Tzu Chi Indonesia kembali menjalankan Program Bebenah Kampung Tzu Chi tahap ke-6 di wilayah Kamal Muara. Sebanyak 13 rumah milik calon penerima bantuan bedah rumah di RW 04, Kamal Muara disurvei relawan.
Setelah tahap yang ke-5 selesai, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali menjalankan Program Bebenah Kampung Tzu Chi tahap ke-6 di wilayah Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Hal tersebut diawali dengan survei langsung oleh relawan Tzu Chi ke rumah-rumah calon penerima bantuan bedah rumah di wilayah RW 04, Kamal Muara pada Sabtu, 23 November 2024.
Sebanyak 13 rumah di RW 04 dengan rincian 4 rumah di RT 002, 1 rumah di RT 003, 2 rumah di RT 004, 1 rumah di RT 005, 1 rumah di RT 006, 1 rumah di RT 007, dan 3 rumah rumah di RT 008 dikunjungi relawan untuk di cek kondisi serta pengisian formulir bedah rumah dari Tzu Chi Indonesia. Sebanyak 31 relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Pluit dan He Qi Angke pun terlihat antusias untuk berkunjung ke rumah-rumah warga.
Teksan Luis, Koordinator Relawan Program Bebenah Kampung DKI Jakarta didampingi relawan dan tim eksternal sekretariat Tzu Chi Indonesia menjelaskan mekanisme survei ke rumah warga kepada relawan-relawan yang bertugas.
Sebanyak 31 relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Pluit dan He Qi Angke berbaris menuju ke rumah-rumah warga calon penerima bantuan Program Bebenah Kampung Tzu Chi tahap ke-6 di wilayah Kamal Muara.
Setelah briefing dan dibagi menjadi beberapa kelompok, relawan kemudian menuju ke rumah-rumah warga calon penerima bantuan bedah rumah. “Kita memulai program bedah rumah tahap 6 di Kamal Muara dan yang di survei sebanyak 13 rumah. Rata-rata rumah yang kita survei ini jauh dari kata layak, menyedihkan, dan sudah hampir roboh,” jelas Teksan Luis, Koordinator Relawan Program Bebenah Kampung DKI Jakarta.
Selain mengkoordinir relawan, Teksan juga ikut meninjau rumah-rumah warga yang disurvei. Ia berharap agar warga yang nantinya dibantu bisa meningkat kondisi kehidupannya. “Saya berharap warga bisa mendapatan manfaat sesuai dengan tujuan dari bedah rumah ini. Mereka dapat rumah yang sehat, secara lingkungan juga sehat, secara ekonomi juga, dan sehat kualitas hidup mereka,” jelas Teksan.
Berharap Punya Hunian Layak
Salah rumah yang disurvei oleh relawan Tzu Chi untuk mengawali Program Bebenah Kampung Tzu Chi tahap ke-6 di wilayah Kamal Muara adalah rumah milik Suwendi, salah satu warga RT 002/04, Kamal Muara. Pada saat relawan tiba di rumahnya, Suwendi tidak ada karena bekerja. Relawan pun bertemu dengan istrinya Kokom Komariyah (55) dan Praditiya (18), anak sambung Suwendi.
Relawan mengunjungi rumah Suwendi, salah satu warga calon penerima bantuan bedah rumah di RT 002/04, Kamal Muara.
Kokom menikah dengan Suwendi pada tahun 2018. Sebelumnya, Kokom memiliki suami yang meninggal pada tahun 2017 karena sakit. Semenjak memutuskan menikah dengan Suwendi, kokom sempat mengontrak rumah bersama dengan Suwendi dan Praditiya (anak Kokom dari suaminya dahulu). Namun karena keadaan semakin sulit, akhirnya mereka bertiga tinggal di rumah milik orang tua Suwandi (rumah yang disurvei relawan). “Tinggal di sini (rumah mertua), sejak 2018 akhir,” jelas Kokom.
Semenjak tinggal di rumah mertuanya, Kokom dan anaknya tinggal di rumah panggung yang sudah usang dan tidak layak huni. Setelah mertuanya meninggal dunia, Kokom yang mengurus rumah tersebut bersama suaminya. “Kalau hujan ya kehujanan, bocor semua. Kalau ada angin ya takut, apalagi kalau malam lebih-lebih lagi (rasa takutnya),” cerita Kokom.
Kokom Komariyah menunjukkan kamar mandi rumahnya dan lokasi tempat dirinya terjatuh hingga 3 kali akibat lantai kayunya patah.
Sehari-hari, Suwendi bekerja sebagai buruh harian di PIK dan Kokom menjaga warung milik kakak iparnya. Pendapatan mereka pun tentunya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan di saat-saat tertentu, Kokom harus berhutang ke warung untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. “Untuk sehari-hari ya dicukup-cukupin, kadang kalau kurang yah utang dulu di warung kaya mi, telur, beras,” kata Kokom.
Praditiya yang ikut tinggal bersama Kokom dan Suwedi juga tidak bisa berbuat banyak. Setiap hari ia hanya di rumah karena tidak bekerja. Selepas SD, Praditiya tidak melanjutkan sekolahnya karena biaya. “Anak saya ini (Praditiya) sekolah hanya sampai kelas 6 SD. Dulu sempat bekerja ke laut ikut omnya antar-antar tamu yang ingin ke Pulau Seribu pakai kapal,” kenang Kokom. Namun karena semakin sepi orang yang menyewa kapal, Praditiya tidak lagi bekerja dari tahun 2023 dan di rumah saja hingga saat ini.
Sarang tawon yang berada di bagian atas rumah Suwendi. Keberadaannya menimbulkan rasa takut bagi penghuni rumah dan warga sekitar rumah Suwendi.
Tinggal di rumah yang sudah tidak layak huni tentu saja banyak ceritanya. Hampir setiap hari Kokom bertemu dengan hewan-hewan pengerat karena air terus menggenang di bawah rumahnya. “Tikus suka ada, kalau nyamuk ya sudah nggak usah ditanya lagi banyak banget. Rumah kan bawahnya genangan air,” ungkap Kokom.
Bukan hanya itu, karena sudah sangat usang, rumah yang ditinggali Kokom bersama suami dan anaknya juga terdapat sarang tawon yang besar. “Sebenernya takut ada itu sarang tawon gede, suka iseng dilempar sama-anak-anak, kadang tawonnya nempel di baju. Sudah coba panggil Damkar, tapi nggak bisa diambil karena takut rubuh rumahnya,” jelasnya. Walaupun berada di rumah sendiri, kerap kali Kokom juga harus celaka. Kayu-kayu usang yang menjadi lantai rumahnya kerap kali patah saat dipijak. “Pernah kejeblos di kamar mandi, kaki satu ke bawah, satu lagi nahan. Trus teriak-teriak minta tolong, udah 3 kali kejadian,” cerita Kokom.
Kokom Komariah dan Praditiya berdiri di depan rumahnya yang usang dan penuh dengan tambalan seng dan material kayu.
Kehadiran relawan Tzu Chi bersama pengurus RT 002/04, Kamal Muara untuk melakukan survei bedah rumah seolah menjawab harapannya memiliki hunian yang layak. Dengan dipandu relawan, Kokom menjawab semua pertanyaan dan melengkapi berkas-berkas yang diminta relawan sebagai syarat penerima bantuan Program Bebenah Kampung Tzu Chi tahap ke-6 di Kamal Muara. “Seneng, semoga saja rumahnya bisa dibedah Tzu Chi, biar nggak kehujanan, nggak kena angin, nggak banyak tikus, nggak kejeblos, biar nyaman,” kata Kokom sumringah.
Editor: Metta Wulandari