Para partisipan berfoto bersama untuk mengabadikan momen Bulan Tujuh Penuh Berkah yang mereka ikuti.
Ada Kata Perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi, “Hal yang paling indah di langit adalah bintang-bintang, hal yang paling indah di Bumi adalah kehangatan dan kasih sayang.”
Kata-kata bijak dari Master Cheng Yen tersebut menjadi lebih bermakna karena memberikan inspirasi dan menciptakan kesadaran positif bagi diri sendiri dan orang lain yang berdampak bagi lingkungan sekitar. Dampak positif itu pun yang diharapkan bisa muncul terhadap sesama makhluk hidup lainnya seperti hewan.
Program “Animal Lover”
Rasa kepedulian terhadap hewan inilah yang menjadi salah satu poin penting yang ingin diangkat oleh para relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 ketika menggelar acara nonton bareng (nobar) film “OKJA” pada 21 Agustus 2021. Dengan pertimbangan kondisi pandemi yang belum berakhir, acara pun masih diadakan melalui aplikasi Zoom, yang berlangsung sejak pukul 15.00 WIB hingga 18.00 WIB.
Sebanyak 95 partisipan dari relawan Tzu Chi dan masyarakat umum dari Jabodetabek hingga kota Bandung turut hadir menjadi bagian dalam acara. Acara ini juga merupakan rangkaian program “Animal Lover” yang telah dirancang untuk mengisi momen Bulan Tujuh Penuh Berkah.
Dari aplikasi Zoom, Amelia Devina, pembawa acara, mengawali acara dengan menjelaskan sekilas mengenai perayaan Bulan Tujuh Penuh Berkah yang diadakan oleh Tzu Chi tiap tahunnya. Penjelasan itu bertujuan untuk mengajak semua orang memaknai bulan tujuh penanggalan lunar sebagai bulan bakti, bulan kebajikan, dan bulan penuh berkah.
“Selamat datang, teman-teman semua yang ikut acara nobar sore ini. Sebelum nonton bersama, saya ingin share sedikit mengenai kegiatan Bulan Tujuh Penuh Berkah,” sambut Anie Widjaja, selaku Ketua He Qi Utara 2.
Anie Widjaja menjelaskan program “Animal Lover” kepada para partisipan yang hadir dalam acara nobar.
Pada kesempatan tersebut, Anie menjelaskan secara detail dan menyeluruh mengenai program “Animal Lover” yang diadakan dalam rangka Bulan Tujuh Penuh Berkah. Tujuan program ini, kata Anie adalah menggalang hati dan mengajak semakin banyak orang untuk melindungi, menyelamatkan dan membebaskan hewan, yaitu salah satunya dengan cara menjalani pola makan vegetaris.
Bagi yang tertarik mengikuti program tantangan ini, dapat mendaftar melalui sekretariat Hu Ai masing-masing ataupun menghubungi narahubung relawan untuk dimasukkan ke dalam grup WhatsApp. Peserta yang telah terdaftar harus menandai kalendernya sesuai dengan frekuensi makan makanan yang berbasis nabati. Mereka pun tidak perlu khawatir akan variasi makanannya karena mereka akan mendapatkan berbagai info kesehatan dan resep makanan berbasis nabati yang dibagikan dalam grup tersebut. Nantinya, sekretariat akan mengumpulkan data laporan dari tiap peserta di akhir program.
Tidak ketinggalan, para relawan Tzu Chi juga menggalang hati semua orang untuk berbagi dengan masyarakat kurang mampu yang terdampak pandemi. Melalui program “Veggie Rice Box”, setiap orang dapat berdonasi ke nomor rekening yang tertera. Nantinya, dana yang terkumpul akan disalurkan dalam bentuk kotak makan vegetaris kepada masyarakat. Pengumpulan donasi akan ditutup pada 2 September 2021.
Relawan menggalang hati semua orang untuk berbagi dengan masyarakat kurang mampu yang terdampak pandemi melalui program Veggie Rice Box. Setiap orang dapat berdonasi ke nomor rekening yang tertera.
Persahabatan Mija dan Okja Melampaui Bahasa
Film “OKJA” besutan sutradara Bong Joong-Ho merupakan salah satu film yang masuk dalam nominasi Palme d’Or tahun 2017. Palme d’Or sendiri merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan kepada sebuah film dalam ajang Festival Film Cannes. Lalu, apa itu “OKJA”?
Judul film ini diambil dari nama seekor babi yang merupakan hasil rekayasa genetik antara babi, kuda nil, dan gajah. Babi super tersebut merupakan hewan peliharaan milik Mija, seorang gadis kecil yang tinggal bersama kakeknya di sebuah rumah di pegunungan Korea Selatan. Sebuah perusahaan multinasional bernama Mirando menciptakan 26 spesies anak babi super termasuk Okja dan mengirimkannya ke sejumlah peternak di beberapa negara perusahaan cabang untuk dirawat dan dibesarkan. Nantinya, babi super yang paling besar, sehat dan menarik akan dinobatkan menjadi pemenang kontes yang diadakan perusahaan tersebut dan juga diperkenalkan kepada publik. Namun, realita mengerikan terjadi di balik perusahaan Mirando, tepatnya di rumah potong milik perusahaan tersebut, nasib babi tersebut terancam menjadi sosis dan makanan olahan lainnya.
Singkat cerita, Okja dinobatkan sebagai pemenang dan harus dibawa ke New York. Mija tidak dapat menyembunyikan kesedihannya ketika melihat sahabatnya dibawa pergi oleh utusan perusahaan. Akhirnya, Mija berusaha membebaskan sahabatnya dari cengkeraman perusahaan dengan berbagai cara, termasuk terbang ke New York dan dibantu oleh sekumpulan orang yang tergabung dalam organisasi Animal Liberation Front (ALF). Mereka pun bahu membahu untuk membebaskan Okja dan mencegah hal buruk terjadi pada hewan malang tersebut.
Film “OKJA” mengangkat kisah mengenai persahabatan seorang gadis kecil dan seekor babi super.
Di balik kisah penuh petualangan nan dramatis tersebut, ada beberapa realita yang coba digambarkan oleh sang sutradara, yang akan membuat mata penonton terbelalak mengenai kejamnya industri ternak modern. Beberapa adegan dalam film ini menggambarkan kekejaman manusia terhadap hewan ternak dengan gamblang, salah satunya ditunjukkan melalui adegan di laboratorium dan rumah potong ketika nasib hewan rekayasa genetik yang gagal dalam percobaan dan tidak sesempurna Okja berakhir menjadi sosis dan makanan olahan lainnya. Di balik mewahnya daging yang tersaji di atas piring kita, terdapat proses yang kejam dan brutal. Seolah-olah hewan-hewan ini tidak memiliki pilihan hidup selain berakhir di dalam rumah potong.
Menjelang film berakhir, terdapat adegan di mana Mija memberikan sebuah babi emas untuk membeli Okja hidup-hidup agar mereka dapat kumpul bersama kembali. Mengabaikan rasa kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup dan tergantikan oleh ego untuk memperkaya materi. Sifat egois dalam diri manusia membuat mereka terkadang gelap mata terhadap perasaan kasih sayang terhadap sesama makhluk hidup.
Dalam beberapa momen terlihat bahwa Mija saling berbisik dengan Okja ketika mereka sedang bersama. Kita sebagai penonton tidak tahu apa isi bisikan tersebut. Namun, tiada keraguan bahwa mereka mampu saling mengerti dan memahami satu sama lain walaupun mereka berdua merupakan spesies yang berbeda.
Kesan dan Pesan Partisipan
Berbagai perasaan emosional dituangkan oleh para partsipan dalam bentuk kata-kata selama mereka menonton film “OKJA”. Tidak sedikit pula partisipan yang mengenang kebersamaan mereka dengan hewan peliharaannya ketika melihat adegan Mija dan Okja harus dipisahkan.
Anie mengungkapkan kesedihannya ketika kucing yang dipeliharanya meninggal. “Kucing luar yang biasa kita kasih makan meninggal. Perasaannya sedih banget, sampai nangis berhari-hari,” kenang Anie.
Senada dengan Anie, Tjhang Ie Tjen juga menangisi kepergian hewan peliharaan yang telah dirawatnya sejak lama. ”Anjing saya mati aja, nangisnya berbulan-bulan,” kenangnya.
Persahabatan antara Mija dan Okja menunjukkan bahwa tiada yang lebih indah dari apapun di bumi selain kasih sayang.
Diana yang berasal dari Tangerang juga turut berbagi perasaannya ketika melihat hewan peliharaannya sakit. “Kalau kucing saya sakit, saya ikut bingung. Sering lihat-lihat keadaan dia sudah baik belum, sampai akhirnya keadaan dia sudah mendingan. Senang sekali lihatnya. Dia juga ngerti sekali perhatian dari kita,” tutur Diana.
Hal tersebut diamini oleh Tjan Nari, “Pastinya sedih kehilangan binatang. Mereka akan ingat balas budi, setiap hari kita kasih makan, dia akan lebih dekat lagi dengan kita.”
Tidak hanya itu, para partisipan juga berbagi pesan dan kesan yang didapatkannya setelah selesai menonton film “OKJA”.
“Tidak sanggup melihat ulang. Terlalu kejam, hanya untuk menyenangkan lidah,” komentar salah satu partisipan bernama Yenny. “Merinding saat Mija membawa Okja meninggalkan slaughterhouse ya,” tambah Anie.
Ada juga Rosy Velly Salim, salah satu relawan Tzu Chi, berbagi apa yang dirasakannya setelah selesai menonton film tersebut. “Menceritakan 2 sisi manusia. Di satu sisi, sedih karena melihat kurang lebih seperti itulah proses pembunuhan, pembantaian yang terjadi kepada makhluk hidup (binatang yang diwakilkan oleh Okja dalam film) dikarenakan kejamnya manusia yang nuraninya tertutupi hanya karena ingin makan dagingnya, dapat memanipulasi segalanya demi bisnis kekayaan, cita. Di sisi lain, melihat pengorbanan, terharu oleh sekelompok orang yang berjuang demi membebaskan dan menyelamatkan nyawa. Termasuk Mija yang luar biasa, yang telah menganggap Okja sebagai bagian dari keluarganya,” tutur Rosy.
Di akhir sharingnya, Rosy juga sempat berpesan, ”Semoga lebih banyak yang bervegetarian atau vegan”.
Editor: Metta Wulandari