Belajar dari Contoh
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto * Selain membantu pengobatan, secara rutin relawan Tzu Chi juga memberi perhatian kepada pasien. Membangkitkan semangat hidup inilah yang hendak ditularkan oleh relawan Tzu Chi Jakarta kepada saudaranya, relawan Tzu Chi dari Surabaya. | Dengan langkah tegap dan mantap, 7 relawan Tzu Chi menapaki setiap anak tangga hingga ke lantai 2 rumah susun di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara. Berseragam biru putih dan abu-abu putih, kehadiran para relawan Tzu Chi ini cukup menarik perhatian para penghuni rumah susun sewa milik Pemerintah DKI Jakarta ini. Beberapa barang (kardus, koran, dan botol plastik) yang semestinya tidak boleh ada di dalam lingkungan perumahan tampak bertumpuk di bawah atau kolong anak tangga. Tingginya bahkan hampir mencapai satu tangga rumah susun. Begitu sampai ke lantai 2, kondisinya tak jauh berbeda. Hampir di setiap lorong, berbagai barang-barang bertumpuk di depan rumah para penghuni rumah susun sederhana ini. |
Dua Ujian Sekaligus Ani adalah pasien pengobatan yang ditangani Tzu Chi. Nenek yang berumur 70 tahun ini, terserang stroke pada bulan September 2008 lalu yang mengakibatkan kelumpuhan (tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki) dan tidak bisa berbicara. Dalam kondisi sakit itu, Shin-yong, suami Ani yang 20 tahun lebih muda darinya justru terkena depresi. "Dia stres dan dah kita bawa berobat ke rumah sakit jiwa," kata Lulu. Karena Ani tidak bisa beraktivitas, sementara suaminya dalam kondisi kejiwaan yang terganggu, maka kehidupan keduanya pun sangat kacau. Karena prihatin akan kondisi kehidupan pasangan suami-istri ini, beberapa tetangga berinisiatif melapor ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk membantu keluarga ini. "Dulu pertama kali kita datang...., kondisi rumahnya parah, kotor!" terang Marlinda, relawan Tzu Chi yang sering mengunjungi Ani. Ket : - Relawan Tzu Chi memberi semangat kepada Ani yang sudah mulai bisa menggerakkan kedua tangannya. Bahkan, karena sang suami tak bisa melakukan apapun¡Xhanya murung dan mondar-mandir¡X maka relawan Tzu Chi-lah yang memandikan dan mengurus Ani. "Hampir setiap hari relawan Tzu Chi selalu kemari bergantian. Kebetulan ada relawan kita (Juli) yang tinggal tak jauh dari sini," terang Lulu. Sementara para relawan membawa Ani berobat ke rumah sakit, suaminya pun dikirim pula ke rumah sakit jiwa selama sebulan lebih. Jika Ani berobat jalan di rumah sakit, suaminya harus menginap untuk memulihkan kesehatan batinnya. Setelah hampir dua bulan berobat, kini kondisi kesehatan Ani membaik. Ia sudah bisa berbicara¡Xmeski pelan dan terpatah-patah¡Xdan menggerakkan kedua tangannya. Bahkan, berkat fisioterapi yang terus dilakukan, kini Ani sudah bisa belajar berjalan dengan didampingi suaminya. "Setiap pagi, saya keliling-keliling sini," kata Ani sambil menunjuk lorong panjang di sampingnya. Suaminya pun kini sudah mulai membaik dan bisa mengurus Ani¡Xmeski masih tetap cenderung menutup diri dan melamun. Shin-yong yang asal Taiwan ini hanya bisa berbahasa Mandarin. Berbeda dengan Ani yang lahir di Medan, dia lancar berbahasa Indonesia dan fasih pula berbahasa Mandarin. Selain menanggung seluruh biaya perawatan dan pengobatan Ani dan suaminya, Tzu Chi juga menanggung biaya kehidupan Ani dan suaminya. "Kita berikan uang bulanan dan serahkan kepada suaminya untuk mengaturnya, untuk belanja sehari-hari dan juga sewa rumah," terang Marlinda dan Juliana yang memang sering mendampingi Ani. Ani sendiri bukannya mau terus bergantung hidup dari bantuan relawan, wanita yang mengaku pandai memasak ini berkeinginan kuat untuk sembuh dan pulih seperti sedia kala. "Supaya bisa cari duit lagi," katanya. Ani dan suaminya dulu memang pernah berdagang sembako dan juga berjualan mi. Beberapa peralatan memasak dan mangkuk-mangkuk mi memang masih tersimpan dengan baik di tempatnya. Ket : - Shin-yong (baju kuning) memperhatikan para relawan Tzu Chi yang sedang mengunjungi istrinya. Mengingatkan pada Masa Lalu Sebenarnya, masih ada 5 orang relawan Tzu Chi Surabaya (total 11 orang) yang datang ke Jakarta dalam rangka belajar dan berbagi pengalaman dengan relawan Tzu Chi Jakarta, terutama dalam hal menyurvei dan menangani pasien kasus yang ditangani Tzu Chi. Dalam rombongan besar itu, turut pula Vivian, Ketua Tzu Chi Surabaya. "Di Surabaya pun kasus seperti ini banyak, tapi kami belum mampu tangani. Kami lebih prioritaskan kepada pasien-pasien pengobatan jangka pendek," tambah Ratna. Dengan terjun langsung ke lapangan dan menyaksikan bagaimana para relawan Tzu Chi di Jakarta mengunjungi dan mendampingi pasien, memberi kesan tersendiri bagi Ratna. "Saya terharu. Ini seperti mengingatkan saya pada ibu (almarhumah-red) saya di saat-saat sakitnya," kata Ratna sembari terisak. Butiran-butiran air mata jatuh dari kelopak matanya, mengiringi isaknya yang tertahan. Sambil berusaha menguasai tangisnya, Ratna berharap Tzu Chi Surabaya pun dapat menangani pasien-pasien kasus seperti ini. "Kita harus bisa menanganinya dengan baik supaya bisa mengurangi penderitaannya," jelas Ratna. | |
Artikel Terkait
Wujud Rasa Syukur Dalam Perbuatan
10 Mei 2009 Di bulan Mei penuh berkah, Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Medan memperingati Hari Waisak 2553 BE, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi Sedunia secara bersamaan di Tiara Convention Hall, Minggu tanggal 10 Mei 2009.Internasional : Klinik Gigi Gratis di Yordania
15 Juni 2010Kisah Resnanda, Penerima Bantuan Bedah Rumah Tzu Chi di Medan
21 Juni 2024Program Bedah rumah Tzu Chi menjadi jawaban atas doa Resnanda dan keluarganya selama ini. “Akhirnya kami mempunyai sebuah rumah yang layak untuk ditinggali dan kami berjanji akan merawat rumah ini,” ujar Resnanda.