Belajar dari Kelas Menyalin Sutra Makna Tanpa Batas

Jurnalis : Listania (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Beverly, Mei Li, Vincent, Amudi (Tzu Chi Tanjung Blai Karimun)


Sabtu, 19 Mei 2018, Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan Kelas Menyalin Sutra Makna Tanpa Batas untuk yang pertama kalinya. Sebanyak 31 relawan Tzu Chi yang berpartisipasi pada kegiatan kali ini.

Pada Sabtu, 19 Mei 2018,Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan kegiatan kelas menyalin Sutra Makna Tanpa Batas untuk pertama kalinya, sebanyak 31 relawanikut berpartisipasi pada kegiatan ini. Sutra Makna Tanpa Batas adalah sebuah sutra yang sederhana, akan tetapi juga memiliki arti yang sangat dalam,oleh karena itu sebelum menyalin sutra dibuku Sutra Makna Tanpa Batas, relawan terlebih dahulu diberikan penjelasan yang dibawakan oleh salah sau relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, Wiyzhien.

Tak lupa, Wiyzhienjuga mengajarkan tata cara penulisan huruf Mandarin atau yang biasa di sebut Bi Hua“笔画”dan beberapa wejanganMaster Cheng Yendalam bentuk video yang menjelaskan inti sari sutraSutra Makna Tanpa Batasagar para peserta dapat memahami sutra yang nantinya akan di salin. Didalam salah satu wejangannya,Master Cheng Yen berpesan: “Batin kita hendaknya selalu dalam keadaan Samadhi, yaitu tidak bergejolak dan selalu teguh tidak tergoyahkan.” Dalam hal ini, menyalin sutra bukan saja hanya mengikuti dengan menggoreskan tinta di dalam buku Sutra MaknaTanpa Batas tetapi peserta juga harus memahami arti sutra itu sendiri, peserta juga diminta untuk menenangkan pikiran selama mendengarkan cerita Master Cheng Yen, agar dapat menyerap apa yang disampaikan dalam ceramahnya.


Sebelum menyalin sutra, para relawan diberikan beberapa tayangan wejangan Master Cheng Yen yang menjelaskan inti sari sutra agar para peserta dapat memahami sutra yang akan disalin nantinya.

Dalam kegiatannya, suasana hangat menyelimuti ruangan karena para peserta sama-sama saling mengajarkan dan berbagi ilmu yang mereka miliki. Selain menyalin sutra, relawan juga diajak membaca sama-samaSutra Bab Sifat Luhur. Sukmawatisebagai koordinator kegiatan mengharapkan dengan di adakannya kegiatan inibisa merekrut lebih banyak Bodhisatwa untuk sama-sama mendalami sutra. Sehingga lebih mengerti Dharma dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari agar sesuai dengan harapan Master Cheng Yen yaitu: “Satu jadi tidak terhingga, yang tidak terhingga bersumber dari satu.” 

Para peserta juga terdiri dari berbagai macam usia, salah satunya Vinnelson (8)yang merupakan peserta paling kecil mengikuti kegiatan ini.Ia tampak sangat antusias mengikuti kegiatan iniwalaupun tulisan Mandarin yang digunakan merupakan tulisan Mandarin tradisonal.Vinnelsonpun tetap giat mengikuti kegiatan ini dengan bimbingan Wiyzhien. Lain halnya dengan Susi (36),ia mengikuti kegiatan ini karena ingin mendalami sutra. “Yang tadinya saya tidak tau, sekarang jadi tau kalau lagu pradaksina merupakan bagian dari sutra Wu Liang Yi Jing (Sutra Makna Tanpa Batas) yaitu sutra yang kita salin hari ini, selain itu saya juga mendapatkan ilmu karena saya sekarang bisa mengerti, makna dari sutra yang kita salin. Kalimat yang saya ingat hari ini ialah静寂清澄,志玄虛漠Jing Ji Qing Cheng, Zhi Xuan Xu Moyang artinya“Hatinya hening dan jernih Tekadnya luas dan luhur” walaupun hanya sedikit setidaknya saya mengetahuinya sekarang,” kata Susi.


Wiyzhien selaku pembawa materi pada kegiatan kali ini mengajarkan tata cara penulisan huruf mandarin atau yang biasa di sebut Bi Hua “笔画” yang merupakan tata cara penulisan kaligrafi dalam tulisan Mandarin kepada para perserta.


Tidak hanya relawan saja yang mengikuti kegiatan Kelas Menyalin Sutra Makna Tanpa Batas, tampak salah satu Xiau Tai Yang juga sangat antusias mengikuti kegiatan ini dengan berbaur dengan relawan-relawan lain.

Selain mengadakan kelas menyalin sutra, juga ada sesi sharing di akhir acara agar peserta dapat menyampaikan perasaannya setelah mengikuti kegiatan menyalin sutra ini.Dalam sharing-nya,Paulina salah satu peserta menyalin sutra mengatakan saat mendengar salah satu wejangan Master Cheng Yen yaitu: “Jika dunia bebas dari pertikaian, maka dunia akan damai.” Setelah mendengar kata-kata ini ia menjadi sadar bahwa dirinya sering bertikai dengan ibunya dan akan berusaha untuk melatih diri agar tidak ada lagi pertikaian dengan ibunya. Lain halnya dengan Mie Li yang merasa beberapa waktu lalu menyebarkan sebuah artikel yang didalamnya menceritakan tentang pentingnya berkonsentrasi atau fokus. “Jadi seharusnya kita fokus apa yang akan kita laksanakan, jangan memikirkan apa yang oranglain lakukan.Jadi ketika oranglain melakukan kesalahan kita tidak terpengaruh. Kita tetap di jalan kita sendiri, dan tidak terpengaruh oleh kondisi luar,”ungkap Mie Li.

Selanjutnya Beverly juga menyampaikan sharing-nya. “Semua benda dapat jadi guru kita, segala sesuatu kan ada Dharma-nya. Jadi saya berpikir ke karya foto saya. Awalnya waktu saya kecil, saya foto untuk keren-keren saja, lalu makin lama saya pikir foto saya harus ada ceritanya, makin lama lagi saya pikir foto saya harus bisa menginspirasi orang. Tapi, sekarang semakin dengar hal ini saya mau foto saya mengandung Dharma-nya,”katanya.


Vinnelson (8) walaupun ia peserta yang paling kecil diantara yang lainnya, ia tetap giat dalam mengikuti kegiatan Kelas Menyalin Sutra Makna Tanpa Batas.

Wiyzhienselaku pembawa materi pada kegiatan ini membagikan sharing untuk para relawan agar bisa lebih mengerti setiap arti dan makna kegiatan yang kita ikuti.“Kita memang datang ke Tzu Chi awalnya untuk berbuat baik, tapi sampai di sini lebih ke pelatihan diri, kita datang mengikuti kelas menyalin sutra danmendengarkan ceramah Master Cheng Yen yang begitu lama itu karena ada kesungguhan hati. Maunya tidak hanya mendengarkan akan tetapi kita harus “用心”(Yong Xin/bersungguh hati) dan dipraktikkan,” ujarWiyzhiensaat sesi sharing.

Sebagai koordinator, Sukmawati juga berharap agar kegiatan menyalin sutra ini bisa menginspirasi para relawan dalam menyelami Dharma. “Semoga relawan bisa mendalami ajaran Buddha yang mendalam, dan demi terwujudnya hati manusia yang suci, masyarakatyang harmonis, serta dunia bebas dari bencana,” jelas Sukmawati yang juga Ketua Tzu Chi Tanjung Balai Karimun tersebut. Hal ini juga merupakan salah satu perbuatan yang baik yang direfleksikan Master Cheng Yendalam kata perenungannya: “Sertakan saya dalam perbuaatan baik, jangan libatkan saya dalam perbuatan jahat.”

Editor: Arimami Suryo A.


Artikel Terkait

Bersungguh Hati Mendalami Ajaran Jing Si

Bersungguh Hati Mendalami Ajaran Jing Si

19 Juni 2018
Para relawan Tzu Chi Batam bersama-sama menyalin Sutra Makna Tanpa Batas yang merupakan sumber Ajaran Jing Si. Peserta yang ikut serta dalam Kelas Menyalin Sutra mencapai 95 orang.
Kelas Menyalin Sutra, Bukan Sekadar Menggoreskan Tinta

Kelas Menyalin Sutra, Bukan Sekadar Menggoreskan Tinta

26 Maret 2018

Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar istilah Kelas Menyalin Sutra? Menulis ulang isi Sutra yang umumnya beraksara Mandarin? Atau bagaimana jadinya kalau tidak mengerti Mandarin? Pertanyaan dan rasa penasaran seperti ini jugalah yang mendorong ratusan relawan Tzu Chi dari berbagai komunitas di Jakarta berbondong-bondong mengikuti Kelas Menyalin Sutra yang digelar Tzu Chi Indonesia kemarin, Minggu siang, 25 Maret 2018. 

Polri dan Tzu Chi Peduli Sesama

Polri dan Tzu Chi Peduli Sesama

03 Juli 2018
Menyambut HUT Bhayangkara ke-72 yang jatuh pada 1 Juli 2018, Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Kepri, Polri Satgas Nusantara dan TIMA (Tzu Chi Internasional Medical Association) Indonesia bekerja sama menyelenggarakan Baksos Kesehatan Operasi.
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -