Belajar dan Bersyukur dalam Kebersamaan Kunjungan Kasih
Jurnalis : Fammy, Rani Wulansari, Willy Japri, Sharon Tanamas, Albert Indrawan Ho (He Qi Timur), Fotografer : Fammy, Willy Japri, Sharon Tanamas, Albert Indrawan Ho, Frensen Salim (He Qi Timur)Wie Sioeng, relawan Tzu Chi yang menjadi koordinator kegiatan kunjungan kasih pada Sabtu, 29 Agustus 2015 memberikan pengarahan kepada para relawan. Dia mengajak para relawan untuk tetap menjaga budaya humanis Tzu Chi dalam kunjungan.
“Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.”
Kata Perenungan Master Cheng Yen
Relawan Tzu Chi yang bergerak di misi amal tak kenal lelah mengemban misi untuk membantu sesama. Pada Sabtu, 29 Agustus 2015, pukul 7:00, sekitar 29 relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Timur, Hu Ai Kelapa Gading berkumpul di Klub Kelapa Gading, Jakarta Utara untuk melakukan pengarahan sebelum bertolak melakukan kunjungan ke tiga lokasi berbeda yaitu, di Tanjung Priok, Pondok Bambu, dan Jatinegara. Ketiga kunjungan ini merupakan bentuk tindak lanjut atas kunjungan dan survei yang telah dilakukan oleh para relawan sebelumnya.
Turut ikut dalam kegiatan ini relawan Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi) komunitas Kelapa Gading yang dikoordinir oleh Franciska dan Sharon Tanamas bersama 10 relawan Tzu Ching. Tak hanya itu, mereka juga turut mengajak siswa/i penerima beasiswa SMK Tzu Chi dan mahasiswa penerima beasiswa karir Tzu Chi dalam kegiatan hari itu. Tujuannya untuk memberi kesempatan bagi para relawan muda itu untuk belajar bersama relawan Tzu Chi melakukan kegiatan misi amal.
Wie Sioeng, relawan Tzu Chi yang menjadi penanggung jawab kunjungan hari itu dalam pengarahannya mengajak para relawan untuk menjaga budaya humanis Tzu Chi saat melakukan kunjungan. Dia juga menambahkan, ”Kunjungan kasus relawan He Qi Timur kali ini adalah ‘wisata batin’ yang pada intinya adalah pembinaan semua relawan. Kita mau sama-sama bersyukur dengan bisa berbagi lebih baik lagi dan agar lebih memahami para gan en hu (sebutan untuk penerima bantuan Tzu Chi –red) kita dan mendekatkan diri layaknya saudara. Relawan bisa belajar memahami arti kehidupan.”
Para relawan kemudian dibagi dalam tiga kelompok yaitu kelompok pertama sebanyak 13 relawan melakukan kunjungan ke Panti Dinas Sosial Khusus Penyandang Disabilitas di Pondok Bambu untuk mengantarkan kursi roda ke salah satu kakek di sana. Tim kedua mengunjungi salah satu penerima bantuan di Jatinegara bernama Albert. Terakhir tim ketiga bertolak menuju Tanjung Priok untuk mengunjungi salah seorang relawan Tzu Chi komunitas Kelapa Gading yang saat ini menderita kanker stadium lanjut, Xia Keng Tin.
Tim relawan pertama bertolak menuju Panti Dinas Sosial Khusus Penyandang Disabilitas di Pondok Bambu, Jakarta Timur untuk memberikan bantuan kursi roda untuk Apek Lim Te Ho menggantikan kursi roda lamanya yang telah rusak dan berkarat.
Sekitar pukul 08:00, tim relawan pertama tiba di Panti Dinas Sosial Khusus Penyandang Disabilitas di Pondok Bambu, Jakarta Timur. Pant ini melibatkan tenaga 29 orang relawan dan menampung 33 orang penghuni panti. Salah satu penghuninya adalah Apek Lim Te Ho yang telah berusia 57 tahun.
Relawan Tzu Chi hari itu datang untuk memberikan bantuan kursi roda bagi Apek Lim Te Ho untuk menggantikan kursi rodanya yang telah rusak dan berkarat. Selain itu, kedatangan relawan juga untuk memberikan semangat moril bagi Apek Lim Te Ho.
Apek Lim Te Ho merupakan perantauan dari Palembang dan telah berada di panti ini selama dua tahun. Dia mengalami kelumpuhan di kakinya akibat kecelakaan motor yang dialaminya dan diperparah dengan keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan.
Kunjungan dan perhatian dari relawan-relawan Tzu Chi hari itu membuat hati Apek Lim senang karena mendapat perhatian yang sudah lama tak dia rasakan. Dia mengucapkan banyak terima kasih kepada semua insan Tzu Chi yang sudah tulus membantu dirinya.
Pada saat yang sama, tim relawan kedua menuju rumah keluarga Yosep Utama Gozali, di mana Albert, penerima bantuan Tzu Chi, bernaung. Kunjungan ini adalah kunjungan lanjutan yang telah dilakukan sebelumnya. Tim relawan sempat kesulitan menemukan rumah Albert dan mesti berputar-putar. Hingga tim relawan berhasil menemukan gang sempit menuju rumah Albert. Perjalanan pun dilanjutkan dengan berjalan kaki.
Memasuki rumah, relawan melihat Albert yang tengah berbaring didampingi ibunya, The Giok Hui. Saat kunjungan, relawan Tzu Chi juga membawa bantuan untuk Albert berupa popok.
Kondisi Albert ini terjadi sejak Desember 2014 silam diawali dengan kejang-kejang dan demam tinggi. Sejak saat itu, Albert tidak bisa berjalan. Beberapa kali Albert dibawa ke rumah sakit. Namun, sejak Mei lalu pengobatannya dihentikan sementara oleh pihak keluarga. Alasannya, biaya untuk memboyong Albert ke rumah sakit tak dapat dijangkau.
Tim ketiga mengunjungi relawan Tzu Chi yang kini menderita kanker stadium lanjut, Xia Keng Tin. Saat ditemui relawan, Xia Keng Tin mengaku sudah lebih baikan.
“Kalau Albert mesti di-opname,terasa berat karena saya mesti bekerja dan jarang ada anggota keluarga atau kerabat yang mau bantu jaga Albert di rumah sakit. Papanya juga sakit stroke ringan dan mesti minum obat. Saya sebagai tulang punggung keluarga mesti membiayai kedua-duanya,” cerita The Giok Hui.
Tak berbeda dari tim pertama dan kedua, tim ketiga juga melakukan kunjungan ke salah satu relawan Tzu Chi yang kini menderita kanker, Xia Keng Tin. Hari itu, Xia Keng Tin telah menanti kedatangan insan Tzu Chi. Dia bercerita bahwa dia pernah menjalani prosedur operasi. Namun, belakangan kondisinya memburuk. Tapi setelah berobat dan meminum obat herbal, dia mulai lebih bersemangat.
Berbagi Pengalaman Kunjungan Kasih
Usai kunjungan, ketiga tim relawan berkumpul di Toko Buku Jing Si Mal Kelapa Gading pada pukul 12.30. Para relawan akan saling berbagi pengalaman dalam kunjungan hari itu.
Misalnya yang dirasakan oleh relawan Tzu Ching. Menurut salah satu relawan Tzu Ching, kunjungan hari itu menjadi pengalaman yang sangat berharga. Pasalnya, pada hari itu mereka merasa bersyukur karena keadaan keluarga mereka masih sehat dan keadaan diri mereka masih sehat.
Senada dengan itu, Kurnia Rahmatika merasa beruntung dapat mengikuti kunjungan kasih pada hari itu. Gadis kelahiran Palembang yang saat ini juga tengah menempuh pendidikan di Akademi Keperawatan Saint Carolus itu mengungkapkan bahwa melalui kunjungan ini dia merasa beruntung dan bersyukur.
“Saya selalu bersyukur masih diberi kesehatan, usia muda untuk melihat banyak hal di luar sana. Ada orang yang kehidupannya lebih menderita dari pada diri kita sendiri. Jadi saya diberi kesempatan bersumbangsih berbuat kebajikan melihat kondisi penerima bantuan,” tuturnya.