Belajar Cara Recycle

Jurnalis : Christine Desyliana (He Qi Barat), Fotografer : Merry Christine, Bobby (He Qi Barat)

Salah satu sekolah yang peduli akan Bumi ini adalah Sekolah SMPK 6 Penabur Muara Karang yang mengirim 9 guru dan total 167 murid kelas 8 melaksanakan program sekolah yang bertajuk "Go Green" dan 3R (reuse, reduce, recycle) yang dilaksanakan pada Rabu, 20 Mei 2015 pukul 08.00 WIB.

Sudah hal yang lumrah jika saat ini banyak sekolah dan komunitas di masyarakat peduli akan lingkungan karena setiap orang di bumi ini dapat merasakan betapa semakin tidak menentunya kondisi alam dan cuaca di saat ini. Lagipula jika bukan kita, siapa lagi yang peduli ? dan semua harus dimulai dari diri sendiri.

Salah satu sekolah yang peduli akan Bumi ini adalah Sekolah SMPK 6 Penabur Muara Karang yang mengirim 9 guru dan total 167 murid kelas 8 melaksanakan program sekolah yang bertajuk "Go Green" dan 3R (reuse, reduce, recycle) yang memang sudah diprogramkan setiap tahun, dengan melakukan kunjungan ke Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi wilayah Cengkareng dengan kendaraan milik sekolah pada Rabu, 20 Mei 2015 pukul 08.00 WIB.

“Saya berharap agar anak-anak bisa mengambil hal-hal baik setelah melihat langsung dan belajar cara recycle, lalu mengaplikasikannya ke rumah,” jelas Ibu Ekawati dengan semangat, selaku guru di bidang Pendidikan Agama Kristen SMPK 6 Penabur yang berkunjung ke Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat.

Jhonny Zhang, selaku fungsionaris Pelestarian Lingkungan juga memperlihatkan video terkait vegetarian, memberikan sosialisasi jenis plastik, cara pembuatan eco enzym dan menambah wawasan para murid dan guru bahwa di Tzu Chi juga mengenal 5R yang berupa rethink, reduce, reuse, repair, recycle.


Dalam kunjungan, anak-anak juga diajarkan praktik memilah barang daur ulang yang baik dan benar

Neville, murid kelas 8, berkata, “Walau ribet, tapi pengalaman pisah barang daur ulang ini bisa saya gunakan di rumah, bisa bantu olah sampah demi dunia dan cegah global warming. Dan saya mendapatkan pelajaran kalau air dari botol minuman itu jangan disia-siakan, harus dihabiskan. Lalu tutupnya bisa dibikin hiasan tempelan kulkas”. Neville begitu antusias dan gesit saat memilah barang daur ulang di pos pemilahan pertama. Dia bersama 5 temannya harus memilah dan menempatkan barang daur ulang sesuai tempatnya. Ada pun barang daur ulang di pos ini dibagi beberapa bagian yaitu botol plastik bening, botol plastik warna, botol plastik kotor, tutup botol plastik, gelas plastik, kristal, handpack, ppc, mainan, dan lain-lain. Hal ini sangat memerlukan konsentrasi dan melatih kecepatan berpikir untuk mengelompokkan barang daur ulang sesuai jenisnya.

Ada juga pos lainnya setelah pos pemilahan pertama untuk para murid yang sudah disiapkan oleh para relawan Yayasan Buddha Tzu Chi di Depo yaitu pos pengolahan :

  1. Kotak Packing.
  2. Majalah Bekas.
  3. Koran Bekas.
  4. Kertas Putih Bekas
  5. Botol Plastik
  6. Buku Tulis Bekas.
  7. Buku Pelajaran Bekas
  8. Kertas Plastik.
  9. Kaleng.

Murid-murid sangat menyimak karena mereka ingin belajar cara recycle barang.

Yayasan Buddha Tzu Chi juga mengajak para murid untuk peduli dengan korban bencana gempa di Nepal dengan menggalang dana amal sehingga semuanya turut serta melakukan kebajikan di kehidupan ini bersama Tzu Chi


Sebelum kembali ke rumah mereka masing-masing, anak-anak, guru, dan relawan berfoto bersama sebagai kenang-kenangan.

Seolah ingin mendukung program sekolah dan memaksimalkan kualitas para murid, maka Johnny Zhang selaku fungsionaris Pelestarian Lingkungan juga memperlihatkan video terkait vegetarian, memberikan sosialisasi jenis plastik, cara pembuatan eco enzym dan menambah wawasan para murid dan guru bahwa di Tzu Chi juga mengenal 5R yang berupa rethink, reduce, reuse, repair, recycle.

Tak lupa juga relawan Yayasan Buddha Tzu Chi mengajak para murid untuk peduli dengan korban bencana gempa di Nepal dengan menggalang dana amal sehingga semuanya turut serta melakukan kebajikan di kehidupan ini bersama Tzu Chi dan peduli dengan sesama walaupun beda negara, agama dan ras. Hidup ini sangat indah jika semua orang dapat berbagi dan kita selalu diingatkan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Tepat pukul 12.30 wib, mereka pulang sambil membawa suvenir berupa 1 buku yang ditulis oleh Master Cheng Yen sebagai pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi, yang berjudul 108 Kata Perenungan. Semoga mereka selalu peduli dengan lingkungan dan berbagi pengetahuannya ke teman-teman lainnya sehingga bumi ini selalu hijau dan menjadi “rumah” yang sejuk untuk penghuninya.

 


Artikel Terkait

Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -