Belajar Ketangkasan dan Kerja Sama
Jurnalis : Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Galvan (Tzu Chi Bandung)Para Xiao Pu Sa dengan gembira dan semangat bermain sebuah permainan yang melatih kekompakan antara satu dengan lainnya. Mereka ditantang untuk dapat mengangkat sebatang bambu kecil dengan jari manisnya serta berjalan bersama-sama sampai garis akhir.
Kelas budi pekerti yang diterapkan sejak dini oleh Tzu Chi bertujuan membangun karakter anak dengan hal-hal kebaikan seperti mencintai, menghormati, dan bersyukur. Diharapkan kelak dewasa, mereka mempunyai fondasi mental dan kewelasasihan yang kuat. Di kelas budi pekerti, peran orang tua juga dilibatkan untuk mendukung proses pembelajaran anak.
Kelas budi pekerti yang digelar Tzu Chi Bandung pada Minggu, 12 Agustus 2018 merupakan pertemuan yang ketujuh kalinya. Pendidikan yang diterapkan selama ini sudah nampak hasilnya, anak-anak sudah dapat mengikuti gerakan isyarat tangan yang merupakan bahasa universal Tzu Chi. Selain itu menurut pengakuan dari para orangtua, sikap anak ketika di rumah dapat menunjukan bagaimana cara berbakti, menghormati, dan membantu kepada orang tua.
Pada kelas kali ini, anak-anak bermain ketangkasan serta kerja sama. Anak-anak dilatih untuk dapat bersikap kompak melalui sebuah
permainan yang disuguhkan oleh relawan Tzu Chi muda (Tzu Ching). Mereka dibagi
menjadi beberapa kelompok, setiap kelompoknya memiliki satu batang bambu kecil
yang harus diangkat secara bersamaan dengan jari manis, lalu berjalan hingga kembali
lagi ke tempat semula. Penilaian bukan tentang siapa yang terlebih dahulu mencapai
garis akhir, namun berdasarkan kekompakan, komunikasi antar anak-anak, dan
kerapihan dalam kelompok, untuk menjadi pemenangnya.
Dalam permainan ini anak-anak harus menjaga agar bambu tidak terjatuh. Bila terjatuh makan satu kelompok tersebut harus memulainya dari garis awal.
Permainan keterampilan dan kekompakan ini dibawakan oleh relawan Tzu Chi muda (Tzu Ching).
Seluruh Xiao Pu Sa
mendapat hadiah berupa makanan ringan dari para relawan senior Tzu Chi.
Apa yang dapat dipetik dari
permainan ini adalah suatu pekerjaan bila
dikerjakan bersama-sama maka akan terasa ringan. Saling berkomunikasi dan
saling kompak akan membuahkan hasil yang positif.
Dokter Yuni mensosialisasikan mengenai P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) kepada para orangtua Xiao Pu Sa.
Sosialisasi ini diberikan agar orang tua tahu apa yang harus dilakukan ketika anak mereka di rumah mengalami cidera atau sakit sebelum membawanya ke klinik.
Sementara itu di hari yang
sama, turut diadakan sosialisasi mengenai P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) untuk para orang tua yang disampaikan oleh
dr. Yuni, salah satu relawan TIMA Bandung.
Sosialisasi ini diberikan agar para orang tua tahu apa yang harus dilakukan
ketika anak-anak mereka di rumah mengalami cedera atau sakit sebelum membawanya
ke klinik.
“Saya berharap setelah mengetahui P3K sesuai dengan petunjuk atau aturan medis yang berlaku, orang tua dapat menerapkan tidak hanya di lingkungan rumah saja. Namun dapat dibagikan kepada orang lain, dengan begitu semakin besar masyarakat mengetahui prosedur P3K,” kata dr Yuni.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Sepuluh Tahun Kelas Budi Pekerti: Prestasi yang Terus Berkesinambungan
26 Oktober 2015Tahun ini kamp bimbingan diadakan selama dua hari, 24 - 25 Oktober 2015 di Jing Si Tang, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk. Sebanyak 270 anak mengikuti kegiatan ini. Di usinya yang genap 10 tahun ini, banyak kisah anak-anak yang terlibat di dalamnya. Bahkan relawan pendamping juga memiliki kesan yang mendalam.
Bermain Sambil Belajar Bersama Xiau Pu Sa
26 Agustus 2014Senyum gembira pun terlukiskan dari wajah polos mereka. Materi untuk kelas budi pekerti kali ini tentang “Kesungguhan Hati“ dengan tujuan agar para Xiau Pu Sa terbiasa untuk fokus atau lebih berkonsentrsi dalam melakukan segala sesuatu, sehingga hasil yang dikerjakan lebih baik.
Merajut Tali Kasih Dengan Oma Opa di Panti Jompo
25 Februari 2019Sebanyak 80 Bodhisatwa cilik dengan semangat mengikuti kegiatan Kunjungan Kasih Ke Panti Jompo Yasobas dengan didampingi oleh orang tua mereka. Senyuman bahagia terlihat menghiasi wajah oma opa menyambut para Bodhisatwa cilik yang menyapa mereka dengan sebutan akong ama.