Belajar Berkata yang Baik dan Mengendalikan emosi

Jurnalis : Denasari Yandi (He Qi Pusat), Henry Tando, Fotografer : Denasari Yandi (He Qi Pusat), Giok Chin Lie (He Qi Timur), Henry Tando


Vimala Chaelita Juwana (7) usai menjawab pertanyaan Jeanne, relawan pembimbing Kelas Budi Pekerti yang hari itu membawakan materi yang bertema Berkata yang Baik.

“Tidak boleh emosi, karena merugikan orang lain dan diri sendiri,” jawab Vimala Chaelita Juwana (7) atas pertanyaan tentang apa yang mereka pelajari di Kelas Budi Pekerti Qing Zi Ban hari itu, 13 Oktober 2019.

Jeanne, relawan pembimbing Kelas Budi Pekerti hari itu membawakan materi yang bertema Berkata yang Baik untuk para siswa kelas Qing Zi Ban kecil (umur 6 – 8 tahun). “Kalian harus memperlakukan orang lain dengan baik dan ramah, caranya dengan mengontrol emosi. Dengan begitu kalian akan punya banyak teman,” jelas Jeanne.

Bersamaan dengan kelas anak-anak, para orang tua juga ada kelas parenting yang dibawakan oleh Agus Hartono, relawan Tzu Chi yang juga seorang praktisi hypnoteraphy. Mengapa di kelas budi pekerti untuk anak-anak, orang tuanya juga diajak? Jawabannya adalah supaya apa yang diajarkan anak di kelas bisa tersambung di rumah sehingga tujuan kelas budi pekerti bisa tercapai.


Para siswa Kelas Budi Pekerti bersama-sama melakukan isyarat tangan Fa Hao Yuan Shuo Hao Hua (Ikrar yang baik dan bertutur kata yang baik).


Agus Hartono di kelas Parenting menjelaskan dan mengajak orang tua untuk memberikan pikiran, ucapan, dan perbuatan baik kepada anak anak mereka.

Peran orang tua bagi anak adalah menciptakan kondisi yang mendukung anak meraih cita-citanya dan menanamkan pola pikir tentang hal yang baik di alam bawah sadar anak. Contoh kondisi atau pola pikir yang bisa ditanamkan dalam pikiran anak dengan kata kata baik yakni, belajar itu gampang, mencari uang itu mudah, pantang menyerah. Intinya, pikiran orang tua yang selalu positif dan perbuatan yang baik juga berdampak terhadap anaknya.

Materi yang didapatkan hari itu juga dilengkapi dengan permainan yang mendukung yaitu mempraktikan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Jadi selain meminta, orang tua juga harus mau merendahkan hati untuk menerima kondisi sehingga akhirnya bisa mencapai tujuan. Seperti permainan melewati lingkaran dengan tangan berpegangan. Orang tua meminta anaknya untuk cepat namun juga harus hati-hati supaya saat pindah, lingkarannya tidak mengenai orang lain. Orang tua juga harus mau menunduk atau jongkok menyesuaikan tinggi anaknya saat melewati lingkaran. Ini akan tercapai kalau anak dan orang tua berkomunikasi dengan baik dan sehati baru bisa lakukan dengan cepat.


Permainan melewati lingkaran yang membuat anak dan orang tua saling berkomunikasi dengan baik.


Menuang celengan, pelajaran tentang berbagi dan membantu sesama yang membutuhkan.

Jusui, relawan yang memandu permainan juga menjelaskan program Kelas Budi Pekerti ini semua bersumber dari tim pendidikan Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Taiwan, “Kita di Indonesia tinggal menerapkan dan menyesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Untuk kelas Qing Zi Ban Kecil ini ada 4 komunitas relawan di Jakarta yang menyelenggarakan kelas ini, untuk kelas terakhir digabung di Aula Jingsi, kebayangkan betapa ramai dan serunya kelas hari ini. Semuanya ada sebanyak 71 murid, 86 orang tua dan 89 relawan,” ungkap Jusui.

Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Belajar Berkata yang Baik dan Mengendalikan emosi

Belajar Berkata yang Baik dan Mengendalikan emosi

22 Oktober 2019

Kelas budi pekerti Qing Zi Ban penutupan tahun ajaran 2019 dari 4 komunitas relawan Tzu Chi Jakarta digabung menjadi satu, kelas hari itu membawa tema Berkata yang Baik.

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -