Di tengah kesibukan membereskan barang untuk menempati rumah baru, Kurniah, istri Muhadi memeluk Juni Leo, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2. Ia tak mampu menyembunyikan rasa bahagia dan harunya setelah menerima bantuan dari Program Bebenah Kampung Tahap ke-5. Keluarga Muhadi menjadi satu dari delapan warga penerima manfaat bedah rumah di Kamal Muara ini.
Belakangan ini Muhadi jarang melaut, ia mengingat kira-kira sudah sekitar dua pekan terakhir ia menganggur. Ayah tiga anak ini lebih banyak menghabiskan waktu di pinggir pelabuhan saja sembari memperbaiki jaring, atau menambal kapal, atau melakukan kegiatan lainnya.
“Ini masuk musim barat (angin muson barat), Bu. Anginnya gede, nggak berani ke tengah. Ikan juga lagi susah kalo musim barat gini,” tuturnya sedikit mengeluh.
Kata Muhadi, kalau musim barat, angin cenderung membawa curah hujan. Biasanya cuaca di lautan pun sangat buruk yang ditandai dengan angin kencang, awan bergulung-gulung, dan hujan setiap hari. Musim barat juga disertai dengan ombak dan gelombang laut yang sangat besar, yang membahayakan untuk nelayan. Itulah alasan Muhadi tak bisa mencari nafkah.
Bukan sehari dua hari, musim barat ini bisa berlangsung berbulan-bulan. Hanya berbeda intensitas angin maupun hujannya. Kondisi ini berdampak besar pada aktivitas nelayan yang terganggu secara total, karena mereka tidak bisa melaut. Pendapatan mereka pun dipaksa turun drastis.
Muhadi pertama kali memasuki rumah barunya bersama relawan yang membawa berbagai peralatan untuk melengkapi kebutuhan harian rumahnya.
Para pekerja yang hidup tergantung pada musim, baik itu petani atau nelayan, sangat mengandalkan alam dalam meraup rezeki. Kadang mereka untung, tapi kerap juga merugi. Seperti Muhadi yang terpaksa mengambil pinjaman dari sekeliling untuk melanjutkan kehidupan. Kalau musim membaik, barulah ia melunasi pinjamannya sedikit demi sedikit.
Berbeda dengan kondisi alam, cinta kasih dan perhatian Tzu Chi terbilang tak kenal musim. Setiap saat mereka berbagi kepada sesama. Sebagaimana terjadi di Kamal Muara, Jakarta Utara, tak peduli itu musim hujan atau panas, sejak tahun 2019 lalu, Tzu Chi hadir di sana untuk memberikan kepedulian, cinta kasih, dan membantu dalam berbagai hal, termasuk memperbaiki rumah di wilayah pesisir Jakarta itu.
Yang paling baru, pada akhir pekan lalu, Sabtu (19/10/24), para relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 baru saja meresmikan 8 rumah warga penerima Program Bebenah Kampung tahap 5 di Kamal Muara. Hingga tahun 2024 ini, sudah ada 38 rumah yang dibangun oleh Tzu Chi secara bertahap. Muhadi adalah salah satu penerima manfaat di program tahap kelima ini.
Kerja Keras Arungi Lautan Kepulauan Seribu
Dengan kondisi pekerjaan yang tidak pasti memberikan untung, Muhadi tak bisa memperbaiki rumah yang sudah ia tinggali selama 36 tahun lamanya. Rumahnya dulu dinding dengan setengah tembok, lantainya semen dan selalu banjir. Atapnya juga bocor dan mengkhawatirkan. Kondisi ini adalah kondisi yang umum di Kamal Muara.
“Dulu setiap saya ke laut, saya selalu khawatir sama keluarga di rumah. Apalagi kalau musim hujan ya. Takut kalau rumah tiba-tiba rubuh ketiup angin dan hujan,” kata Muhadi. “Sudah separah itu kondisi rumah, selalu was-was,” imbuhnya.
Muhadi ikut membantu membongkar rumah lamanya beberapa bulan lalu, sebagai persiapan untuk pembangunan rumah baru.
Relawan Tzu Chi ketika pertama kali mensurvei rumah Muhadi dan Kurniah. Rumah yang sudah 36 tahun ditinggali keluarga ini sudah masuk dalam kategori tidak layak huni.
Tapi untuknya yang bekerja musiman, merenovasi rumah adalah sesuatu hal yang sangat sulit dilakukan. Paling penghasilan itu habis untuk membayar cicilan hutang.
Sebetulnya pada musim yang baik, Muhadi bisa mengantongi penghasilan sekitar 150 ribu seharinya. Itupun setelah ia melaut sejak dinihari sampai siang hari. Biasanya Muhadi pergi sekitar pukul 2 dinihari, perjalanan sekitar satu hingga dua jam ke tengah laut. Satu jam selanjutnya ia menyelam mencari umpan, baru kemudian selanjutnya digunakan untuk menangkap ikan yang lebih besar. Pekerjaan berat itu ia lakukan sampai kira-kira pukul 2 siang hari. Karena proses menyelam dalam waktu yang lama, kini mata kirinya terasa sedikit terganggu, kerap terasa panas, merah, dan sering mengeluarkan air mata.
Di dalam rumah Muhadi, relawan bertanya langsung kepada Kurniah. Rumah itu kerap banjir dan atapnya ringkih serta rawan bocor.
Bukan hanya kondisi kesehatan yang menurun, saat musim angin barat ini, penghasilannya pun ikut menurun hanya sekitar 70 ribu saja per harinya. Namun itu pun tak setiap hari Muhadi bisa pergi ke laut. Beruntungnya, istrinya saat ini turut membantu mencari uang sebagai buruh kupas kerang. Sementara anak pertamanya bekerja sebagai montir, lalu anak keduanya sebagai kasir minimarket. Tinggal anak ketiganya yang masih duduk di bangku SMA.
Mimpi itu Sudah Nyata
Ketika relawan Tzu Chi memulai Program Bebenah Rumah Tahap Lima di Kamal Muara, mereka mengunjungi rumah Muhadi. Kurniah, istrinya, langsung sumringah. Sudah sejak tahap pertama program ini berjalan, mereka sudah turut mengajukan poermohonan, tapi baru tahap kelima ini rumah mereka masuk dalam hitungan.
Rumah Muhadi dan Kurniah setelah dibangun dalam Program Bebenah Kampung Tahap 5 dan diresmikan oleh relawan Tzu Chi.
“Enggak.. enggak ada rasa kecewa sama sekali sejak dulu juga. Karena kami juga menerima penjelasan dan memang betul Tzu Chi membantu para tetangga yang kondisi rumahnya jauh lebih parah dibanding rumah kami,” kata Kurniah sumringah.
“Tadinya saya pikir ya udah bukan milik (belum rezeki) saya. Ya sudah saya tunggu sambil doa aja semoga ada gilirannya. Sampai sekarang akhirnya terwujudlah kayak gini. Impian jadi nyata ini kayak gini. Senangnya, sampai luar biasa, nggak bisa banyak kata-kata. Hahahha…,” sambung Muhadi lega.
Kini rumah Muhadi yang luasnya 55 meterpersegi sangat nyaman ditinggali. Ada ruang tamu, dapur, kamar mandi, dan tiga kamar tidur. Relawan yang hari itu hadir juga melengkapi rumah Muhadi dengan ranjang susun lengkap dengan kasur, bantal, juga sprei. Ada pula, kipas angin, rice cooker, kompor gas, regulator gas, lemari pakaian plastik, peralatan memasak (wajan, panci, sendok sayur, saringan, dll), peralatan makan (piring, gelas, teko), peralatan kebersihan (sapu, pengki, pel), peralatan mandi (gayung dan ember), juga kursi bakso (4 buah), set meja dan kursi makan, serta tikar plastik.
Para relawan membantu menata dan membereskan barang di rumah baru Muhadi dan Kurniah.
Jeni Leo, relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Utara 2 yang turut membawakan barang-barang ke rumah Muhadi turut terharu melihat rumah yang sudah berganti wujud itu. Ia melihat sendiri bagaimana kondisi rumah Muhadi pada tahap survei dan belum dibangun, lalu ia membandingkan dengan rumah yang sudah kokoh berdiri di hadapannya.
“Wah…., saya terharu sekali,” kata Juni. “Sebetulnya ketika setelah survei, ada meeting. Hasilnya rumah Pak Muhadi ini disetujui. Dari sana saya sudah lega sekali karena tahu bahwa keluarga mereka sudah bersabar sejak tahap pertama program ini dilaksanakan,” imbuhnya antusias.
Juni juga tak bisa membendung rasa senangnya hingga langsung memeluk Kurniah dan ikut menangis haru. “Selamat ya Bu… rumahnya sudah bagus, nyaman, aman,” kata Juni, “melihat Ibu bahagia, saya juga ikut bahagia.”
Dengan kondisi rumah yang sudah layak tersebut, Juni berharap semoga keluarga Muhadi dan Kurniah bisa semakin sejahtera dan nantinya Muhadi tak perlu khawatir meninggalkan keluarganya untuk bekerja.
“Semoga rumah yang sudah diperjuangkan ini dirawat dengan baik dan bisa jadi berkah untuk keluarga, bisa jadi pelindung dan penenang jiwa. Nggak perlu khawatir meninggalkan istri ketika melaut ya, Pak,” pesan Juni untuk keluarga Muhadi.
Editor: Hadi Pranoto