Belajar Memanfaatkan Waktu
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat) , Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat)
Untuk memahami arti dari memanfaatkan waktu, anak-anak kelas budi pekerti kelas Tzu Shao Ban besar diberikan suatu game untuk menyusun lima kegiatan harian berdasar paling utama yang harus dikerjakan.
Setiap orang tua berharap agar anaknya memiliki karakter yang baik, berbudaya humanis, berbudi pekerti, mandiri serta berbakti pada orang tua. Pendidikan karakter dan budi pekerti, salah satunya dapat diperoleh dari kelas budi pekerti Tzu Chi. Memasuki minggu keempat di bulan Maret 2018, komunitas He Qi Utara 2 kembali mengadakan kelas budi pekerti Tzu Chi dengan mengusung tema “Memanfaatkan Waktu” yang dilaksanakan di ruang Fu Hui Ting, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara.
Kelas budi pekerti ini diawali dengan melakukan pradaksina yang dibimbing oleh Bambang Suterang, insan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2. Tujuan pradaksina ini untuk melatih konsentrasi sebelum melaksanakan suatu aktifitas.
Di kelas Qing Zhe Ban Besar, sebanyak 37 anak-anak bersama 19 orang tua dari anak-anak budi pekerti disuguhkan sebuah video yang menceritakan seorang anak laki-laki bernama Zheng Qiau yang tidak lulus ujian Bahasa Inggris karena tidak memanfaatkan waktu dengan baik. Orang tua menyarankannya agar memanfaatkan waktu dengan baik untuk setiap aktivitas kesehariannya. Zheng Qiau akhirnya bertekad untuk memanfaatkan waktu dengan baik.
Ritawati menanyakan Naramedhaka Citta, “Mengapa angkat telepon itu paling penting ?” Dengan polos Nara, panggilan akrabnya menjawab “Angkat telepon hanya sebentar. Bila bunyi telepon berdering terus, bisa terganggu belajar.”
Namun pengertian tentang memanfaatkan waktu disalahartikan oleh Zheng Qiau. Segala aktivitas keseharian di sekolah dilaksanakan dengan terburu-buru, demikian juga saat di rumah. Hingga ia merasa lelah menunggu waktu berlalu sangat lamban menjelang malam harinya. Ini disebabkan setiap aktifitas pada hari itu telah diselesaikan dan dikerjakannya dengan terburu-buru. Orang tuanya kembali menasehatinya bahwa memanfaatkan waktu bukan dengan terburu-buru, tetapi melaksanakan setiap aktifitas kegiatan sesuai dengan waktu, setiap aktifitas harus dijadwalkan sesuai dengan pentingnya kegiatan yang akan dilaksanakan.
Ritawati, salah satu insan Tzu Chi He Qi Utara 2, memberikan lima aktifitas kegiatan. Ia meminta anak-anak Qing Zhe Ban Besar mengurutkan lima aktifitas dimulai dari aktifitas terpenting hingga tidak penting.
Tahun 2017, awal mulai ikut kelas budi pekerti Tzu Chi, Crystallin Gunawan (9), dari group Gan En 2 adalah seorang pemalu, dan tidak bisa bergaul. Ia bercerita sebelum mengenal Tzu Chi, mama sering mengingatkan waktunya untuk belajar, hingga sekarang ia kadang masih diingatkan oleh mamanya untuk selalu mengerjakan tugas sekolah dari guru sekolah.
“Hasil akhir dapat disimpulkan. Pertama menerima bel pintu atau telepon yang berdering. Menyelesaikan tugas yang akan dikumpulkan besok. Mengerjakan tugas prakarya yang akan dikumpulkan minggu depan. Menonton program televisi edisi ending. Terakhir adalah makan cemilan.” jelas Ritawati.
Ritawati bertanya kepada Naramedhaka Citta, “Mengapa angkat telepon itu paling penting?” Dengan polos Nara, panggilan akrabnya menjawab “Angkat telepon hanya sebentar. Bila bunyi telepon berdering terus, bisa terganggu belajar.”
Arti dari Waktu
Tahun 2017, awal mulai ikut kelas budi pekerti Tzu Chi, Crystallin Gunawan (9), dari group Gan En 2 adalah seorang anak yang pemalu dan tidak bisa bergaul. Ia bercerita sebelum mengenal Tzu Chi, ibunya sering mengingatkannya terkait waktu untuk belajar. Hingga sekarang ia kadang masih diingatkan oleh ibunya untuk selalu mengerjakan tugas sekolah dari guru sekolah. Bermain bersama teman-teman di sekolahnya sering membuatnya lupa mengerjakan PR. Crystallin bercerita, ia pernah sekali dihukum guru sekolah karena hal ini.
Memasuki
minggu keempat di bulan Maret 2018, komunitas HeQi Utara 2 kembali mengadakan
kelas budi pekerti Tzu Chi dengan menggusung tema “Memanfaatkan Waktu”, yang
dilaksanakan di ruang Fu Hui Ting, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara.
“Malu. Dihukum guru, mengerjakan tugas tersebut seorang diri di ruang auditorium,” ujar Crystallin, sapaan akrabnya.
Sekarang Crystallin mengerti bahwa waktu sangat penting dan harus dimanfaatkan dengan baik.
Berbeda kisahnya dengan Alicia. “Malas-malasan, tidak suka kelas budi pekerti ini. Soalnya Alicia malu, Alicia tidak bisa bergaul sama teman di sini. Beda di sekolah, Alicia punya banyak teman,” cerita Alicia Tandang (10), dari group Shan Jie 2.
Tahun ini merupakan tahun kedua Alicia ikut kelas budi pekerti Tzu Chi. Cara ia mengatur waktu sesuai dengan proporsi banyaknya tugas sekolah. Bila tugas sekolah sangat banyak dan sulit maka waktu dimanfaatkan dengan belajar. Lain hal bila tidak ada tugas, bila ada saudara atau datang berkunjung, maka waktunya digunakan untuk bermain.
Tahun 2018 merupakan tahun kedua Alicia Tandang (baris ke-3 dari kiri, bagian tengah) ikut kelas budi pekerti Tzu Chi. Ia mengatur waktu sesuai dengan proporsi banyaknya tugas sekolah daripada bermain.
“Tidak main handphone. Teman suka ajak main squishy.”, cerita Alicia yang mempunyai saudara kembar bernama Angellica ini.
Sebelum mengenal kelas budi pekerti Tzu Chi, Alicia tidak suka mendengar kata-kata orangtua. “Biasanya nggak dengerin orangtua. Mama suka seperti bossy gitu. Mama suka bicara dengan suara besar, seperti teriak-teriak begitu, makanya Alicia tidak suka, Alicia marah. Alicia biarin saja,” ungkapan hati Alicia.
Sekarang Alicia bisa nurut dan lebih sayang kepada orangtuanya. “Dengerin, mama suruh apa, Alicia lakukan.” tutup Alicia dengan malu.
Berbeda pula dengan Eunice (11), awal mengenal kelas budi pekerti berasal dari jie-jie (saudara perempuan tertua) yang lebih dulu bergabung di kelas budi pekerti.
“Belajar Mandarin dan mengerjakan pelajaran sekolah kira-kira dua jam setengah, nonton televisi, dan makan malam.” sharing-nya tentang cara mengatur waktu. Karena sang mama kerja, biasanya semua pelajaran sekolah, Eugene bertanya ke guru private. “Setelah mama pulang kerja, mama sering tanya apa tugas sekolah sudah selesai dikerjakan? Apakah ada kesulitan dalam pelajaran sekolah?” kata Eunice
Selain bermain dan belajar tentang karakter berbudi pekerti, anak-anak juga belajar isyarat tangan
Banyak hal positif yang diperolehnya selama dua tahun ikut kelas budi pekerti Tzu Chi. “Kalau misalnya mama bilang tidak boleh makan snack, kadang Eunice suka marah (ngambek). Mama selalu bilang nanti batuk, panas dalam, sekarang sudah nurut,” ujar Eugene.
Kelas budi pekerti kali ini ditutup dengan Kata Perenungan sesuai dengan tema tentang pentingnya waktu yang harus dimanfaatkan dengan baik. “Orang yang bisa memanfaatkan waktu dengan baik, maka waktu ibarat batu permata. Orang yang tidak memanfaatkan waktu dengan baik, waktu ibarat tanah.”
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Mencetak Generasi Muda Berkarakter Mulia
01 Agustus 2024Kelas Budi Pekerti di komunitas relawan He Qi Pusat berlangsung dengan penuh keceriaan. Mereka dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu 12 peserta kelas Qin Zi Ban untuk anak-anak usia dini dan 16 peserta kelas Tsu Shao Ban untuk anak usia remaja.