Petugas PPSUKelurahan Kamal Muara membantu membongkar rumah milik Maspiah. Relawan dari komunitas He Qi Pluit dan He Qi Muara Angke serta staf dari badan misi Tzu Chi turut ikut dalam pembongkaran rumah tahap 5 di Kamal Muara.
Program Bebenah Kampung tahap lima (5) Tzu Chi di Kamal Muara mulai dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Kali ini turut hadir 22 orang relawan dari staf badan misi Yayasan Buddha Tzu Chi bersama 23 orang relawan dari komunitas He Qi Pluit dan He Qi Muara Angke. Mereka bersama-sama membongkar 6 unit rumah yang segera dibangun ulang kembali menjadi rumah yang sehat dan layak huni.
Kegiatan pembongkaran rumah warga Kamal Muara ini dilaksanakan pada Sabtu, 6 Juli 2024 dimulai sejak pukul 09.00 hingga 12.00 WIB. Relawan dibagi menjadi delapan kelompok untuk membantu pembongkaran enam unit rumah. Pembongkaran Program Bebenah Kampung tahap 5 ini menjadi awal dimulainya proses pembangunan rumah.
Memasuki kawasan pemukiman padat, relawan dari kelompok 4 mendatangi rumah Nyaimi (62) yang berada di RT. 004/001. Relawan membantu dengan berbagai cara seperti membongkar bagian atap rumah, jendela, pintu, dan material lainnya yang tidak terlalu sulit. Pada pembongkaran ini relawan didampingi oleh beberapa orang seniman bangunan dan petugas kebersihan dari PPSU Kelurahan Kamal Muara.
Staf badan misi Yayasan Buddha Tzu Chi dan relawan dari komunitas He Qi Pluit dan He Qi Muara Angke datang untuk membantu seniman bangunan dan warga pemilik rumah untuk membongkar rumah yang segera dibangun kembali menjadi rumah yang sehat, nyaman dan layak huni.
Lahan rumah Nyaimi terhitung sekitar 105 M² yang dibagi dua dengan anaknya yang sudah berkeluarga. Mereka masih satu sertifikat. Kondisi rumah Nyaimi sebagian bangunan tidak permanen, berdinding setengah tembok dan papan, berlantai semen dan keseluruhan bangunannya sudah rusak. Ketika relawan dan staf Yayasan Buddha Tzu Chi membongkar rumahnya, Nyaimi menyaksikan langsung didampingi anak dan para tetangga. “Alhamdulillah terima kasih banyak buat yayasan, saya nggak bisa ngomong apa-apa kecuali terima kasih banyak sudah bantu bangunin rumah saya,” ucap Nyaimi gembira.
Relawan membongkar rumah Nyaimi secara bergotong royong menurunkan genteng rumah dan disusun rapi di samping rumah. Sementara petugas PPSU bersama seniman bangunan secara bertahap merobohkan tembok rumah sisi belakang hingga rata dengan tanah. “Saat tahu rumah saya akan direnovasi sama yayasan, saya sangat semangat dan senang sekali,” ungkap Nyaimi bahagia.
Relawan badan misi Yayasan Buddha Tzu Chi bersama relawan komunitas berfoto bersama di depan rumah Nyaimi sebelum dibongkar.
“Ini rumah saya masih banjir, lihat saja Pak itu di dalam,” ajak Muhadi kepada relawan Tzu Chi. Relawan melihat dalam rumah Muhadi masih tergenang air semata kaki orang dewasa. Pada bagian belakang rumahnya justru lebih tinggi lagi sekitar 10 cm.
“Iya kemarin itu hujan lumayan lama sampe sekarang air nggak bisa kering. Untung satu kamar rumah anak saya yang perempuan sudah saya tinggiin setahun yang lalu,” ujar Muhadi. Dua kamar lainnya belum ditinggikan jika hujan besar air bisa setinggi lutut orang dewasa. Muhadi sangat terharu dan bahagia karena rumahnya masuk dalam Program Bebenah Kampung Yayasan Buddha Tzu Chi.
Muhadi sangat terharu atas bantuan Yayasan Buddha Tzu Chi yang membantu pembangunan rumahnya. Sejak pagi hari Muhadi bersama tetangganya sudah mulai membongkar sendiri rumahnya yang telah dikosongkan.
Perasaan bahagia yang sama juga dirasakan oleh Muhadi (55) warga RT. 004/001, seorang nelayan yang tinggal bersama istri dan tiga orang anak. Luas tanah milik Muhadi adalah 52 M² terdiri dari tiga kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi, dan dapur pada bagian belakang rumah. Sejak pagi hari sebelum relawan datang Muhadi dan para tetangga sudah mulai membongkar sendiri rumahnya mulai dari genteng yang memang tidak tinggi dari jalan.
Ketika relawan membantu menurunkan genteng rumahnya, Muhadi sangat senang dan ikut membantu bersama-sama tetangga. “Terima kasih Pak untuk Yayasan Buddha Tzu Chi, Pak RW juga yang udah daftarin rumah saya ke yayasan. Rumah saya selalu banjir Pak, hujan nggak hujan, di dalamnya selalu ada air. Lama keringnya bisa dua mingguan, itu juga kalau nggak hujan lagi,” ungkap Muhadi yang rela meninggikan hanya lantai kamar tidur anak perempuannya. “Iya kasian saya sama anak saya yang perempuan, kadang tidur dibangku pada sakit badannya,”ujar Muhadi lirih.
Relawan dan staf badan misi Tzu Chi sedang membantu membongkar rumah Supriadi. Kondisi di dalam rumah Supriadi selalu tergenang air dan sangat rendah dari jalan.
Anie Wijaya yang rutin mengikuti bedah rumah di Kamal muara ini mengatakan Program Bebenah Kampung ini untuk meningkatkan taraf hidup warga Kamal muara menjadi lebih baik. Anie melihat kondisi rumah selalu banjir, kotor, untuk memasak juga susah dan anak-anak pasti terganggu jika ingin belajar. “Dengan kita memperbaiki kondisi tempat tinggal mereka, anak-anak jadi lebih rajin belajarnya,” ujar Anie dengan senyum bahagia.
Anie juga mersakan perubahan tingkah laku warga khususnya anak-anak sejak awal relawan datang saling tegur sapa pada warga dan anak-anak. “Tadi saya datang anak-anak itu langsung salim sama saya mereka tidak malu atau segan dengan saya, mungkin dia tidak benar-benar kenal saya, tetapi karena dia lihat seragam Tzu Chi dia langsung cium tangan saya, saya terkesan sekali,” ucap Anie.
Anie melihat perubahan sikap para warga yang rumahnya sudah dibangun kembali oleh Yayasan Buddha Tzu Chi seperti lebih merasa bersyukur karena rumahnya bisa lebih baik. “Mereka itu tidak pernah kebayang dapat rumah yang bagus dan kita selalu datang ke rumahnya jadi kalau ada masalah kita bisa kasih solusi untuk mereka,” ujar Anie.
Anie dan relawan lainnya sangat berharap kepada warga Kamal Muara untuk menjaga lingkungannya agar bersih dan sehat. “Ini meningkatkan taraf hidup lingkungan keluarga mereka,” harap Anie.
Pada akhir kegiatan pembongkaran bedah rumah di Kamal Muara relawan berkumpul di gedung sekolah MI Nurul Islam yang pembangunan gedungnya dibantu oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Di dalam kelas, para peserta memberikan pengalaman ketika ikut, malihat, dan merasakan langsung kegiatan Program Bebenah Kampung di Kamal Muara.
Relawan Tzu Chi membongkar rumah Supriadi yang di dalam rumahnya selalu banjir. Relawan membantu mencopot kaca jendela, pintu, dan terpal-terpal plastik di jendela rumah.
Salah satu peserta Freddy Ong, Direktur Sekolah Cinta Kasih Cengkareng yang membongkar rumah Muhadi. “Ketika kita sampai rumahnya sebagian bangunannya dan gentengnya sudah dibongkar sendiri bersama tetangga, lalu kami datang dan langsung turut membantu,” cerita Freddy.
Freddy mengatakan bahwa Muhadi sangat terharu karena setahun yang lalu Muhadi baru meninggikan hanya satu kamar untuk anak putrinya. “Yang ditinggikan ini kamar untuk anak perempuannya. Dua kamar lainnya jika hujan air bisa setinggi lutut orang dewasa,” ungkap Freddy.
Dari kondisi itu Freddy sangat terharu atas pengorbanan seorang ayah yang bertanggung jawab kepada keluarganya, bahkan Muhadi rela untuk meninggikan kamar anak perempuannya terlebih dahulu. “Saya terharu inilah seorang ayah yang bertanggung jawab untuk keluarganya,” jelas Freddy.
Yayasan Buddha Tzu Chi dalam menjalankan Program Bebenah Kampung ini tidak hanya membangun kembali rumah yang layak, namun juga difasilitasi dengan perbaikan taraf hidup dengan menyediakan sarana-prasarana penunjang untuk berusaha, seperti gerobak untuk berdagang atau usaha lainnya. Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pun mengajak mitra usaha lainnya untuk bergotong royong bersama-sama mewujudkan rumah hunian masyarakat khusunya di DKI Jakarta agar menjadi rumah yang layak huni, sehat dan minim pengangguran.
Editor: Metta Wulandari