Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melalui relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 memulai tahap ke-3 Program Bedah Rumah di Kamal Muara pada Sabtu, 17 Desember 2022 dengan membongkar lima rumah para penerima bantuan.
Cuaca di Kamal Muara, Jakarta Utara sedang terik Sabtu, 17 Desember 2022 lalu. Matahari menyengat kulit dan udara begitu panasnya, juga tak ada hujan di malam sebelumnya. Tapi di dalam rumah Agus (47), ternyata banjir setinggi lutut masih saja menggenang, tak bisa surut.
Kondisi rumah Agus ini serupa dengan beberapa rumah warga di Kamal Muara yang sudah lebih dulu mendapatkan bantuan bedah rumah dari Tzu Chi. Sebut saja rumah Ayanah, Salmah, Neneng, dan beberapa rumah warga lainnya yang dulunya juga mengalami hal yang sama. Rata-rata rumah mereka sudah jauh lebih rendah daripada jalanan sehingga begitu hujan, rumah warga yang berkekurangan itu, terimbas dampaknya.
Masih banyaknya kondisi rumah yang memprihatinkan di wilayah RW 01 dan RW 04 Kamal Muara ini menjadi ladang berkah bagi Tzu Chi yang ingin terus bersumbangsih melalui program bedah rumah. Di kesempatan baik tersebut, Tzu Chi kembali membedah lima rumah lainnya yang kondisinya tak layak huni dan dimulai dengan pembongkaran bangunan. Rumah Agus menjadi satu dari lima rumah yang dibedah pada bedah rumah tahap ketiga ini.
Agus (baju orange) membongkar atap rumahnya, sementara banjir setinggi lutut masih saja menggenang di dalam rumahnya dan tak pernah bisa surut (kering).
“Rasanya bersyukur sekali saya mendapatkan bantuan ini (bedah rumah). Semakin terasa syukur lagi karena bagi saya ini adalah berkah kesabaran di mana relawan Tzu Chi benar-benar mendahulukan warga lain yang kondisinya lebih parah dari rumah saya,” ungkap Agus.
Memang selama rumahnya banjir, Agus masih bisa menumpang di rumah ibunya yang hanya berbeda satu rumah dari rumahnya. Barang di rumahnya pun sudah ia ungsikan ke rumah ibunya yang lebih layak ditinggali. Demikian juga anaknya yang ikut serta. Kondisi ini terjadi karena Agus tidak punya banyak penghasilan dan hidup seadanya, sehingga ia tidak mampu meninggikan rumah. Menumpang berteduh di rumah ibunya juga bukan karena ia tak bekerja keras dan bermanja, tapi lebih kepada segi keamanan dan kesehatan karena selain banjir, tembok rumahnya pun sudah rapuh dan sebagian bolong karena selalu terendam dan lama-kelamaan tergerus air.
Pengurus Rukun Warga (RW) Bagian Lingkungan Hidup ini juga awalnya tak banyak berharap bisa menerima bantuan dari Tzu Chi melihat banyak tetangganya yang rumahnya jauh lebih mengkhawatirkan. “Kalau saya masih bisa menumpang tidur di rumah ibu saya walaupun ya seadanya juga tempatnya. Kalau tetangga kan tidak ada tempat lain,” katanya, “jadi ya sebagai bagian dari pengurus RW, kita dahulukan warga supaya tempat tinggalnya bisa nyaman begitu.”
Relawan secara estafet mengeluarkan puing-puing dari rumah Latief, satu dari lima penerima bantuan bedah rumah tahap tiga.
Ketika menerima kabar tentang rumahnya akan dibedah, Agus amat bersyukur. “Ternyata begini rasanya ya, Bu, bahagia sekali,” tutur Agus haru setelah selesai ikut membongkar atap rumahnya. “Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada yayasan (Tzu Chi). Senang banget karena program ini sangat membantu kami, dimana rumah tidak layak pakai ini diubah menjadi hunian sempurna,” lanjutnya menahan air mata.
Doa dan harapan baik pun menyertai dimulainya program bedah rumah tahap 3 ini, seperti Sandi, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 yang berdoa akan kelancaran proses pembangunan rumah. Demikian juga Andrew Ng yang mempunyai harapan yang serupa. “Semoga rumahnya nanti lebih kokoh, dan yang paling penting bersih, nyaman, nggak tergenang lagi sehingga mereka tetap merasa aman,” tutur Andrew, “karena dari lingkungan tinggal akan berpengaruh ke segala aspek dalam kehidupan. Semoga apa yang Tzu Chi berikan ini berdampak banyak ke (kualitas) kehidupan penerimanya.”
Relawan membantu Eneng, satu dari lima penerima bantuan bedah rumah tahap tiga keluar dari rumahnya untuk memindahkan barang-barang sebelum rumahnya dirobohkan.
Sejalan dengan harapan-harapan tersebut, Teksan Luis, relawan Tzu Chi yang menjadi Koordinator kegiatan bedah rumah di Kamal Muara ini menuturkan bahwa ingin suatu saat bisa menjadikan Kamal Muara sebagai daerah binaan Tzu Chi yang bisa menjadi contoh bagi wilayah lainnya. Dibuka dengan bedah rumah, kemudian diikuti oleh misi-misi lainnya, seperti pengenalan aksi pelestarian lingkungan, celengan bambu, hingga misi kesehatan dengan baksos kesehatan, dan misi pendidikan dengan berbagi berbagai ilmu (pengetahuan/keterempilan) untuk para ibu dan anak-anaknya. “Semoga dari bedah rumah ini dan berbagai program lainnya, nanti gambaran besarnya bisa mewujudkan (angka) nol pengangguran dan meningkatkan kemandirian ekonomi serta kesejahteraan warga,” kata Teksan.
Program Bedah Rumah Tzu Chi di wilayah Kamal Muara dimulai sejak tahun 2019 dan sudah berjalan dua tahap dengan membangun kembali 15 rumah tak layak huni menjadi rumah yang nyaman dan sehat. Taraf hidup para penghuni rumah ini pun meningkat. Di tahap ketiga ini, lima rumah yang dibedah diperkirakan akan diselesaikan dalam waktu tiga bulan ke depan.
Editor: Hadi Pranoto