Bekal Menghadapi Musim Kering

Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Bali), Fotografer : Maggie, Lili Chen (Tzu Chi Bali)
 
foto

Tzu Chi Bali membagikan beras cinta kasih bagi warga Benoa yang sedang kesulitan menghadapi musim kering, terutama yang berprofesi sebagai petani.

Musim kering yang melanda Indonesia, termasuk Bali, cukup membuat masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani sangat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini yang membuat Tzu Chi Bali ingin berbuat sesuatu untuk meringankan kesulitan masyarakat tersebut, maka pada tanggal 7 September 2008 dilakukan pembagian beras cinta kasih kepada masyarakat Kelurahan Benoa dengan bertempat di kantor lurah Benoa.

Pembagian dilakukan sesuai data-data dari kelurahan yang diperkuat dengan survei langsung ke calon penerima bantuan. Ada 12 lingkungan yang harus disurvei oleh relawan Tzu Chi Bali. Dengan sikap yang sopan dan ramah, setiap tim survei ditemani oleh kepala lingkungan masing-masing mengunjungi rumah-rumah masyarakat yang tidak mampu. Banyak yang dapat dipetik oleh relawan sewaktu melakukan survei, seperti kata Merry salah seorang relawan baru yang ikut, “Saya harus banyak bersyukur dan tidak boleh banyak mengeluh.”

Kelurahan Benoa sendiri sebenarnya memiliki tempat-tempat wisata yang sudah terkenal hingga mancanegara seperti Nusa Dua dan Tanjung Benoa dengan hotel-hotel bertaraf internasional, tetapi rupanya kesejahteraan masyarakat belumlah merata. Hal inilah yang membuat banyak orang yang tidak percaya mengapa Tzu Chi mau melakukan kegiatan pembagian beras di sana. Setelah melakukan survei bersama barulah semua orang tersadar bahwa banyak saudara-saudara kita di sana yang juga memerlukan bantuan.

foto  foto

Ket : - Lurah Benoa menyerahkan beras cinta kasih kepada salah seorang warga. Meskipun memiliki tempat
          wisata terkenal dengan hotel-hotel bertaraf internasional, ketimpangan ekonomi ternyata terjadi di Benoa.
          (kiri)
         - Relawan Tzu Chi mengucapkan terima kasih kepada penerima bantuan karena berkat adanya mereka,
          relawan memiliki kesempatan berbuat kebajikan. (kanan)

Pada saat pembagian beras tersebut, warga sudah tiba di lokasi pembagian 2 jam lebih awal dari jadwal yang ditetapkan yakni pukul 09.00 WITA. Para relawan dengan sigap berbenah dan merapikan tempat pembagian beras. Setelah selesai, para relawan dikumpulkan untuk diberikan pengarahan terakhir sebelum acara dimulai. “Shixiong Shijie, kita hendaklah bersyukur, pada hari ini kita diberi kesempatan untuk menanam benih kebajikan di Kelurahan Benoa ini. Kitalah yang hendaknya berterima kasih kepada warga Benoa,” pesan Leo, pembawa acara.

Setelah semua relawan telah mengambil posisi masing-masing, warga dipersilahkan duduk di tempat yang sudah disiapkan. Acara dibuka dengan penyampaian kata sambutan dari Tzu Chi Bali yang diwakilkan oleh Leo dan kata sambutan dari Lurah Benoa Wayan Solo. “Saya baru pertama kali melihat sebuah yayasan sosial yang membantu orang tapi mereka yang mengucapkan terima kasih, bukan kita yang menerima bantuan yang berterima kasih,’’ itulah yang terucap dari Lurah Benoa kepada warganya mengenai Tzu Chi.

foto  foto

Ket : - Relawan Tzu Chi membantu seorang bapak mengangkat beras. Bantuan bukan hanya berupa wujud fisik
           namun juga berupa cinta kasih yang dalam bentuk perhatian. (kiri)
         - Ibu-ibu yang telah berusia lanjut mendapat perhatian lebih dari relawan. Mereka menemani dan
           mengangkatkan beras ibu-ibu tersebut. (kanan)

Pembagian beras berjalan lancar tidak lebih dari satu setengah jam dan sebanyak 131 karung beras dibagian kepada warga. Selain beras, juga dibagikan gula pasir masing-masing 1 kg. “(Saya) bersyukur sekali,” kata Westi, seorang ibu rumah tangga penerima bantuan yang tinggal bersama dengan suami dan seorang anaknya yang sudah duduk di bangku SMP. Ia merasa bahagia karena ada yang membantu warga tidak mampu. Untuk tiba di kantor kelurahan, ia harus menempuh perjalanan selama 1 jam dengan berjalan kaki. Sewaktu ditanya mengenai pekerjaan suami, ia menjawab, ”Nanam kacang, tapi kering. Tidak bisa nanam, harus tunggu hujan.” Untuk membantu perekonomian keluarga, Westi mencari rumput laut untuk dijual. Pagi-pagi buta, pukul 04.00 sudah harus menuju ke laut dan kembali ke rumah kira-kira pukul 12 siang. Itupun kalau laut sedang surut, kalau sedang pasang, para petani rumput laut tidak bisa menuju laut. Dengan harga Rp 1.000,- per kg, kadang-kadang Westi bisa menjual 20-30 kg kepada penadah rumput laut yang datang dari Denpasar.

 

Artikel Terkait

Menggapai Masa Depan yang Cemerlang

Menggapai Masa Depan yang Cemerlang

29 November 2016
Kelas budi pekerti Tzu Chi kembali menyelenggarakan Kamp Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi yang kali ini diperuntukkan bagi remaja berusia 13-16 tahun atau biasa disebut Tzu Shao. Kegiatan Tzu Shao Ban Angkatan VIII ini merupakan kegiatan penutupan kelas budi pekerti untuk tahun 2016 yang diikuti oleh 150 siswa kelas budi pekerti Tzu Shao.
Mencintai Bumi dengan Praktik Nyata

Mencintai Bumi dengan Praktik Nyata

14 Maret 2018
Sebanyak 43 karyawan PT. Meroke Tetap Jaya melakukan kegiatan pelestarian lingkungan bersama relawan Tzu Chi Medan. Kegiatan ini pun bertujuan untuk mengedukasi para karyawan untuk peduli dengan Bumi.
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -