Belajar dan Mengajar

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto

doc tzu chi

Eddy mengajar di bimbingan belajar di wilayah Depok setiap hari sepulang kuliah. Mengajar memberinya kepuasan tersendiri, ketika bisa berbagi pengetahuan kepada orang lain.

“Bisa berada di titik seperti ini sebuah hal yang sangat saya syukuri. Ini sama sekali nggak pernah terbayang sebelumnya. Ya, suatu jalinan jodoh yang sangat bagus, karena dengan begitu setidaknya saya bisa memberi harapan kepada kedua orang tua saya. Bisa membanggakan dan membahagiakan orang tua, ini salah satu tujuan hidup saya.”

Pagi kuliah, dan sore mengajar. Inilah salah satu rutinitas yang dijalani Eddy Kurniawan, salah seorang penerima beasiswa karier Tzu Chi. Eddy saat ini tengah menempuh Program Pascasarjana (S2) jurusan Fisika Medis di Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat. Hampir setiap hari pria kelahiran Jakarta dua puluh dua tahun silam ini menimba ilmu. Dalam satu hari minimal ada satu atau dua mata kuliah yang harus diikutinya. Dan biasanya sesi perkuliahan berakhir tengah hari, sehingga sorenya Eddy bisa lanjut mengajar di salah satu bimbingan belajar ternama di Kota Depok. “Bisa membagikan pengetahuan yang kita punya kepada orang lain itu membahagiakan sekali, nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” kata pria yang sebelumnya bercita-cita menjadi seorang guru ini.

Belajar dan mengajar. Itulah dua hal kesukaan bungsu dari dua bersaudara ini. Lulus sarjana (S1) Fisika dari Universitas Gajah Mada pada Februari 2017, Eddy memilih untuk melanjutkan langsung ke S2. Eddy lulus dengan predikat Cum Laude. IPK-nya mendekati sempurna: 3,86. Dan ini dilandasi tanggung jawabnya agar ketika lulus (S2) nanti ia memiliki kompetensi yang baik jika suatu saat ditempatkan untuk bekerja di Rumah Sakit Tzu Chi Indonesia. Sebagai penerima program beasiswa karier, Eddy memang disyaratkan untuk bekerja di Badan Misi Tzu Chi setelah pendidikannya selesai. “Kalo (hanya) S1 saya khawatir nanti ketika terjun ke dunia kerja akhirnya nggak bisa berperan banyak di Rumah Sakit Tzu Chi, nggak banyak kontribusi kan sayang. Sudah gitu banyak yang mendukung, mulai dari orang tua, relawan, dan Yayasan Tzu Chi,” ungkapnya.


Lulus sarjana (S1) Fisika dari Universitas Gajah Mada pada Februari 2017, Eddy kini melanjutkan langsung ke program S 2 di Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat.


Bersama teman-temannya Eddy kerap memanfaatkan waktu senggangnya di kampus untuk berdiskusi.

Banyak Bersyukur

Bisa berada di titik seperti ini membuat anak dari pasangan Lie Eng Liong (62) dan Thio Tjun Lan (52) ini merasa sangat bersyukur. Terlahir dalam keluarga yang sangat sederhana membuat Eddy awalnya tak berani bercita-cita untuk bisa kuliah. Lie Eng Liong, sang ayah bekerja sebagai mekanik mesin bubut, yang penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara Thio Tjun Lan seorang ibu rumah tangga biasa. Jadi, mimpi untuk menjadi seorang sarjana Fisika pun terpaksa disimpan rapat-rapat dalam benaknya ketika itu.

Karena faktor usia, Lie Eng Liong juga harus pensiun. Matanya sudah kurang awas. Padahal pekerjaannya menuntut tingkat akurasi yang tinggi. Alhasil beban hidup keluarga berpaling ke Ferry Dharmawan (27), kakak Eddy yang bekerja di Surabaya, Jawa Timur. Beruntung untuk pendidikan Eddy selalu mendapatkan beasiswa. Seperti saat di sekolah menengah atas, ia mendapatkan beasiswa dari Yayasan Triratna Jakarta.

Bisa berada di titik seperti ini membuat anak dari pasangan Lie Eng Liong (62) dan Thio Tjun Lan (52) ini merasa sangat bersyukur. Terlahir dalam keluarga yang sangat sederhana membuat Eddy awalnya tak berani bercita-cita untuk bisa kuliah.

Dan nasib baik terus menghampirinya. Melihat prestasi akademiknya, salah seorang pengurus menyarankannya mengambil program beasiswa karier yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Setelah melalui tahapan seleksinya, Eddy dinyatakan layak untuk mendapatkan beasiswa dari Tzu Chi. Awalnya Eddy mencoba mengambil fakultas kedokteran, namun tidak lolos. Dan setelah mencoba jurusan fisika akhirnya Eddy pun diterima di Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta. “Dulu saya cita-citanya (memang) ingin jadi guru fisika. Ketika orang lain paham apa yang saya sampaikan, terutama tentang fisika saya merasa sangat puas. Tapi guru-guru saya dulu kurang setuju. Mereka lebih setuju saya masuk fisika murni karena lebih luas kesempatannya, dan juga prospek ke depannya cukup bagus, terutama di fisika medis,” ungkapnya.

Menurut Eddy, fisika medis sangat berperan dalam pengembangan ilmu kesehatan. Beragam alat kesehatan mulai dari CT-scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), sampai radioterapi itu merupakan pengembangan dari ilmu fisika medis. “Jadi ke depan ini sangat diperlukan. Ini yang jadi motivasi saya bahwa ini suatu saat akan diperlukan di masa depan. Apalagi di Rumah Sakit Tzu Chi yang baru ini (nantinya) akan menggunakan peralatan medis yang berteknologi tinggi. (Alat-alat) ini umumnya dikontrol oleh orang fisika medis,” jelasnya.


Dari penghasilannya mengajar Eddy menyisihkannya untuk membantu kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia.

Membimbing dengan Penuh Kesungguhan

Ada hal unik yang dirasakan Eddy dengan menjadi anak asuh Tzu Chi. Pendampingan dan perhatian para relawan dirasakannya sangat total dan maksimal. Tidak hanya memberi bantuan secara finansial saja, tetapi relawan juga mengayomi, mengontrol, dan mendampingi. “Masalah kan nggak hanya finansial saja, kadang kuliah itu masalah macam-macam, kompleks. Jujur saya sering curhat sama Shigu Lulu tentang masalah-masalah pribadi dan nggak hanya finansial. Apa yang saya pikir pantas saya sharingkan ke orang tua asuh maka saya sampaikan dan biasanya solusinya itu tepat dan membantu sekali,” ungkap Eddy. 

Salah satu yang berkesan yang dirasakan Eddy adalah ketika mengikuti kegiatan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching). Banyak nilai-nilai yang terserap, khususnya budaya humanis. “Saya sering menerapkan itu meski nggak di lingkungan Tzu Chi, bagaimana cara duduk, berbicara, dan berperilaku di depan orang tua. Saya pakai itu dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya. Salah satunya berbakti kepada orang tua. Eddy selalu menyisihkan pendapatannya sebagai pengajar untuk orang tuanya. “Meski tidak besar, tetapi ini cukup membahagiakan saya, setidaknya saya bisa ikut membantu orang tua,” ungkap Eddy.

Seminggu sekali Eddy pulang ke rumahnya di Jonggol, Cileungsi, Jawa Barat untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Sehari-hari Eddy tinggal di rumah kost di dekat kampusnya di Depok, Jawa Barat.

Menjadi orang sukses itu salah satu cita-cita Eddy, dan menjadi orang sukses yang mau membantu orang lain itu tujuan hidupnya. “Karena menurut saya, saya nggak akan bisa sampai sini tanpa bantuan dari orang lain, jadi saya harus balas budi ke orang yang sudah bantu saya sejauh ini. Saya menanamkan hal itu memang di dalam hati saya. Kalau saya memang bisa memberi manfaat untuk orang lain pasti akan saya usahakan semaksimal mungkin. Saya ingin memang membangun Indonesia, mungkin dimulai di Tzu Chi dulu,” katanya.

Dan ternyata nasib baik terus mengiringi perjalanan Eddy. Saat mulai berkuliah di S2, ternyata Eddy juga mendapatkan beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Beasiswa dari Tzu Chi untuk program S2 pun tak lagi diterimanya. “Saya sepertinya sudah terlalu banyak menggunakan uang yayasan, jadi beasiswa saya ini bisa buat adik-adik saya di Tzu Chi,” ungkapnya. Terlebih beasiswa dari Kemendikbud ini tidak menyertakan syarat apa pun setelah lulus nantinya.

Eddy berharap kepada “adik-adiknya” yang juga menerima beasiswa Tzu Chi untuk bersungguh-sungguh dan berkomitmen dalam belajar. “Kita sudah diberi kesempatan jangan sampai disia-siakan,” tegasnya, “harus bertanggung jawab terhadap diri sendiri, orang tua, dan juga Tzu Chi.”

Editor: Yuliati

Artikel Terkait

Belajar dan Mengajar

Belajar dan Mengajar

26 September 2017

Pagi kuliah, dan sore mengajar. Inilah rutinitas Eddy Kurniawan, salah seorang penerima bantuan Tzu Chi salah seorang penerima beasiswa karier Tzu Chi. Eddy saat ini tengah menempuh Program Pascasarjana (S2) jurusan Fisika Medis di Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat.

Memegang Erat Kesempatan Berbakti Pada Orang Tua

Memegang Erat Kesempatan Berbakti Pada Orang Tua

12 Agustus 2014 Dengan mengambil tema Don’t Be Afraid to Dream, para penerima beasiswa karier yang merupakan putra-putri daerah ini diajak untuk bersama-sama berani bermimpi juga berani mewujudkan mimpinya. Selain itu mereka juga diberikan pemahaman mengenai budaya humanis Tzu Chi dan bakti pada orangtua.
Menunaikan Wejangan Sang Ibu

Menunaikan Wejangan Sang Ibu

27 September 2017

Terhitung sejak tanggal 4 September 2017, Bintang mulai menerapkan ilmu yang diperolehnya selama tiga tahun belajar dunia medis. Kini ia telah menjadi seorang perawat.

Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -