Belajar Berbagi

Jurnalis : Yuliati (Tzu Chi Cabang Sinar Mas) , Fotografer : Dok. Relawan Tzu Chi Pati
Sugianto dan keluarganya berbagi hati melalui celengan bambu untuk membantu sesama.

“Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud cinta kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan”
(Master Cheng Yen)

“Melalui celengan bambu Tzu Chi kita dapat berlatih untuk memberikan bantuan semampu kita biarpun kecil tapi besar manfaatnya,” ucap Sugianto.

Sugianto, relawan Tzu Chi di Pati satu ini memang sedang semangat menggalakkan celengan bambu di lingkungan viharanya, Vihara Catur Dhamma Datu yang beralamat di Desa Bleber, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati. Tak heran jika periode penuangan kali ini celengan yang terkumpul dua kali lipat dari biasanya.

“Saya ajak keluarga saya, anak, istri, orang tua semuanya. Selain itu juga umat Buddha Vihara Catur Dhamma Datu saya arahkan, saya ajak supaya ayok bersama-sama melatih diri menanam kebajikan melalui celengan bambu,” ujar bapak dua anak ini.

Ajakannya untuk menanam kebajikan melalui celengan bambu Tzu Chi pun mendapat dukungan dari para umat Buddha di viharanya. “Kami memberikan pengertian kepada semua umat dan mereka setuju,” katanya tersenyum senang. “Umat juga sangat mendukung adanya program celengan bambu dari Yayasan Buddha Tzu Chi,” imbuhnya.

Tentu Sugianto merasa bahagia tujuannya mengajak umat menanam kebajikan dapat tercapai. “Saya sebagai relawan sangat senang karena umat sudah mempunyai kesadaran masing-masing,” ungkapnya.

Umat di Vihara Catur Dhamma Datu, Desa Bleber, Kec. Cluwak, Kab. Pati sesaat sebelum menuangkan celengan bambunya.

Sugianto juga menanamkan kebajikan ini dalam keluarganya. Ia mengajak setiap individu dalam keluarganya memiliki celengan masing-masing.

“Istri sangat mendukung, anak dan orang tua juga karena bisa berbagi kepada orang lain yang membutuhkan,” ujar Sugik, sapaan akrabnya. “Kalau anak saya memang saya latih supaya bisa berbagi kebahagiaan kepada orang lain sejak dini,” sambungnya.

Dan kedua anak Sugianto pun tidak menolak ajakan orang tuanya untuk nyelengi (menabung-red) karena mereka sudah sering melakukannya di celengan mereka sendiri. Jika dulu hasil celengan digunakan untuk jajan, berbeda dengan yang sekarang. Meskipun hasil celengannya bukan untuk dirinya melainkan untuk didonasikan, namun anak-anak relawan 32 tahun ini justru merasa sangat senang.

“Senang sekali rasanya karena bisa membantu orang yang membutuhkan,” ujar Bunga Violina Lestari penuh semangat.

Bunga bersama adiknya, Noval Dwi Anando yang masih berusia 5 setengah tahun pun sama-sama setiap hari menyisihkan uang jajannya untuk dimasukkan ke dalam celengan bambu milik mereka.

“Tiap hari nyelengi dari sebagian uang jajan tapi kadang dikasih orang tua untuk masukin ke celengan bambu,” akunya. Gadis 13 tahun ini berharap uang hasil celengannya meskipun tidak besar tapi bisa mendatangkan manfaat bagi orang lain yang membutuhkan.

“Ini (hasil celengan) sangat membantu orang lain. Semoga bisa bermanfaat saat ini dan selamanya,” ungkap siswi kelas 3 SMP ini.

Harapan yang sama juga disampaikan oleh sang ayah yang kesehariannya bekerja di proyek bangunan kepada umat Buddha di wilayah Kabupaten Pati. “Semoga dengan adanya celengan bambu ini umat Buddha semakin bersemangat untuk menanam karma baik,” harapnya. “Semoga yang punya celengan jangan bosan menanam kebajikan karena kita punya keyakinan dan tujuan dalam hidup ini,” pungkasnya.

Giat Menanam Kebajikan
Dengan penuh kegembiraan, umat antusias menuangkan celengan bambunya.

Masih terkendalanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah Kabupaten Pati yang sempat memiliki kasus Covid-19 tertinggi di Jawa Tengah, kegiatan keagamaan di vihara pun terhenti sejak bulan Juni lalu hingga pertengahan bulan Agustus ketika kasus covid-19 sudah melandai. Bahkan ada vihara yang baru memulai kegiatan peribadatan pada akhir Agustus. Hal ini tentu menjadi kendala untuk melakukan penuangan celengan bambu bersama-sama, sehingga penuangan bambu diadakan di vihara masing-masing seperti pada periode-periode sebelumnya.

Penuangan celengan periode kali ini pun dilaksanakan hingga tanggal 19 September 2021. “Tadinya batas akhirnya tanggal 12 September tapi karena ada beberapa vihara yang belum tuang, relawannya minta dikasih waktu seminggu jadi ya batasnya mundur lagi. Karena memang untuk tuang kan nunggu jadwal kebaktian vihara rata-rata hari minggu,” ucap Suwardi, Koordinator relawan Tzu Chi Pati.

“Kalau kita tinggal kok seolah-olah kita tidak kasih kesempatan mereka berbuat kebajikan, jadi ya kita tunggu asal tidak terlalu lama,” sambungnya tersenyum.

Sebanyak 30 vihara yang tersebar di wilayah Kabupaten Pati, termasuk satu vihara di Kabupaten Jepara turut melakukan penuangan celengan bambu. “Semoga teman-teman umat Buddha yang memiliki celengan makin giat menanam kebajikan lewat nyelengi untuk membantu sesama yang membutuhkan,” tutup Suwardi.

Semoga cinta kasih tersebar makin luas di wilayah Kabupaten Pati dan sekitarnya belajar berbagi dengan menyisihkan koin-koin cinta kasihnya dalam celengan untuk bersama-sama mencapai satu tujuan, yaitu membantu sesama yang membutuhkan.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Bersumbangsih dengan Ketulusan

Bersumbangsih dengan Ketulusan

24 Desember 2014 Melalui program SMAT (Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi), Tzu Chi mendorong khalayak luas untuk menjadi bagian dari dunia Tzu Chi dengan menyisihkan sebagian uang untuk membantu sesama. Salah satunya kepada siswa/i Sekolah Menengah Atas (SMA) Trinitas, Bandung. Tepatnya pada tanggal 18 Juni 2014, Tzu Chi hadir di sekolah ini untuk melakukan SMAT dengan celengan bambunya.
Mengenal Tzu Chi Melalui SMAT

Mengenal Tzu Chi Melalui SMAT

18 Agustus 2016

Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi terus dikenalkan kepada masyarakat luas agar bisa bersama-sama bersumbangsih melalui celengan bambu. Hasil yang terkumpul digunakan untuk membantu sesama yang membutuhkan melalui Tzu Chi.

SMAT di STIE Trisakti

SMAT di STIE Trisakti

09 Juni 2014 Celengan Bambu sendiri memiliki makna khusus bagi Isan Tzu Chi diseluruh dunia karena awal mulanya Yayasan Buddha Tzu Chi di Taiwan berdiri melalui celengan bambu ini.
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -