Bedah Buku:Tiga Puluh Tujuh Faktor Pendukung Mencapai Pencerahan

Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)
 

foto
Livia Shijie didampingi oleh Adenan Shixiong yang juga merupakan relawan senior yang cukup fasih dalam Buddha Dharma mengambil tanggung jawab untuk memimpin kegiatan bedah buku ini.

Bedah buku hari Kamis di Jing Si Books & Cafe Pluit yang biasanya rutin diadakan seminggu sekali kembali bergeliat setelah sempat vakum sejak beberapa bulan yang lalu. Tanggal 19 September 2013, dilihat dari jumlah hadirin yang mencapai 51 orang malam itu, kita dapat mengetahui ternyata antusias peserta masih menyala. Topik pembahasan yang diangkat adalah “Tiga Puluh Tujuh Faktor Pendukung Mencapai Pencerahan.”

Menurut Livia Shijie selaku koordinator acara, topik ini sangat penting dan harus segera dipelajari bersama. Ini juga merupakan salah satu persiapan bagi relawan menjelang pelatihan nasional yang akan diadakan di Aula Jing Si dalam waktu dekat, setiap relawan harus lebih giat lagi.

Mendengar istilah Tiga Puluh Tujuh Faktor Pendukung Mencapai Pencerahan, bagi orang awam tentu terasa asing, bahkan bagi umat Buddha juga ada yang masih belum benar-benar memahaminya. Untuk itu, Master Cheng Yen sebagai guru dan pembimbing insan Tzu Chi, melalui program acara Sanubari Teduh menjabarkan apa yang dimaksud dengan 37 faktor tersebut, bagaimana memahaminya dan mempraktikkannya dengan baik. Livia Shijie didampingi oleh Adenan Shixiong yang juga merupakan relawan senior yang cukup fasih dalam Buddha Dharma mengambil tanggung jawab untuk memimpin kegiatan belajar bersama ini. “Batin harus kita latih. Belajar Buddha Dharma adalah belajar melatih batin. Ada faktor-faktor yang mendukung, 37 faktor itu membuat kita selalu berada di dalam rel (tidak keluar dari jalur),” tutur Adenan Shixiong.

“Perbuatan Benar” yang Harus Dipraktikkan   
Dari video Sanubari Teduh yang diputar, Master Cheng Yen menjelaskan terlebih dahulu mengenai ketidakkekalan. Karena tidak ada yang kekal, maka risau dan berhitungan juga tidak ada gunanya. Dalam melatih diri, kita harus bisa melenyapkan noda batin. Senang ataupun sedih, keduanya sama-sama adalah noda batin. Untuk itu kita perlu mempraktikkan Empat Pikiran Tanpa Batas dan Enam Paramita. Empat Pikiran Tanpa Batas adalah: Cinta kasih tanpa batas, Welas asih tanpa batas, Sukacita tanpa batas, dan Keseimbangan Batin tanpa batas. Sedangkan Enam Paramita adalah : Dana Paramita, Sila Paramita, Ksanti Paramita, Viriya Paramita, Dhyana Paramita, dan Prajna Paramita. Master Cheng Yen mengatakan, Empat Pikiran Tanpa Batas dan Enam Paramita ini disebut sebagai “Perbuatan benar” yang harus kita praktikkan.  

foto  foto

Keterangan :

  • Topik pembahasan yang diangkat adalah "Tiga Puluh Tujuh Faktor Pendukung Mencapai Pencerahan" dengan pemutaran program Sanubari Teduh (kiri).
  • Livia Shijie selaku koordinator kegiatan bedah buku mengatakan topik ini sangat penting dan harus segera dipelajari bersama (kanan).

Meski telah membangkitkan Bodhicitta dalam batin, namun sebagai makhluk awam, jalan Bodhisatwa ini sungguh sulit dilalui. Bila tidak dapat mempertahankan tekad dan keyakinan yang kuat, maka kita akan dengan mudah terjatuh dalam perangkap di sekeliling kita. Karena itu dibutuhkan 37 faktor yang mendukung pencapaian pencerahan. Tiga puluh tujuh faktor itu terdiri dari: Empat landasan perenungan, Empat usaha benar, Empat dasar kekuatan batin, Lima akar, Lima kekuatan, Tujuh faktor pencerahan, dan Jalan mulia beruas delapan. Kemudian Empat landasan perenungan terdiri dari: perenungan bahwa tubuh ini kotor, perenungan bahwa perasaan membawa derita, perenungan bahwa batin tidak kekal, dan perenungan bahwa segala fenomena adalah tanpa inti.

foto  foto

Keterangan :

  • Insan Tzu Chi mengadakan kegiatan bedah buku di Jing Si Books & Cafe Pluit pada tanggal 19 September 2013 (kiri).
  • Sebanyak 51 orang peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini hingga selesai acara (kanan).

Faktor pertama yaitu Perenungan bahwa tubuh ini kotor, dijabarkan oleh Master Cheng Yen dengan baik sehingga dapat dipahami oleh peserta. Video Sanubari Teduh yang diputar di-pause setiap sepuluh menit, kemudian peserta bedah buku akan saling sharing berbagi pengalaman berkenaan dengan yang Master ucapkan. Menurut Adenan Shixiong, akan lebih baik kita menyimak ucapan Master tidak langsung seluruh isi video tapi berhenti sejenak, “karena setiap kata yang Master ucapkan, semuanya sangat berharga dan memiliki makna yang sangat mendalam,” jelasnya. “Bila tidak, maka pasti ada yang terlewatkan.”

Dari 37 faktor pendukung mencapai pencerahan, ternyata hanya satu faktor yang sempat dibahas dalam satu sesi bedah buku saat itu, sehingga faktor-faktor berikutnya akan dibahas di bedah buku berikutnya. Bila dibahas secara mendalam, barulah akan benar-benar memahami. Para peserta yang memang rata-rata adalah insan Tzu Chi itu sepakat agar pembahasan dan belajar bersama akan berlanjut setiap minggu di hari yang sama. Di akhir acara, Livia Shijie memutar lagu dan video klip isyarat tangan SānshíqÄ« zhù dào pǐn (37 Faktor Pendukung Mencapai Pencerahan) untuk disimak bersama, yang mana lirik lagunya berisi kalimat-kalimat Dharma berkenaan dengan 37 faktor itu. Belajar bersama, membahas Dharma bersama, dan saling sharing melalui kegiatan bedah buku, semoga kegiatan ini dapat senantiasa membawa manfaat positif bagi semua orang.

  
 

Artikel Terkait

Gempa Nepal : Dari Tzu Chi untuk Pengungsi Maheswori

Gempa Nepal : Dari Tzu Chi untuk Pengungsi Maheswori

05 Mei 2015
Meski penyaluran bantuan hari itu cukup melelahkan, sepuluh relawan setempat mengaku bahagia dapat membantu dan bertekad membantu lagi keesokan harinya. Sedangkan para pengungsi juga menyambut baik bantuan dari Tzu Chi.
Suara Kasih: Mewariskan Semangat Tzu Chi

Suara Kasih: Mewariskan Semangat Tzu Chi

18 Januari 2012 Selama kita mendekatkan hati kita dengan hati Buddha, saya yakin tekad kita untuk menapaki Jalan Bodhisatwa akan sangat kokoh. Karena itu, kita harus memiliki hati Buddha yang penuh dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin.
Wariskan Kali Angke yang Bersih

Wariskan Kali Angke yang Bersih

21 Juli 2011
Wakil Ketua Yayasan Budhha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma mengatakan, Tzu Chi selalu memegang prinsip cinta kasih universal, membantu tanpa memandang agama, suku dan ras.
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -