Belajar Berlapang Dada dan Berpengertian

Jurnalis : Lina, Kho Ki Ho (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Kho Ki Ho, Ace (Tzu Chi Pekanbaru)

Murid mulai berdatangan ketika waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB. Mereka mengisi daftar hadir dan para mentor memberikan name tag untuk dikalungkan.

Pada siang hari di pekan kedua bulan Agustus, tepatnya Minggu, 13 Agustus 2023, tampak sejumlah relawan mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk Kelas Budi Pekerti Tzu Shao Ban (tingkatan SMP-SMA). Huo ban men (sebutan untuk murid kelas SMP-SMA) mulai berdatangan ketika waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB. Mereka mengisi daftar hadir dan para mentor memberikan nametag untuk dikalungkan.

Tepat pukul 13.30 WIB, para murid dipandu oleh mentor masing-masing kemudian berbaris rapi untuk memasuki ruangan kelas budi pekerti yang berada di lantai 3, kantor Tzu Chi Pekanbaru.

Kelas kali ini murid belajar lagu Mars Jiu Shi Xian Zai (Sekaranglah Saatnya), yang dipandu oleh relawan Milie dan Dewi. Bait demi bait teks lagu dijelaskan agar murid memahami arti makna lagu.

Selain bedah lagu, murid juga menyimak tayangan video Master Cheng Yen bercerita "Si Kuda yang Berlapang Dada". Lewat kisah ini murid diajak untuk lebih memahami pentingnya toleransi, berlapang dada, dan berpengertian, seperti cuplikan tayangan video yang menceritakan seekor kuda tunggangan yang menggigit kuda kerajaan.

Kelas kali ini murid belajar lagu Mars Jiu Shi Xian Zai (Sekaranglah Saatnya), yang dipandu oleh relawan Milie dan Dewi. Bait demi bait teks lagu dijelaskan agar murid memahami arti lagu. Tampak murid menyimak dan memperagakan dengan baik setelah diajari peragaan isyarat tangannya. Sejumlah murid juga ikut tampil maju ke depan memperagakan lagu penuh makna tersebut.

Selain bedah lagu, murid juga menyimak tayangan video Master Cheng Yen bercerita "Si Kuda yang Berlapang Dada". Lewat kisah ini murid diajak untuk lebih memahami pentingnya toleransi, berlapang dada, dan berpengertian, seperti cuplikan tayangan video yang menceritakan seekor kuda tunggangan yang menggigit kuda kerajaan. Setelah mengigit kuda kerajaan, kuda tunggangan kemudian menyesali perbuatannya dan berubah. Walau berada di pihak yang benar, kuda kerajaan yang digigit memaafkan dengan penuh cinta kasih. Berkat lapang dada dan berpengertian, akhirnya hubungan kedua ekor kuda ini menjadi baik kembali, dan mereka hidup dengan harmonis.

Lewat kisah Master Bercerita tersebut, relawan Lecin berharap, “Semoga murid bisa menangani segala hal dengan welas asih dan kebijaksanaan, mampu meningkatkan toleransi, lapang dada, dan selalu berpikiran positif, dengan demikian hubungan antar sesama akan berjalan harmonis dan penuh sukacita.”

Alvin Lim (depan) seorang diri naik travel menempuh perjalanan lebih 2 jam dari Kota Dumai untuk mengikuti Kelas Budi Pekerti ini.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi permainan yang dipandu oleh relawan Yanti, murid dibagi menjadi 8 kelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 10-11 murid. Masing-masing murid mendapatkan secarik kertas berukuran A4 untuk berdiri di atasnya. Kemudian para murid menerima kertas kecil berisi pertanyaan apabila mereka dihadapkan pada kondisi seseorang secara tidak sengaja menumpahkan makanan yang sedang dimakan ke pakaian murid, respon seperti apa yang akan mereka lakukan.

Ketika jawaban berupa responnya positif maka murid akan diberi tambahan kertas untuk bendiri dan sebaliknya jika responnya negatif maka tempat untuk berdiri akan dikurangi sehingga menjadi lebih semakin sempit.

"Kertas ibarat wadah hati manusia, jika dapat menghadapi masalah dengan toleransi atau lapang dada, kita akan mudah menerimanya, maka hubungan dengan sesama lebih nyaman dan harmonis, sebaliknya jika kita tidak berlapang dada maka akan mudah terjadi gesekan dan perselisihan," tutur relawan Yanti.

Keceriaan para murid Tzu Shao ketika membaca respon dari pertanyaan dalam permainan tentang berlapang dada.

Kelas berakhir dengan sesi foto bersama seluruh peserta. Kegiatan ini dihadiri oleh total 99 peserta yang terdiri dari 83 orang murid dan 16 mentor. Salah satu murid Tzu Shao bernama Alvin Lim (SMA) seorang diri naik travel menempuh perjalanan lebih 2 jam dari Kota Dumai untuk mengikuti Kelas Budi Pekerti ini. Alvin mengungkapkan, “Saya merasa senang, yang saya dapatkan hari ini dengan kita memaafkan orang lain, kita berlapang dada dan memiliki hati yang lebih luas, semakin luas hati kita, semakin leluasa dan nyaman kita.”

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Menerapkan Kebajikan Sejak Dini

Menerapkan Kebajikan Sejak Dini

17 November 2017

Sosialisasi kelas budi pekerti yang digelar Tzu Chi Bandung pada Minggu, 12 November 2017 disambut positif para orang tua di wilayah Bandung. Dalam sosialisasi ini, ada pula 20 calon murid kelas budi pekerti.

Menanamkan Sikap Welas Asih dalam Diri Anak-anak

Menanamkan Sikap Welas Asih dalam Diri Anak-anak

13 November 2018

Kelas Budi Pekerti yang digelar Tzu Chi Bandung mulai menampakan hasil yang baik dari anak-anak (Xiao Pu Sa). Mereka sudah memiliki sikap dan etika yang baik ketika di rumah, disiplin, dan berbakti kepada orang tua.

Membentuk Karakter yang Baik Dengan Pendidikan Budi Pekerti

Membentuk Karakter yang Baik Dengan Pendidikan Budi Pekerti

21 November 2019

Di Tahun 2019, Kelas Budi Pekerti Qin Zi Ban sudah memasuki tahun ke 14, dan Kelas Pendewasaan Tzu Shao Ban memasuki usia ke 11. Tentunya perjalanan panjang khususnya pendidikan Budi Pekerti bagi para murid, banyak memberikan perubahan dalam pembentukan karakter anak yang lebih baik.

Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -