Belajar Melindungi Bumi
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat) , Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat)Sebanyak 29 anak asuh
dari He Qi Pusat berkunjung ke Depo
Pelestarian Lingkungan Kelapa Gading, yang terletak di Pengangsaan Dua,
Jakarta. Di sini anak-anak diperkenalkan tentang pentingnya pelestarian
lingkungan.
Memasuki pekan keempat di bulan Maret 2019, tepatnya 24 Maret 2019, 26 insan Tzu Chi komunitas He Qi Timur menyambut kedatangan 29 anak asuh bersama 19 insan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat, berkunjung ke Depo Pelestarian Lingkungan Kelapa Gading, yang terletak di Kelurahan Pengangsaan Dua. Tujuan kedatangan mereka adalah dalam rangka memperkenalkan ke anak asuh Tzu Chi He Qi Pusat tentang pentingnya pelestarian lingkungan. Anak-anak juga diperkenalkan barang-barang apa saja yang tidak bisa dipergunakan lagi, yang biasa disebut sampah, dapat dijadikan emas, dan emas menjadi aliran jernih cinta kasih yang mengitari bumi.
Endang Supriatna, Koordinator
Pelestarian Lingkungan He Qi Timur
membekali anak-anak dengan pengertian dasar tentang Pelestarian Lingkungan dan
mengajak mereka ikut memilah barang daur ulang sehingga lebih mengerti dan bisa
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Endang Supriatna (53), Koordinator Pelestarian Lingkungan He Qi Timur membekali anak-anak dengan pengertian dasar tentang Pelestarian Lingkungan. Bagi Endang, untuk melakukan pelestarian lingkungan haruslah dimulai dari diri sendiri.
“Pelestarian lingkungan berhubungan dengan bumi yang kita pijak. Bumi (alam semesta) bagaikan ibu pertiwi. Dialah yang memberikan kita kehidupan, memberikan kita nafas (udara), memberikan sumber air,” tutur Endang Supriatna.
Manusia, tambah Endang Supriatna, salah satu motor penggerak, haruslah merawat dan berterima kasih kepada bumi pertiwi. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, manusia telah merusak alam dengan berbagai jenis sampah sehingga bencana alam terjadi di mana-mana akibat ulah manusia.
Praktik pelestarian
lingkungan telah dijalankan Maria (tengah), di kehidupan sehari-hari baik di
rumah maupun di sekolah.
“Mulailah belajar untuk tidak menggunakan kantong plastik yang tidak ramah lingkungan, hemat air, hemat listrik, membawa makanan sendiri dengan alat makan sendiri,” tambah Endang, ingin mengajak anak-anak memilih barang yang aman pemakaiannya, tahan lama, dapat dipakai berulang-ulang, dan hidup bervegetaris.
Melakukan Daur Ulang Mulai dari Diri Sendiri
Setelah anak-anak dibekali pengertian Pelestarian Lingkungan, tak ketinggalan insan Tzu Chi juga mengajak anak-anak ikut memilah barang daur ulang sehingga mereka lebih mengerti dan bisa mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Praktik pelestarian lingkungan telah dijalankan Maria (16) di kehidupan sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah.
“Di sekolah disediakan tempat (wadah) untuk botol-botol plastik yang tidak dipakai, dan dijual biasanya. Membawa makanan dan minuman dari rumah dengan wadah sendiri lebih higienis dan lebih hemat juga. Apalagi masakan mama lebih enak daripada makanan di luar. Membuang sampah pada tempatnya, peduli lingkungan dengan cara menjaga bumi. Bila bumi rusak, manusia harus tinggal di mana?” papar Maria.
Vivilia bersyukur
karena alam telah memberikan kehidupan kepadanya, sehingga ia mempunyai
tanggung jawab untuk melindungi bumi.
Maria bersyukur mendapat pendidikan pelestarian lingkungan, tentang bagaimana memanfaatkan barang daur ulang yang sering disebut sampah, dapat menjadi emas.
Hal yang sama juga dirasakan Vivilia (17) yang bersyukur karena alam telah memberikan kehidupan kepadanya. “Kita harus menjaga alam dengan baik, membuang sampah pada tempatnya,” kata Vivilia, anak asuh Tzu Chi yang sudah mendapat bantuan Tzu Chi sejak dua tahun kemarin.
Vivilia menjelaskan, sebelumnya ia juga pernah mengunjugi Depo Pelestarian Lingkungan Duri Kosambi, di Jakarta Barat. Setiap kunjungan selalu memberikan pengetahuan baru baginya.
Pendidikan pelestarian
lingkungan harus ditanamkan ke anak-anak sejak dini, seperti Revialy, walau usianya
masih belia, baru akan memasuki usia 9 tahun, ia sangat peduli dengan
lingkungan.
“Lebih banyak tidak membeli makanan atau minuman dari luar. Tidak menggunakan sumpit (bahan dari bambu). Lebih menggunakan alat makan dan botol minuman sendiri. Menghargai alam,” tukas Vivilia.
Pendidikan pelestarian lingkungan harus ditanamkan ke anak-anak sejak dini, seperti Revialy (9), walau usainya masih belia, ia sangat peduli dengan lingkungan.
“Mama selalu minta bawa botol minuman sendiri. Kadang beli minuman dari luar, botolnya diisi ulang. Bila sudah kotor, dibuang. Kalau kertas, aku buatin mainan gitu,” ujar Revialy, anak keempat dari 4 bersaudara, yang mendapat bantuan pendidikan Tzu Chi satu tahun silam.
Rivaldo (baris kedua
paling kiri), mengajak orang lain memiliki kesadaran untuk menjaga bumi, mulai
dengan melakukan hal kecil seperti daur ulang.
Adapun Rivaldo (18), adalah tahun ketiga baginya mendapat bantuan pendidikan Tzu Chi. Bagi Rivaldo, sampah yang langsung dibuang atau tidak didaur ulang maka sama saja dengan mengotori bumi.
“Kalau didaur ulang, bisa dipakai lagi. Jadi sampah tidak terlalu menumpuk.” ungkap Rivaldo, anak dari Hartati, salah satu relawan komunitas Pademangan.
Rivaldo juga menambahkan, orang tuanya juga mengumpulkan sisa sayuran dan kulit buah yang mentah atau tidak busuk atau yang tidak dipakai untuk diolah menjadi cairan enzim yang bisa dipakai untuk membersihkan rumah, juga pakaian.
Selain memberikan
sosialisasi pentingnya melakukan pelestarian lingkungan ke anak-anak, Endang
Supriatna juga mengajak orangtua anak asuh Tzu Chi mengenal barang-barang apa
saja yang bisa didaur ulang.
“Sejak memakai cairan enzim, tidak ada serangga seperti semut hinggap ke rumah,” pungkas Rivaldo, mengajak orang lain memiliki kesadaran untuk menjaga bumi, mulai dengan melakukan hal kecil seperti daur ulang.
Selain memberikan sosialisasi pentingnya melakukan pelestarian lingkungan ke anak-anak, Endang Supriatna juga mengajak orangtua anak asuh Tzu Chi mengenal barang-barang apa saja yang bisa didaur ulang. Sambil menunjukkan barang-barang yang bisa didaur ulang, Endang kembali menjelaskan, “Di Tzu Chi khususnya di Indonesia, barang daur ulang yang sudah dipilah, dijual. Hasil penjualan ini digunakan untuk Misi Amal Tzu Chi. Ini sudah sesuai dengan motto Tzu Chi ‘Mengubah sampah menjadi Emas. Emas menjadi Cinta Kasih’,” tutup Endang.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Manfaatkan Kembali Harta Duniawi
18 Juni 2014 Para Relawan tetap bersemangat walaupun sampah plastik terlihat kotor, berbau, dan kadang menjijikkan dengan air bercampur debu atau tanah. Dari sinilah para relawan Tzu Chi mendapatkan pengalaman dan pelajaran berharga.Suka Cita Melakukan Pelestarian Lingkungan
09 Juni 2014 Master Cheng Yen pernah berkata bahwa bumi ini sudah dipenuhi tumpukan sampah. Jadi mulailah melakukan pelestarian lingkungan dari rumah kita dan keluarga kecil kita sendiri.Syukuran 10 tahun Depo Pelestarian Lingkungan Titikuning
04 November 2022Relawan Tzu Chi Medan komunitas Hu Ai Titikuning Medan mengadakan syukuran 10 tahun Depo pelestarian lingkungan Titikuning.