Bekal Memasuki Tahun yang Baru
Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra * Memasuki tahun baru, sejumlah anak yatim dan piatu Perumahan Cinta Kasih Cengkareng mendapat santunan dari para warga perumahan tersebut. Santunan tersebut menjadi sedikit bekal untuk mengarungi tahun yang baru. | Sepuluh pemuda memainkan alat musik marawis sambil mengumandangkan shalawat –dzikir yang dilagukan. Para kaum laki-laki yang tadinya duduk berjejer melingkar di ruang Mushola Attawadud Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat, kemudian berdiri berjejer menyambut sejumlah anak-anak yatim (tidak punya ayah) dan piatu (tidak punya ibu). |
“Insya Allah Buat Beli Baju” Selasa malam itu, 6 Januari 2009, warga Perumahan Cinta Kasih berkumpul di Mushola Attawadud. Selain untuk merayakan tahun baru 1 Muharram 1430, mereka juga memberikan santunan kepada anak-anak Perumahan Cinta Kasih yang menjadi yatim dan piatu. Tercatat ada 51 yatim dan 85 piatu di perumahan tersebut. Namun malam itu tidak semua anak bisa hadir. Santunan yang anak-anak tersebut terima adalah sejumlah uang, paket sembako, dan sepatu. “Insya Allah buat beli baju,” kata Evi (12) ketika ditanya uangnya mau dipakai buat apa. Evi yang kini duduk di kelas 6 SD Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng sudah satu tahun lebih menjadi yatim piatu. Ibunya meninggal dunia saat Lebaran tahun 2007, sedangkan ayahnya bahkan sudah lebih dulu meninggalkannya ketika ia masih berusia 6 tahun. Untungnya ia mempunyai seorang kakak perempuan usia 17 tahun. Eva namanya. Pada Eva yang bekerja di sebuah pusat perbelanjaan, Evi bersandar. Mereka berdua tinggal di blok B26 no 2a bersama saudara sepupu mereka. Ket : - Pemberian santunan kali ini dilakukan untuk merayakan tahun baru Hijriah 1 Muharram 1430 yang jatuh Meskipun masih kecil, Evi tidak terlalu meratapi kesendiriannya sebagai anak yatim piatu. Bahkan ketika kesendiriannya tersebut diungkit-ungkit. “Tiap malem Jumat kadang teman-teman ledekin nggak enak nggak punya orangtua,” cerita Evi. Namun Evi santai saja dan tidak marah mendapat ledekan seperti itu walaupun sebenarnya ia menjadi merasa sangat kehilangan. Rasa kehilangan tersebut sampai terbawa ke alam mimpi. Ibunya beberapa kali menemuinya lewat mimpi. “Saya sering mimpi mama saya suruh ngaji, suruh rajin belajar, jangan malas-malasan,” ujar Evi. Sebagai anak yang berbakti, ia tentu saja tidak mau mengecewakan ibunya walaupun telah berbeda alam. Ia buktikan dengan hasil belajarnya yang memuaskan. Pada semester kali ini yang baru saja berlalu, ia mendapat ranking dua. Ket : - Ibu-ibu peserta majelis ta'lim seolah berebut memegang kepada anak yatim dan piatu serta menjamah Setelah Selama Ini Mengaji Malam itu ibu-ibu majelis ta’lim pun ikut memenuhi Mushola Attawadud. Mereka duduk berbaris di serambi mushola. Pada proses penyerahan santunan tersebut, mereka semua berdiri menunggu anak yang baru saja menerima bantuan. Ketika sang anak lewat di depan mereka dan mencium tangan, ibu-ibu tersebut seperti berebut menjamah kepala anak pertanda ikut memberkati. Beberapa anak matanya berkaca-kaca mendapat perlakuan seperti itu. Pemandangan serupa juga terjadi pada ibu-ibu majelis ta’lim. Sejumlah ibu matanya ikut berkaca-kaca. Pukul 10 malam ketika pemberian santunan berakhir, anak-anak tersebut pun pulang ke rumah masing-masing membawa bingkisan dan berkat dari warga Perumahan Cinta Kasih. Ket : - Selama setahun ini, ibu-ibu majelis ta'lim mengumpulkan uang dari para anggotanya. Begitu tahu ada | |
Artikel Terkait
Membina Diri Sembari Mempererat Persaudaraan
22 September 2022Sebanyak 48 relawan Tzu Chi Medan, sejak 5 Juni 2022 lalu rutin berlatih isyarat tangan (shou yu) tiga kali dalam sepekan. Mereka akan tampil dalam persamuhan Dharma sedunia yang akan dipentaskan pada 11 Desember 2022 mendatang.
Bersama Dalam Momen Kemerdekaan
28 Agustus 2019Sebulan sekali relawan komunitas He Qi Utara 1 mengadakan kelas pendidikan budaya humanis di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi, Muara Angke. Pada 25 Agustus 2019, pertemuan itu diisi dengan perayaan Hari Kemerdekaan RI yang ke-74. Sebanyak 20 relawan, 3 guru Tzu Chi School, 26 anak rusun, serta dibantu oleh 17 kakak- kakak dari organisasi Edukita bergembira bersama.