Belajar Dharma melalui Bedah Buku
Jurnalis : Rina (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan)Kegiatan bedah buku ini dibawakan oleh Jusni Lina Shijie dan Yanny Shijie, diikuti oleh 65 orang relawan.
Minggu, 6 Juli 2014 pukul 08.30 – 11.20 WIB, diadakan kegiatan bedah buku 37 Faktor Pencerahan di Kantor Perwakilan Tzu Chi Medan tepatnya di Jl. Cemara Boulevard Blok G/1 No. 1-3, Cemara Asri yang bertemakan “Mengamati kotornya tubuh ini”. Kegiatan bedah buku ini dibawakan oleh Jusni Lina Shijie dan Yanny Shijie dan di ikuti oleh 65 orang relawan, yaitu 14 orang komite, 29 orang relawan biru putih, 15 orang relawan abu putih dan 7 orang relawan rompi. Sebagai koordinator bedah buku adalah Endang Kamal Shixiong.
Aliran Jing Si adalah giat melangkah di jalan kebenaran. Ke dalam melatih membina ketulusan, kebenaran, kepercayaan, kejujuran dengan berlatih 37 Faktor Pencerahan. Ke luar menerapkan empat sifat luhur yaitu cinta kasih, welas asih, kebahagiaan, bersumbangsih dengan berlatih Sutra Amitathra. Tujuan dari mendalami 37 Faktor Pendukung Pencapaian Pencerahan adalah untuk mencapai pencerahan untuk menghapus kegelapan batin. Untuk menghapus kegelapan batin harus dimulai dari diri sendiri.
Dengan seksama para relawan mendengarkan penjelasan mengenai materi bedah buku yang mengambil tema “Mengamati kotornya tubuh ini”.
Kita sering menganggap bahwa kita sudah berbuat banyak untuk Master Cheng Yen, untuk Tzu Chi. Tetapi pernahkah kita merenungkan, sudah berapa banyak yang kita dapatkan dari apa yang sudah kita lakukan? Untuk itu, Master Cheng Yen berharap semua insan Tzu Chi bisa mendalami Dharma supaya dalam berkegiatan tidak saling berbenturan. Jadi, di Tzu Chi harus melatih keberkahan dan kebijaksanaan.
Dalam ceramah Master Cheng Yen, dikatakan kita harus mengamati dunia dengan pandangan yang luas supaya kita bisa lepas dari keserakahan dan kekhawatiran. Apakah kita pernah mawas diri terhadap perubahan iklim yang terjadi saat ini? jika kita sudah sadar kalau bumi ini sudah rentan maka kita tidak boleh lagi bermalas-malasan. Dharma sudah di babarkan oleh Sang Buddha dengan susah payah supaya manusia paham kalau hidup ini tidak kekal. Jika kita sudah paham maka kita akan melepaskan keserakakahan. Keserakahan merupakan racun pertama dari tiga racun batin. Semua tergantung pada batin manusia serta mempraktekkan Dharma supaya masyarakat damai dan dunia bebas dari bencana. Dengan menghapus kegelapan batin, maka batin akan tenang dan jernih dan memasuki tingkat nirwana.
Kita membina diri dengan 8 jalan mulia saja juga tidak cukup. Untuk itu diperlukan 37 Faktor Pendukung Pencerahan. Di dalam 37 Faktor Pencerahan terdapat empat landasan benar, empat usaha benar, empat landasan keberhasilan, lima akar, lima kekuatan, tujuh faktor pencerahan dan delapan jalan mulia. Empat landasan perenungan adalah memfokuskan pikiran pada 4 objek, manfaatnya adalah membuat pikiran kita tidak kacau, tidak berpikiran yang bukan-bukan, tidak berpengaruh pada kondisi luar.
Dalam kegiatan tersebut juga ditayangkan ceramah master Cheng Yen mengenai kekotoran dalam tubuh manusia.
Dalam empat landasan perenungan yang pertama membahas tentang mengamati kotornya tubuh ini. Mengamati kotornya tubuh ini. Tahap pertama adalah dengan merenungkan. Jika kita sudah bisa menyadari tubuh dan pikiran tidak bersih, untuk apa kita saling memperhitungkan satu sama lain? Tahap kedua adalah memahami dan mengubah yang tidak berguna menjadi bermanfaat besar, contohnya Luo mama dari Amerika demi keluarga, masyarakat dan misi Tzu Chi. Dia paling suka memasak dan sangat suka menjalin jodoh baik. Tiba-tiba stroke dan meninggal tetapi tubuhnya bisa di donorkan untuk menolong 5 orang sakit lainnya.
Tahap ketiga adalah menyadari yaitu dengan menjadikan tubuh sebagai alat pembinaan diri. Contohnya batu bata dan batangan emas. Batangan emas kita simpan di kotak. Batu bata kita biarkan begitu saja. Tetapi batu bata bisa di pakai untuk membangun rumah sakit sedangkan batangan emas hanya di simpan sehingga tidak menambah nilai manfaatnya. Selain mengamati kotornya tubuh ini, Master juga menginginkan kita mengamati kotornya daging. Tubuh ini apabila tidak dibersihkan setiap hari akan menimbulkan bau busuk, apalagi binatang yang tidak pernah membersihkan diri, dan apabila kita makan dagingnya, apakah yang akan terjadi? Marilah kita renungkan bersama.
Bedah buku kali ini agak berbeda, sesudah para relawan mendengar jabaran dari Yanni Shijie, maka relawan dibagi atas 4 kelompok dan tiap kelompok ada 2 orang relawan yang membawa dan menjelaskan kepada relawan di kelompoknya tentang Empat Landasan Perenungan dan Merenungkan bahwa Tubuh tidak bersih secara lebih mendetail dan dengan pengelompokan yang lebih kecil, akan memudahkan para relawan untuk bertanya dan saling mengemukakan pendapatnya. Sesudah masing-masing kelompok selesai membahasnya, maka keempat kelompok tadi dikumpulkan kembali dan diadakan sesi sharing dari para relawan tentang apa yang didapat dari bedah buku kali ini.
Diana Shijie mengungkapkan bahwa tujuan hidupnya adalah untuk membahagiakan orang tua namun hingga sekarang ia merasa masih belum melaksanakan sepenuhnya.
Diana Shijie menuturkan, “Tujuan hidup saya adalah untuk membahagiakan orang tua, tetapi sampai sekarang saya merasa masih belum melaksanakan sepenuhnya karena secara material saya masih belum bisa berikan kepada orang tua, tetapi saya berusaha membahagiakan hati orang tua.” Dan satu lagi pengalaman pribadi dari Diana Shijie yang kerja di tempat kerja yang baru. Diana Shijie yang baru masuk masih kurang paham dengan tugas yang perlu dikerjakannya, untuk itu Diana Shijie bertanya pada rekan kerja yang lebih senior tetapi rekan kerja seniornya kurang senang mengajari dan menyuruhnya mempelajarinya sendiri. Diana Shijie menanggapinya dengan lapang dada. Ia mulai belajar dengan cara banyak membaca dan akhirnya bisa mengerjakannya tanpa bertanya pada rekan kerja seniornya. Suatu hari, rekan kerjanya yang senior malah bertanya kembali kepadanya.
Nuraina Shijie mengungkapkan, “Selama ini setiap orang mungkin merasa tubuh ini bersih. Karena kita setiap hari membersihkan tubuh kita. Secara lahiriah memang tubuh kita bersih, tetapi setelah mengikuti bedah buku ini saya baru mengetahui bahwa tubuh manusia ternyata sangat kotor. Master Cheng Yen mengatakan tubuh kita terdiri dari 9 lubang kekotoran yaitu 2 buah mata, 2 buah lubang hidung, 2 buah lubang telinga, 1 buah mulut yang setiap hari mengeluarkan kotoran ditambah 2 lubang yaitu buang air besar dan buang air kecil. Selain kekotoran lahiriah, tubuh manusia juga kotor secara batiniah. Untuk itu, kita harus terus mendengarkan Dharma untuk mengikis kegelapan batin sehingga Dharma bisa diserap kedalam hati dan bisa di aplikasikan ke dalam tindakan sehari-hari.”
Razali Chuwardi Shixiong menambahkakn, “Tubuh kita bila kita gunakan untuk hal-hal yang baik akan bermanfaat bagi orang banyak dan jika tidak kita gunakan dengan sebaik-baiknya maka akan seperti minum arak merusak tubuh. Demikian juga dengan uang, harus bijaksana dalam menggunakannya, jika kita pakai untuk membantu orang maka akan menambah nilai positif dari uang, jika kita gunakan untuk membeli arak atau obat-obatan terlarang maka nilai uang tersebut akan berkurang bahkan tidak mempunyai arti. Semua tergantung bagaimana kita menggunakannya. Di Tzu Chi kita belajar memperbaiki yang kurang bagus, dan saling menghormati maka akan timbul rasa senang dan melihat yang tidak bagus akan menjadi bagus.”
Relawan dibagi atas 4 kelompok dan tiap kelompok ada 2 orang relawan yang membawa dan menjelaskan kepada relawan di kelompoknya tentang Empat Landasan Perenungan dan Merenungkan bahwa Tubuh tidak bersih secara lebih mendetail.