Belajar Kearifan Lokal Universal

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 
 

fotoPara relawan dan guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi tampak sedang menyambut kedatangan menyambut kedatangan rombongan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto - JawaTengah.

Hari Kamis pagi, tanggal 7 Oktober 2010, pukul 08.30 WIB, rombongan dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Negeri Jenderal Soedirman (UNSOED), yang terdiri dari 10 orang telah tiba di Komplek Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Kedatangan mereka pagi itu disambut para guru dan relawan yang telah menanti. Rombongan lantas bergegas menuju ke aula lantai 2 gedung baru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

Ungkapan Selamat Datang
“Selamat datang, semoga pertemuan ini bisa menjadi permulaan yang bermanfaat bagi kita semua,” kata Hong Tjhin, CEO DAAI TV mewakili Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia saat memberikan ucapan selamat datang kepada Dekan dan para Kajur Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Negeri Jenderal Soedirman (UNSOED), Purwokerto, Jawa Tengah.

Dalam sambutannya itu, Hong Tjin juga menjelaskan secara singkat sejarah dan latar belakang berdirinya Tzu Chi di Taiwan. Tak lupa, Hong Tjin juga mengutip sebuah kata perenungan dari Master Cheng Yen yang mengatakan bahwa ada dua hal yang tidak bisa ditunda dalam kehidupan, berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan. “Tinta sejarah Tzu Chi dimulai dari ibu-ibu rumah tangga,” ungkapnya.

Sementara itu, dr Kurniawan, Kepala Rumah Sakit Khusus Bedah Cinta Kasih Tzu Chi dalam kata sambutannya juga mengucapkan selamat datang di Komplek Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. “Kalau ada tempat dengan kata cinta kasih maka pasti tempat itu berkaitan dengan Yayasan Buddha Tzu Chi,” demikian katanya. Saat itu, dr Kurniawan juga menjelaskan latar belakang dari berdirinya RSKB Cinta Kasih Tzu Chi (d/h Poliklinik Cinta Kasih).

Usai sambutan dari dr Kurniawan, acara dilanjutkan dengan penayangan video sejarah berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi di Taiwan. Dalam tayangan tersebut, ditampilkan bagaimana peran dan sumbangsih para ibu rumah tangga dengan celengan bambu yang mereka miliki. Hal ini juga yang kemudian ditanyakan oleh salah satu peserta rombongan dalam sesi tanya jawab mengapa menggunakan celengan bambu dan dicicil pula setiap hari. Hong Tjin lantas memberikan jawaban bahwa dengan menggunakan celengan bambu dan dicicil, kita sebenarnya dilatih untuk selalu berpikir dan berbuat kebajikan setiap hari karena nominal dana yang didapat bukanlah yang terpenting.

Dalam tanya jawab itu, Hong Tjin mengatakan berdasarkan pengalaman Tzu Chi di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng perubahan mindset itu sesuatu yang penting untuk dilakukan. “Berdasarkan praktik kita jadi tahu, pengalaman 3 tahun pertama yang berubah adalah anak-anak. 5 tahun kemudian adalah ibu-ibunya, sementara yang paling susah adalah bapak-bapaknya,” kata Hong Tjin yang langsung diiringi gelak tawa para ibu.

foto  foto

Ket : - Rombongan dari UNSOED memerhatikan dengan seksama setiap penjelasan tentang Tzu Chi yang              disampaikan oleh Hong Tjhin. (kiri)
        - Kedatangan rombongan dari UNSOED untuk melihat sekolah disambut meriah siswa siswi SD Cinta            Kasih Tzu Chi yang sedang bermain di lapangan olah raga. (kanan)

Berkeliling Komplek
Selesai dengan acara di dalam ruangan, rombongan UNSOED ini lantas diajak untuk berkeliling komplek. Mula-mula mereka diajak ke Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Di sana, siswa-siswi Sekolah Dasar Cinta Kasih Tzu Chi yang tampak sedang bermain di lapangan berlarian menghampiri rombongan yang datang. Mereka segera mengulurkan tangan dan menyalami tangan para rombongan. Tanpa rasa sungkan dan malu, adik-adik ini memegang tangan dan mengucapkan selamat pagi.

Dari Sekolah, rombongan berturut-turut mengunjungi gudang hasta karya, depo daur ulang, contoh rumah susun, dan gedung Rumah Sakit Khusus Bedah Cinta Kasih Tzu Chi. Puas berkeliling komplek, rombongan juga berkesempatan melihat pembangunan Aula Jingsi di Pantai Indah Kapuk sebelum akhirnya menuju ke Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di ITC Mangga Dua lantai 6, Jakarta, Utara. Selain diajak berkeliling Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi, rombongan juga diajak untuk melihat lebih dekat operasional Stasiun DAAI TV Indonesia.

Perubahan Mindset yang Terpenting
Saat sesi wawancara, Dr. Retno Widiastuti. Msi, Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Soedirman, Purwokerto mengungkapkan kesan-kesannya, “Kita belajar, karena sebetulnya ini adalah kearifan lokal dari masing-masing. Setiap budaya kan punya kearifan lokal yang saya kira itu universal juga. Itu yang saya bisa tangkap bahwa lokal itu tidak selalu ekslusif tetapi sesuatu yang universal. Saya kira ini bagus sekali terutama dalam hal mencoba untuk mengubah mindset karena suatu perubahan itu tidak hanya melulu dari dana.”

Retno juga menyoroti bahwa adanya ketersediaan dana dan peralatan bukanlah yang utama, tetapi kalau orang yang menjalankannya itu mindsetnya tidak berubah maka tujuan yang hendak dicapai tidak akan berjalan optimal. “Mindset itu yang sulit dan perlu kesabaran. Perlu kesabaran dan pendidikan. Itu yang akan kita coba lihat dari sini dan diterapkan di fakultas kita. Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan. Jadi tidak hanya sebatas di Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, tetapi juga Kesehatan Masyarakat, Farmasi, dan Keperawatan. Di mana mereka semua itu kan ujungnya untuk melayani masyarakat. Di sini juga suatu pelayanan kan sama. Jadi bagaimana kita melayani dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat yang setinggi-tingginya,” pungkasnya.

foto  foto

Ket : - Untuk mengisi waktu luang, ibu-ibu rumah tangga ini menambah penghasilan keluarga dengan                membantu di gudang hasta karya. (kiri).
         - Anggota rombongan ini tampak sedang mengamati proses daur ulang yang sedang dilakukan di depo            daur ulang Cengkareng. (kanan)

Saat wawancara itu, Retno juga memaparkan bagaimana mereka awalnya mendapatkan informasi dari Drg. Arwita Mulyawati Mh,Kes tentang adanya sebuah rumah susun yang berbeda di Jakarta. “Karena kita (UNSOED) juga punya rumah susun mahasiswa. Ya, rusunawa di mana rusun itu biasanya terkesan kumuh, kotor, dan orangnya seenaknya. Nah, Ibu Arwita yang menceritakan kalau rusun Tzu Chi berbeda,” tandasnya.

Drg. Arwita Mulyawati Mh.Kes, Ketua Tim Pengembangan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Soedirman rupanya juga tak ketinggalan memberikan pendapatnya, “Kenapa saya ke sini, karena saya pernah melihat dan pernah ke Taiwan 2 kali, bagaimana Tzu Chi ini menerapkan masalah humanisme kepada sesama secara universal.”

“UNSOED mempunyai anak didik mahasiswa yang kira-kira berjumlah 20.000 orang. Semuanya itu membutuhkan suatu pemetaan watak supaya mereka menjadi orang-orang yang humanis juga. Nah makanya kami hendak memasukkan hal-hal seperti ini ke kurikulum karena UNSOED juga mempunyai visi agar anak didik kami menjadi orang yang profesional, bermoral, dan berfokus pada masalah-masalah pedesaan dan kearifan lokal,” tuturnya. Apalagi, UNSOED sama persis dengan Tzu Chi di Hualien yang letaknya berada di pedesaan, “Saya rasa cocok untuk bekerja sama,” tuturnya diakhir wawancara.

  
 
 

Artikel Terkait

Kesungguhan Hati Relawan Konsumsi

Kesungguhan Hati Relawan Konsumsi

30 September 2011
Lebih dari 600 porsi makanan yang harus dihidangkan dalam  pelatihan relawan abu putih pada tanggal 2 Oktober 2011 ini. Relawan dari 4 He Qi pun bergabung jadi satu untuk memasak. Agar pada hari tersebut kegiatan memasak dapat berlangsung lancar, maka relawan sudah menyiapkannya sejak hari kamis ini.
Melakukan Kunjungan, Menyebarkan Cinta Kasih

Melakukan Kunjungan, Menyebarkan Cinta Kasih

09 Oktober 2012 Rute kelompok pertama dimulai dari sekolah menuju Rusun Cinta Kasih lalu berakhir di Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB), sedangkan kelompok kedua dimulai dari komplek rusun menuju RSKB lalu sekolah, kelompok ketiga menuju RSKB, lalu komplek rusun dan sekolah.
Bergandengan Tangan Melestarikan Bumi

Bergandengan Tangan Melestarikan Bumi

19 Juli 2012 Pada Tanggal 15 Juli 2012. Cuaca yang mendung tidak mematahkan semangat para Tzu Ching Batam untuk melakukan kegiatan pelestarian lingkungan dengan tema “Pelestarian Lingkunga Bagai Mentari Tak Terbenam”. Estafet cinta kasih bagi bumi kita yang diadakan serentak pada hari ini oleh Tzu Ching sedunia dalam tempat dan jam yang berbeda.
Orang yang selalu bersumbangsih akan senantiasa diliputi sukacita. Orang yang selalu bersyukur akan senantiasa dilimpahi berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -