Belajar Memahami Makna Tzu Chi

Jurnalis : Teddy Lim, Fotografer : Dimin, Rudi Darmawan (He Qi Barat)
 
 

fotoPara peserta melakukan prosesi pradaksina agar mereka dapat berkonsentrasi dalam menyerap setiap informasi yang akan diberikan.

Pada suatu hari ketika sedang mencari channel TV baru, secara tak sengaja saya melihat sebuah saluran baru di layar televisi. Meskipun agak buram dan penuh dengan ‘semut’, stasiun televisi ini cukup bagus juga. “DAAI TV” logo itulah yang tercantum di layar bagian pojok kanan atas. Yang menarik dari stasiun televisi ini adalah di saluran ini tidak ada iklan yang panjang dan bilapun ada sifatnya mendidik, seperti pemilahan sampah plastik, cara membuat ekoenzim (cairan yang dapat digunakan sebagai pembersih lantai dan pencuci piring) Sangat informatif.

 

Yang lebih membuat saya terpukau ialah banyaknya tayangan drama mandarin, ini menambah nilai plus pada channel baru ini di mata saya, karena kebetulan saya suka dengan tayangan drama mandarin. Salah satu drama yang paling membuat saya tidak memalingkan dan mengganti channel adalah drama dengan judul “Ketika Gladiol Bersemi”, drama ini berkisah mengenai perjuangan anak-anak desa yang merantau ke kota. Ketika mereka sukses, mereka tidak lupa akan jasa kedua orang tua dan tetap berbakti. Cerita yang sangat inspiratif bagi banyak orang, apalagi seperti di Jakarta yang kondisinya banyak sekali warga perantauan. Entah untuk bekerja, maupun untuk memperoleh pendidikan.

Melihat tayangan televisi tersebut, saya kemudian berpikir ternyata di dunia ini tidak hanya diisi dengan orang-orang yang sejahtera, masih banyak orang-orang yang hidupnya jauh lebih memprihatinkan daripada saya. Mengetahui hal tersebut saya pun memutuskan bergabung menjadi relawan dengan mengikuti kegiatan sosialisasi relawan Tzu Chi yang diadakan di aula lantai dua Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat.

foto  foto

Keterangan :

  • Christine Shijie memberikan penjelasan mengenai apa itu budaya humanis dalam Tzu Chi, tata cara berpakaian, duduk, dan makan dalam Tzu Chi kepada para relawan yang hadir. (kiri).
  • Para relawan Tzu Chi mengajak para peserta untuk melakukan tarian "Go Go Go" untuk menghibur peserta pelatihan dan menghilangkan rasa kantuk setelah hampir seharian mengikuti pelatihan (kanan).

Begitu mendaftar, saya mulai mengikuti semua kegiatan, dari Kunjungan kasih pasien kasus, kunjungan kasih panti kompo, kunjungan kasih anak jalanan, Kong Xiu, Qing Zhi Ban, dan sebagainya. Dari mengikuti kegiatan dan melihat apa saja yang dilakukan Tzu Chi, saya tersadar jika selama ini saya terlalu fokus untuk melihat ke “atas” dan tidak pernah melihat ke “bawah”. Kehidupan “atas” yang penuh dengan kemewahan membuat saya tidak menyadari bahwa ternyata saya lebih beruntung dibandingkan dengan mereka yang berada di “bawah”, yang tinggal dengan sepetak ruangan berukuran 4x4 meter atau bisa saja kurang dari itu, atau mungkin lebih parah seperti mereka yang tinggal di bawah jembatan dan tidak punya tempat tinggal. Bernapas saja sulit, apalagi untuk bergerak di ruangan yang  terbatas tersebut. Belum lagi kebutuhan mereka untuk makan sehari-hari yang tidak tentu terpenuhi.  Melihat itu semua saya mulai berusaha untuk mendalami ajaran Master Cheng Yen, melatih diri dan bersyukur atas kehidupan saya yang indah ini.

Identitas diri
Minggu, 25 Maret 2012 pukul 08.00 WIB, saya telah bersiap dan berangkat menuju Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Di sana telah berkumpul seluruh relawan Tzu Chi dari wilayah He Qi Barat untuk mengikuti Pelatihan Relawan Abu Putih. Ini adalah pelatihan yang pertama di tahun 2012 dan merupakan pelatihan yang ketiga bagi saya jika diakumulasi dengan tahun lalu.

foto  foto

Keterangan :

  • Setiap relawan menjadi lebih saling mengenal melalui games, bermain tarian "Go Go Go" dengan relawan Tzu Chi di sampingnya (kiri).
  • Pada saat sesi sharing, Carolina Shijie dan Rudi Shixiong memberikan sharing mengenai perubahan yang dialami oleh keluarganya sejak ikut bergabung di Tzu Chi (kanan).

Biasanya pelatihan ini rutin diadakan setiap tahunnya, mengingat jumlah relawan Tzu Chi setiap bulannya terus bertambah. Relawan baru biasanya bergabung dan langsung mengikuti kegiatan Tzu Chi dan umumnya relawan tersebut masih belum mengenal apa itu Tzu Chi serta visi dan misinya. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan relawan baru memperoleh masukan positif serta dapat terus berjalan di jalan Bodhistwa meskipun rintangan akan terus membentang. Pelatihan ini juga digunakan sebagai penyemangat bagi setiap relawan yang ingin memikul tanggung jawab lebih besar lagi di jalan Tzu Chi.     

Pelatihan kali ini cukup berkesan dari pada pelatihan sebelumnya, karena kali ini setiap misi dibabarkan dengan serius tapi disertai sedikit candaan. Saya dan para peserta yang menyimak juga menjadi lebih antusias mendengarkan setiap informasi yang diberikan. Ditambah dengan penjelasan dari Christine Shijie mengenai apa pentingnya budaya humanis seperti cara berpakaian, duduk, dan berjalan.

Saya baru memahami ternyata tujuan dari setiap relawan Tzu Chi yang ingin ikut kegiatan harus mengenakan seragam Tzu Chi dengan lengkap adalah untuk mempersatukan berbagai karakter dan kepribadian individu dalam waktu dan kondisi  tertentu.  Karena seragam sendiri dapat diibaratkan sebagai sebuah identitas diri atau sebuah organisasi dan juga sebagai simbol untuk sebuah kerapian dan kedisiplinan. Dan semakin seseorang dapat menghargai seragam yang dimilikinya, maka secara tidak langsung dari sisi psikologis dapat mempengaruhi perilaku dan pola pikir orang tersebut kearah yang lebih baik.
  
 

Artikel Terkait

Langkah Kecilmu Selamatkan Bumi

Langkah Kecilmu Selamatkan Bumi

08 Maret 2013 Setelah melakukan senam, para relawan bahu membahu membawa sampah daur ke dalam gedung serbaguna. Mereka juga tidak lupa menggunakan “senjata perang” mereka, yaitu sarung tangan, cutter, dan masker. Maka para relawan pun siap memulai “perang” mereka dengan sampah-sampah yang nantinya akan mereka jadikan emas.
Berbagi Berkah di Bulan Ramadan dengan Membagikan Takjil

Berbagi Berkah di Bulan Ramadan dengan Membagikan Takjil

27 April 2022

Relawan Tzu Chi Bandung menuai berkah di bulan Ramadan dengan membagikan takjil sebanyak 320 mangkuk kolak kepada pedagang kali lima dan pengendara ojek daring.

Air Hujan Sebagai Sumber Kehidupan

Air Hujan Sebagai Sumber Kehidupan

26 Februari 2018
Warga Asmat yang tinggal di pedalaman menggunakan air hujan sebagai pemenuh kebutuhan air sehari-hari. Ini menjadikan masyarakat Asmat rentan terkena penyakit karena kurang menjaga kebersihan.
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -