Murid kelas Tzu Shao sedang menuliskan jawaban atas pertanyaan di selembar kertas yang telah diberikan.
Setiap pekan ke-2 di tiap bulannya, komunitas He Qi Pusat mengadakan kelas bimbingan budi pekerti. Kelas terbagi menjadi dua yakni Tzu Shao dan Qing Zi Besar. Kali ini sudah memasuki kedua kalinya pengajaran diadakan di dua ruang pertemuan yang ada di Gedung Daai, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk. Sebanyak 23 relawan sejak pukul 8.30 Pagi telah hadir merapikan dan mempersiapkan peralatan pendukung kelas.
Tema pada kelas Tzu Shao adalah melatih ke dalam diri dan praktikkan keluar. Sebanyak 11 murid Tzu Shao dibagikan kertas yang sudah ada pertanyaan, masing-masing murid mendapatkan pertanyaan yang berbeda. Mereka haru menjawab secara jujur dan tidak boleh diskusi dengan murid lainnya. Mereka dibagi menjadi dua kelompok (putra dan putri).
Setiap murid diberikan selembar kertas A4, dan diharuskan berdiri diatasnya hingga permainan selesai. Kemudian Duifu membacakan tiap lembaran pertanyaan beserta jawaban yang telah mereka tulis, untuk direspon apakah itu positif atau negatif. Jika positif, maka akan ditambahkan selembar kertas dan sebaliknya, jika negatif maka kertas tersebut akan dikurangi.
Kelompok putra Tzu Shao Ban sedang mengikuti sesi games “Mengalami”.
Dari permainan ini, dapat diketahui seberapa bijak murid dapat menilai sesuatu hal yang terjadi dan cara mereka bersikap. Kertas ibarat wadah hati manusia, jika mampu merespon positif suatu masalah, maka kertas tempat mereka berdiri akan semakin lapang. Sebaliknya jika cenderung merespon negatif maka tempat mereka berdiri semakin sempit, mudah berbenturan dengan yang lainnya.
“Saya dapat pembelajaran, bahwa manusia harus mempunyai sikap lapang dada. Dengan berlapang dada akan mudah menyelesaikan suatu masalah, dan baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Juga belajar menghargai pendapat orang lain,” kata kata Leonard Angelo Efendy (14).
Sementara bagi Justine Lee (14), ia mendapatkan pembelajaran, bahwa sikap lapang dada itu harus agar lancar melakukan kegiatan dalam sehari-hari. “Lapang dada berarti dapat menerima apa saja”. Kedua murid dari grup Shan Jie 2 tersebut merupakan anak tunggal. Mereka menuturkan materi yang telah mereka pelajari menjadi pengingat untuk dilakukan terutama dalam keseharian di rumah.
Vino Artadi Bramantio (11) ditemani Suryani Wong (Duifu) saat menjawab pertanyaan di sesi sharing.
Sementara itu tema pada kelas Qing Zi Besar adalah hati selalu bersyukur, bersyukur kepada semua orang. Pada kelas Qing Zi Ban Besar, ditayangkan dua video, yakni Master Cheng Yen Bercerita Berjudul Petani Tua dan Kerbau, Xiao Li Zi Berjudul Panen Yang Sempurna. Kedua video ini bertujuan memberikan pelajaran tentang menghargai setiap orang, benda dan hal dalam kehidupan.
“Cerita Xiao Li Zi lucu, yang tentang memakan kentang. Karena cuaca buruk, tanaman pada tidak bertumbuh. Akhirnya Xiao Li Zi bekerja keras tanam benihnya ke tanah, dicabut rumput-rumput disampingnya agar bisa tumbuh tanamannya dan dia akhirnya bisa makan karena tanamannya tumbuh.” Cerita Vino Artadi Bramantio (11).
Vino akan meniru Xiao Li Zi yang bekerja keras dengan membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah, mendengarkan nasehat dan menuaikan kewajibannya untuk belajar dengan baik.
Adapun pertumbuhan kebijaksanaan dari pendidikan kehidupan, karakter, lingkungan, jasmani yang didapatkan dalam kelas bimbingan budi pekerti Tzu Chi tidak hanya dirasakan oleh murid. Tetapi para pengajar, koordinator turut serta mendapatkan manfaatnya.
Kelas di Qing Zi Ban Besar saat sesi sharing.
“Sangat bersyukur kita mendapatkan materi dari Taiwan yang begitu indah berisikan pelajaran kehidupan di mana materi ini adalah hasil pemikiran, kebijaksanaan dari para tim materi. Sedemikian rupa disusun agar materi dapat terserap dengan baik oleh murid, mereka akan mengikuti mulai dari tahap mengalami-menceritakan(sharing & diskusi) -merenungkan-menerapkan”ungkap Maria Fintje, Koordinator Kelas Bimbingan Budi Pekerti He Qi Pusat.
Editor: Khusnul Khotimah