Belajar Bersama Bedah Buku “20 Kesulitan Dalam Kehidupan”

Jurnalis : Elisa (Tzu Chi Batam), Fotografer : Emilia (Tzu Chi Batam)

Para relawan foto bersama setelah kegiatan belajar bersama bedah buku selesai

Kegiatan belajar bersama bedah buku 20 Kesulitan Dalam Kehidupan kolaborasi HA Tiban Uma dan Batam Center yang berlangsung sejak 2022 lalu, Jumat ini 15 Desember 2023 telah sampai di Bab 20: “Sulit untuk Memahami Metode Terampil” dan bab penutup dengan tema “Jalan Para Bodhisattva”.

Kegiatan yang berlangsung pada hari dihadiri sebanyak 28 orang.

Dalam pembahasan bab “Sulit untuk memahami metode terampil,” relawan membedah tentang: jika relawan memperdalam tentang ajaran Buddha, relawan harus berusaha untuk menemukan sifat alami dalam diri masing-masing dengan hati yang tercerahkan.

Tentunya hal itu tidaklah mudah. Akan tetapi, jika relawan dapat menerapkan ajaran-ajaran Buddha dalam kehidupan dan menempatkan konsep tersebut ke dalam praktik sehari-hari, maka semua tingkah laku akan menjadi metode pengembangan yang mengagumkan, sampai akhirnya relawan secara bertahap dapat menemukan sifat alami mereka.

Pada kesempatan ini, Susanto Chua memberikan sharingan-nya. Ia mengatakan, awal mula Buddha membabarkan Dharma tidaklah bisa secara langsung disampaikan semua, karena Buddha tahu kapasitas para muridnya tidak bisa sekaligus menerima semuanya. Buddha kemudian memikirkan metode-metode yang disesuaikan dengan kemampuan-kemampuan setiap muridnya dan sampai akhirnya Buddha bisa membabarkan Dharma sejatinya.

“Metode terampil merupakan pondasi sangat penting untuk memasuki ajaran Buddha, oleh karena itu, relawan tidak boleh meremehkan metode terampil,” ungkapnya.

Peserta membaca isi buku 20 kesulitan dalam kehidupan secara bergantian.

Setelah pembahasan bab ke-20 selesai, dilanjutkan dengan pembahasan bab penutup “Jalan Para Bodhisattva”. Dalam bab ini Master Cheng Yen berharap agar Tzu Chi akan menjadi sebuah organisasi yang melampaui dunia dan para anggotanya akan berbagi semangat dan pandangan yang sama.

Di jalan Bodhisattva, relawan harus berhati-hati dengan pikiran, katakan, dan lakukan, serta saling memberi semangat dan dorongan pada yang lain. Saat menemui kesulitan relawan tidak boleh putus asa karena dengan menyerah, rintangan akan mudah muncul dan relawan bisa terjatuh dalam jurang keterpurukan. Oleh karena itu, relawan harus bisa mengendalikan pemikiran dan berusaha agar bisa maju sedikit demi sedikit dengan ketekunan, pada akhirnya relawan akan mencapai puncak tingkat pencerahan.
Untuk menjadi Bodhisattva di dunia, relawan harus terjun langsung ke tengah masyarakat, menyadari penderitaan, menghargai berkah dan menciptakan berkah kembali. Dengan praktik enam paramitta, terjun ke tengah masyarakat tanpa tercemar oleh kerisauan batin. Bukan saja tidak tercemar, tetapi harus bagaikan lumpur yang memberi nutrisi agar batin menjadi jernih, bahkan bisa mengubah kerisauan batin para makhluk menjadi jernih bagai bunga teratai. Relawan juga harus membimbing para makhluk untuk bersumbangsih dan terjun ke tengah masyarakat, membimbing diri sendiri dan memberi manfaat bagi orang lain.

Andy Tan yang rutin mengikuti bedah buku mengatakan untuk bisa belajar bedah buku tinggal mengatur waktu mengikuti kegiatan ini. “Sebenarnya semuanya berkesan, karena 20 kesulitan itu sangat wajar dan memang dirasakan oleh kami semua, tetapi untuk yang bab terakhir kesulitan 20 dimana relawan belajar untuk memahami makna dari pengajaran Buddha itu yang memang agak sulit dimengerti dan memang menjadi tantangan yang tersulit di antara 20 bab tersebut. Setelah belajar 20 kesulitan ini yang pastinya lebih menyadari akan yang terjadi di sekeliling dan juga belajar menjadi manusia yang lebih baik,” ungkapnya.

Rahmat Hartato (kiri) selaku koordinator kegiatan bedah buku hari ini dan Tan Ati Sumarno (kanan) selaku pendamping tim kebaktian He Qi menyampaikan harapan kedepan kegiatan bedah buku.

Rahmat Hartato selaku koordinator kegiatan ini merasa sangat senang karena belajar bersama bedah buku ini akhirnya terselesaikan secara sempurna, mengingat sebelumnya pernah dibahas 3 kali tetapi tidak pernah sampai pada bab terakhir. Harapannya, semua peserta yang rutin ikut kegiatan ini memperoleh manfaat dari pembahasan, sharingan para peserta, ceramah dan ajaran Master Cheng Yen. Dan ke depan semakin banyak orang yang tertarik dengan bedah buku ini. Secara pribadi manfaat yang ia peroleh dari bedah buku yaitu ia merasa pengetahuan tentang Dharma bertambah dan meningkat. Asalkan relawan sama-sama mau belajar dan mendalami ilmu yang diperoleh dari bedah buku, relawan bisa mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari untuk merasakan banyak hal-hal positif yang diperoleh.

“Di Taiwan pembelajaran tentang jalan Bodhisattva dan Dharma benar-benar ditekankan sehingga menurut saya apabila ini dibawa seiring dengan budaya humanis ke dalam komunitas Batam maka pastinya relawan semakin berkembang pengetahuannya tentang Dharma. Jadi selain menciptakan berkah, relawan juga bisa mengembangkan kebijaksanaan,” ungkapnya.

Tan Ati Sumarno (kiri) memberikan penghargaan piagam kepada Andy Tan (kanan) dan relawan lainnya yang selama ini menjadi moderator bedah buku.

Pada akhir kegiatan, Tan Ati Sumarno terlebih dahulu menyampaikan pesan cinta kasih. Dalam pesannya ia mengatakan tujuan relawan dari bedah buku adalah merangkul Bodhisattva baru, mempererat hubungan se-Dharma dan melatih diri agar bisa lebih memahami dan membabarkan ajaran Master Cheng Yen.

“Master Cheng Yen juga mengharapkan relawan sebagai manusia bukan hanya yang bekerja dan bekerja tetapi relawan harus tahu tujuan dan makna dari kehidupan ini,” ungkapnya. Ia berharap tahun depan bedah buku itu bisa kembali ke komunitas masing-masing, karena belajar bedah buku tidak harus di Jing Si Tang tetapi bisa dimana saja. Dan diharapkan setiap relawan lebih berani ditunjuk sebagai pemandu moderator, bisa lebih berani memberikan kesan-kesan dan pendapatnya karena dalam bedah buku ini tidak ada yang salah atau benar semua. Di dalam kegiatan bedah buku ini, relawan sama-sama belajar.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Bedah Buku: Bersama Menumbuhkan Kebijaksanaan

Bedah Buku: Bersama Menumbuhkan Kebijaksanaan

28 Januari 2016
Teddy (34), salah seorang peserta yang baru pertama kali mengikuti kegiatan bedah buku ini menerangkan jika dirinya sangat senang ikut kegiatan tersebut. Kegiatan bedah buku ini memberinya banyak inspirasi dan pengetahuan baru.
Menjadi Guru yang Humanis

Menjadi Guru yang Humanis

08 April 2016

Sekolah Ehipassiko, BSD, Tangerang mengadakan kegiatan bedah buku Pedoman Guru Humanis karangan Master Cheng Yen pada 1 April 2016. Para guru berdiskusi mengenai proses menjadi seorang guru yang humanis. 

Bedah Buku: Membedah Buku, Menimba Ilmu

Bedah Buku: Membedah Buku, Menimba Ilmu

19 Februari 2013 Buku merupakan jendela informasi, dengan membaca buku banyak informasi yang dapat kita kutip dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -