Belajar dan Berkreasi di Tengah Pandemi

Jurnalis : Nur Azizah (DAAI TV Medan), Fotografer : Nur Azizah (DAAI TV Medan) / Dok. Tzu Chi


Para peserta dan relawan dari Tzu Chi Medan antusias mengikuti pelatihan Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen secara online di tengah pandemi Covid-19.

Memupuk budi pekerti dan nilai kebijaksanaan sangat baik ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak. Sebab konteks pendidikan budi pekerti sangat dibutuhkan agar anak tumbuh serta berkembang menjadi pribadi yang berbakti dan berbudi luhur.

Berangkat dari hal inilah, Tzu Chi Medan mengadakan Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari Misi Pendidikan Tzu Chi. Dengan tujuan untuk memberikan edukasi budi pekerti dengan memaknai setiap Kata Perenungan Master Cheng Yen.

“Kelas Kata Perenungan itu sebenarnya sebuah kelas yang kita ajarkan budi pekerti di Tzu Chi Medan. Tujuannya menanamkan budi pekerti kepada para xiau pu sa (bodhisatwa cilik-red) melalui Kata Perenungan Master Cheng Yen,” ujar Yanny, Koordinator acara Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen.


Yanny, koordinator acara Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen membuka dan menyapa xiau pu sa dalam pelatihan online.

Kelas Kata Perenungan ini pun sudah berjalan sejak 2012 lalu. Biasanya kelas diadakan di Depo Pelestarian Lingkungan Mandala, Tzu Chi Medan. Namun sejak pandemi Covid-19 yang terjadi dan menyebar luas ke beberapa wilayah di Indonesia, kelas ini pun diadakan secara online atau daring.

Di tengah pandemi, kelas kata perenungan ini tetap diikuti dengan antusias oleh peserta yang terdiri dari anak-anak dan remaja. Buktinya, saat kelas ini berlangsung pada Minggu 13 September 2020, sebanyak 30 peserta berhasil bergabung dan membahas materi Kata Perenungan Master Cheng Yen. Materi yang dibahas dalam kegiatan kali ini tentang pengendalian diri untuk bersikap baik serta larangan untuk tidak tinggi hati.

“Hari ini materi yang dibawakan, kita mengulang kembali materi kata perenungan yang sudah pernah diajarkan. Kita review kembali dan berharap mereka mengingat kembali kata perenungan yang kita ajarkan sebelumnya sekaligus mengevaluasi pemahaman mereka,” jelas Yanny.


Susandi dan Maria menjelaskan proses pengerjaan string art kepada peserta pelatihan.

Meski kelas berlangsung secara daring, namun relawan tetap memberikan pelatihan dengan cara menarik dan menyenangkan. Kali ini kelas kata perenungan mengundang dua orang pemateri dari luar Tzu Chi yaitu Susandi dan Maria untuk memberikan materi tentang kreasi string art.

Mereka berdua adalah pengrajin dari Cacti Life. Dijelaskan Susandi, string art adalah kreasi unik yang terbuat dari susunan paku dan benang untuk membentuk sebuah pola gambar atau tulisan di atas sebuah papan kayu. “Kalau biasanya kita melukis pakai cat dan kuas, tapi untuk string art ini bahan warnanya semua dari benang,” jelas Susandi.

Pemberian materi tentang kreasi string art ini bertujuan agar anak-anak tidak jenuh selama belajar di rumah. String art juga memiliki manfaat lain, yakni mengasah kreativitas anak, menggali imajinasi, dan melatih kesabaran.

“Bagi anak, kegiatan string art bisa melatih karakter sabar. Di sini mereka bisa bersabar, teliti, dan mereka juga harus berkreasi. Tentunya di sini kita juga mengajarkan bahwa kreativitas itu tidak ada halangan. Jadi kalau mereka mau kreatif, mereka bisa,” ungkap Susandi.


Xiau pu sa menyimak pelatihan sebelum mempraktekkan string art.

Meski belajar dan berkreasi secara daring, anak-anak tampak serius dan dan antusias mengikuti materi string art ini. Wengie Wei, salah satu peserta kelas kata perenungan terlihat serius mengikuti sesi kreasi string art ini. Selama pelatihan, mata Wengi dan adiknya Wenton fokus menatap layar ponsel sembari tangan mereka mengaitkan benang dari satu paku ke paku lain.  “Pelatihan ini menyenangkan. Sebab dapat meningkatkan kreativitas dan menghilangkan kejenuhan saat bosan di rumah,” ujar Wengie Wei.

Senada dengan itu, Susandi dan Maria juga senang karena disambut antusias oleh anak-anak dalam pelatihan ini. Mereka menjelaskan bahwa saat pelatihan anak-anak terlihat sibuk mengerjakan dan terlihat mudah menguasai materi. “Bahkan pada saat ditanya interaksinya mereka cenderung lebih asyik bekerja daripada bicara. Begitu saya lihat tadi sewaktu online,” jelas Susandi.


Mengaitkan benang dari satu paku ke paku lain hingga membentuk pola, itulah string art.

Lewat pelatihan ini, mereka bersyukur sebab bisa berbagi dan bermanfaat bagi banyak orang. Dan yang paling penting, mereka telah menebar kebahagian kecil untuk anak-anak di masa pandemi ini. “Buat adik-adik semua, di sini kita bisa belajar bahwa kreativitas itu tidak terhalang oleh waktu atau tempat. Jadi setiap orang punya kreativitas masing-masing. Kita tidak bisa samakan kita harus sama seperti orang lain, yang paling penting kita hanya mengembangkan diri, apa yang kita bisa itu yang kita lakukan,” imbuh Susandi.

Tidak saja bagi Susandi, Maria, dan anak-anak. Sebab para relawan yang terlibat dalam pelatihan ini juga mengungkapkan kegembiraannya. Mereka berharap agar anak-anak tetap semangat belajar dan berkreasi di tengah pandemi ini. Sebab tidak ada halangan bila mau mencoba dan berusaha. “Semoga mereka bisa lebih antusias kedepannya. Mereka tetap semangat untuk mengikuti kelas baik akademik dan non akademik. Kita harapkan tumbuh jiwa kebijaksanaannya walaupun di kondisi pandemi ini,” jelas Yanny.

Editor: Arimami Suryo A.


Artikel Terkait

Belajar dan Berkreasi di Tengah Pandemi

Belajar dan Berkreasi di Tengah Pandemi

16 September 2020

Dalam masa pandemi Covid-19, Tzu Chi Medan mengadakan kelas kata perenungan secara online. Kelas yang berlangsung pada Minggu 13 September 2020 kali ini mengajak para peserta untuk berkreasi string art.

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -