar, pada akhirnya kita kehilangan seorang teman karena tidak berusaha untuk menjalin jodoh baik dengan orang lain. Sifat meremehkan orang lain serta tidak sanggup menerima kenyataan bahwa orang lain lebih baik darinya sehingga memberikan tekanan jiwa dan depresi. Ingatlah “di atas langit masih ada langit”, jadi kita tidak berhak untuk meremehkan orang lain.

Setiap orang ingin dihormati dan disanjung. Ketika kita bisa menghormati dan tidak menganggap remeh orang lain serta menghargai orang lain maka kita pun akan dihormati. Dengan jalinan jodoh baik memiliki banyak teman, disayangi, keberuntungan dan perasaan damai akan datang kepada kita. Pada dasarnya setiap orang adalah baik. Daripada menilai sisi buruk orang lain lebih baik kita menggali sisi baiknya, menghormati, dan menikmati setiap moment  (keadaan) saat sendiri maupun saat bersama dengan orang lain. Menyadari bahwa setiap orang memiliki kemampuan tanpa batas untuk maju.

  
 

Artikel Terkait

Kasih Natal Menghangatkan Anak-anak Panti Vita Dulcedo

Kasih Natal Menghangatkan Anak-anak Panti Vita Dulcedo

12 Desember 2024

Ditengah perbedaan agama, Tzu Chi dan Panti Asuhan Vita Dulcedo membuktikan bahwa cinta kasih dapat menyatukan. Kunjungan kasih ini menjadi bukti bahwa kebersamaan dan toleransi dapat menciptakan dunia yang lebih indah.

Cara Sederhana Dalam Mengatasi Gangguan Kesehatan

Cara Sederhana Dalam Mengatasi Gangguan Kesehatan

07 November 2013 Tujuan dari kegiatan ini agar anggota TIMA Bandung khsusunya dokter gigi mendapatkan ilmu yang bermanfaat serta dapat dipraktikkan langsung dikemudian hari.
Pasca Merapi : Tetap Tabah dan Semangat

Pasca Merapi : Tetap Tabah dan Semangat

22 Februari 2011 Prihatin melihat kondisi kehidupan pengungsi, Senin, 21 Februari 2011, relawan Tzu Chi memberikan bantuan kepada para pengungsi di TPA Desa Sirahan. Bantuan yang diberikan berupa peralatan mandi (sabun, ember, gayung, handuk), sandal, peralatan makan, dan selimut.
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -