Sulusia berjualan makanan dan minuman ringan di dekat rumahnya untuk membantu perekonomian keluarga.
Jarum jam menunjukan pukul sepuluh pagi, rona cerah mulai tampak di ufuk Utara. Dari kejauhan sekilas terlihat seorang wanita paruh baya dengan raut wajah berseri bahagia sedang menyapu teras rumah bercat putih dengan kombinasi abu-abu beratap biru. Sepintas juga terdengar gelak tawa gembira sekumpulan bocah yang bermain di sepanjang gang sempit.
Momen bahagia itu tergambar ketika tiga orang relawan Tzu Chi yang juga Tim Program Bedah Kampung Tzu Chi di Kamal Muara: Teksan Luis, Joe Riadi, dan Hok Lai datang berkunjung ke rumah Sulusia (49), salahsatu warga Kamal Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Sulusia merupakan salah satu warga penerima bantuan bedah rumah Tzu Chi di Kamal Muara Tahap ke-1 pada tahun 2018 lalu.
Dengan ramah, Sulusia yang biasa disapa Ibu Sulu membagikan cerita bahagianya setelah menempati rumah program bedah kampung dari Yayasan Tzu Chi kurang lebih enam tahun lalu. Dirinya tak pernah bermimpi akhirnya bisa memiliki rumah yang layak untuk dihuni.
Hok Lai, Teksan Luis, dan Joe Riadi, relawan pendamping program bedah kampung di Kamal Muara mengunjungi rumah Sulusia yang dinding rumahnya sudah dilapisi wallpaper bermotif batik.
“Saya sangat bahagia sekali telah dibantu sama Buddha Tzu Chi, tidak hanya dibantu pembangunan rumah saja, saya (juga) diberikan peralatan rumah tangga seperti kompor gas, alat menanak nasi (magic com), tempat tidur, meja, kursi, karpet, seneng sekali saya,” ungkap Ibu Sulu.
Rumah yang dibangun oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sangat bagus dan nyaman untuk ditinggali. Bangunannya permanen dengan fasilitas tiga kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi, dapur, dan ada teras di depan rumah. Hal itu membuat keluarga Sulusia dan dua orang anaknya bisa berkumpul bersama dalam menjalani hari-hari bahagia. Kurang lebih enam tahun sudah Sulusia dan keluarga menempati rumah ini, dan hingga kini bangunan tersebut masih terawat. Bahkan Sulusia dan suaminya berinisiatif mempercantik dinding-dinding rumah dengan memasang wall paper.
Selain kenyamanan tinggal di rumah yang lebih sehat dan baik, Sulusia juga menambahkan berkat bantuan fasilitas tambahan yang diberikan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi, anak-anaknya kini bisa belajar dengan lebih nyaman. Ia bahkan berharap anak-anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik. “Pengennya pendidikan anak-anak biar sampai sekolah tinggi, pengen sukseslah, kalo ibunya susah, biar anaknya yang sukses,” tegas Sulusia.
Sulusia sedang bersih-bersih di teras rumahnya yang dibangun oleh Tzu Chi pada tahun 2018 lalu.
Anak pertama Sulusia, Zahra (18) baru lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ia baru beberapa hari bekerja di sebuah perusahaan jasa pengiriman barang. Keinginan dan tekad Zahra untuk kuliah sangat kuat, ia ingin mengangkat kondisi ekonomi keluarganya.
“Sebenarnya anak saya maunya kuliah, Zahra pernah bilang ke saya ingin kuliah. Bagaimana mau kuliah, saya nggak ada biaya, kuliah biayanya besar,” ucap Sulusia ke Zahra. Sehari-hari, Komarudin, suami Sulusia bekerja sebagai buruh harian di pelelangan ikan. Sementara Sulusia sendiri berdagang makanan kecil-kecilan di dekat rumahnya.
“Karena melihat keadaan ekonomi keluarganya susah, dia ingin sekali membantu kedua orang tuanya,” ucap Sulusia dengan suara bergetar. Suatu ketika Zahra mengutarakan keinginannya untuk kuliah kepada kedua orang tuanya. “Zahra pengen kuliah Bu,” ucap Zahra. “Ibu
gak ada duit Zahra, kuliah kan mahal biayanya,” ucap Sulusia. “
Kalo gitu Zahra mau kerja dulu nanti beberapa tahun lagi Zahra mau kuliah,” ucap Sulusia
mengingat perkataan Zahra sambil menangis.
Relawan Tzu Chi juga memberikan perhatian dan pendampingan kepada keluarga penerima bantuan bedah rumah.
Pada suatu hari, Teksan Luis, relawan Tzu Chi yang juga Koordinator Progaram Bedah Rumah Tzu Chi di Kamal Muara datang mengunjungi rumah Sulu, dan kebetulan ada Zahra yang sedang membantu ibunya menyiapkan dagangan di warung. Teksan menanyakan kabar Zahra yang tahun ini baru lulus sekolah SMK. Teksan menanyakan kepada Sulusia kelanjutan pendidikan Zahra setelah lulus SMK.
“Zahra mau diterusin kemana pendidikannya,” tanya Teksan kepada Sulusia. “Kalau ada biayanya anak saya mau kuliah Pak,” jawab Sulusia. Teksan menganjurkan Zahra untuk sekolah keperawatan, “Zahra kalau mau jadi perawat saja ya, pendidikannya tiga tahun, nanti bisa bekerja di rumah sakit.”
Sontak saja Zahra terharu, menangis bercampur gembira ketika Teksan memberi satu harapan masa depan untuk mengangkat taraf hidup keluarganya. Sambil menunggu kabar dari Teksan, Zahra bisa terus bekerja di jasa pengiriman barang untuk untuk sementara sambil membantu perekonomian keluarga.
Foto dokumentasi ketika para relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Utara 1 sedang menyurvei rumah Sulusia pada saat awal dimulainya program bedah bedah di Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara.
Sulusia sangat terharu mendengar Zahra mendapat tawaran untuk sekolah perawat dari Yayasan Buddha Tzu Chi. “Sedih campur gembira, terharu saya ada Yayasan Tzu Chi yang mau membantu, belum tentu saudara sendiri bisa membantu, ini malah orang lain yang membantu anak saya bisa sekolah tinggi jadi orang sukses. Semoga (nanti) bisa membantu orang tuanya,” ucap Sulusia sambil menangis terharu.
“Saya mau ucapkan beribu-ribu terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah menolong keluarga saya, dari keluarga saya susah sampai sekarang kehidupan keluarga saya mulai membaik secara ekonomi,” ucap Sulusia.
Dirinya juga merasa rumah ini seperti istana. “Saya merasa menjadi orang paling bahagia apalagi ketika melihat perabotan di dapur yang tertata rapi dan bersih berkat bantuan dan perhatian dari relawan Tzu Chi.
Rumah Sulusia cukup terawat yang sudah dibangun sejak tahun 2017 lalu. Dinding bagian dalam rumahnya ia lapisi dengan wallpapper motif batik agar terlihat rapi dan bersih. “Ini awalnya warna dindingnya putih, karena ponakan saya sering datang dan masih kecil-kecil saya takut pada coret-coret di dinding, jadinya, saya wallpapper ini dinding semua,” ungkap Ibu Sulu.
Tim Survei bedah kampung Kamal Muara tahap 1 yang di koordinasi oleh Teksan Luis sampai saat ini masih terus berjalan untuk meningkatkan taraf hidup warga Kamal Muara untuk memutus mata rantai keluarga prasejahtera untuk mendapatkan hunian layak huni.
Semenjak rumah Ibu Sulu dibangun oleh Yayasan Tzu Chi para saudara-saudara keluarga Ibu Sulu sering datang berkunjung bersilaturahmi. “Sering main kesini ada yang dari Kayu Besar, ada yang dari Bekasi pada senang datang ke sini karena rumahnya gak kayak dulu (reot),” ujar Ibu Sulusia dengan wajah berseri.
Selain itu, Sulusia juga sangat senang dengan seringnya kehadiran relawan Tzu Chi datang berkunjung. “Dengan kunjungan relawan ini saya merasa sangat diperhatikan, (relawan) mengajarkan untuk menjaga dan merawat rumah ini biar selalu bersih, dan rapi. Selain itu saya juga bisa curhat sama relawan kalau lagi ada masalah,” kata Sulusia.
Kini, program Bebenah Kampung Tzu Chi di Kamal Muara sudah memasuki tahap ke-5, dan sudah terbangun 30 unit rumah layak huni di Kelurahan Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara.
Editor: Hadi Pranoto