Belajar Membantu Orang Lain

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
 
 

foto
Penyerahan celengan secara simbolis oleh relawan kepada perwakilan murid SD Permai.

Berdana merupakan hak siapa saja baik orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak sekalipun. Mengangkat kisah celengan bambu melalui Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi (SMAT), Tzu Chi ingin menumbuhkan niat berbuat baik dengan berdana melalui sebuah celengan bertuliskan Dana Kecil Amal Besar, Celengan Bambu. Berbeda dengan SMAT lainnya yang mengarah ke para pekerja perusahaan, kali ini SMAT dilakukan kepada murid sekolah, tepatnya SD Sekolah Permai, Muara Karang, Jakarta Utara.

“Kami berpikir bahwa melakukan sesuatu apabila dimulai lebih dini, lebih bagus. Seperti sekarang ini anak-anak masih polos dan kita tanamkan rasa cinta kasihnya pada sesama agar nantinya pada diri mereka akan tertanam sikap positif,” ujar Alwin Scrop Leonardi, PIC kegiatan SMAT.

Sejak hari Senin 29 Juli hingga Rabu 31 Juli 2013, relawan Hu Ai (komunitas relawan wilayah) PIK, memberikan sosialisasi secara bergantian pada siswa kelas 1 hingga kelas 6 SD yang seluruhnya berjumlah 765 siswa. Antusiasme serta kepolosan anak-anak sangat kentara terlihat, terbukti dari pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari celotehan mereka seperti; “Apakah celengan ini hanya untuk membantu yang agama Buddha?” atau “Sehari harus berapa banyak sumbang di celengan?” mendengar pertanyaan polos anak-anak, Adenan Shixiong dengan sabar dan telaten menjawab satu persatu pertanyaan tersebut. Yayasan Buddha Tzu Chi memang merupakan yayasan yang tidak mengenal perbedaan, membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan, dan menyebarkan aliran cinta kasih bagi masyarakat, begitulah sekiranya yang dijelaskan pada anak-anak. Lebih lanjut Adenan memberikan contoh bahwa sekaya apapun seseorang, apabila bencana seperti kebakaran atau banjir datang maka kekayaannya tidak akan berarti.

foto  foto

Keterangan :

  • Antusias murid-murid terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang mengalir setelah penjelasan dari celengan bambu (kiri).
  • Pembagian celengan dilakukan dengan bantuan para guru masing-masing kelas (kanan).

Sesaat setelah mendapatkan celengan, Ronald Richie, siswa kelas 6 SD, dengan segera memasukkan koin ke dalam celengannya. “Buat membantu orang yang membutuhkan,” ucapnya lantang. Ia juga menambahkan jika melihat orang lain yang sedang kesusahan, ia dapat bersimpati, “Kasihan melihat mereka yang tidak dibantu orang lain, jadi saya ingin membantu mereka.” Sedangkan Wahyudin, salah satu guru SD sekolah tersebut mengungkapkan bahwa Celengan Bambu merupakan pelatihan bagi anak untuk peduli pada sesama. “Memberikan satu cara pada anak-anak untuk berbuat kebajikan artinya bagaimana menolong sesama melalui celengan bambu. Pelatihan, dengan demikian akan menumbuhkan sikap anak untuk peduli.”

foto  foto

Keterangan :

  • Keceriaan terpancar di setiap wajah anak-anak saat berinteraksi dengan relawan (kiri).
  • Setelah acara usai, para relawan membagikan souvenir berupa kata perenungan 108 dan gantungan kunci (kanan).

Tiga atau empat bulan ke depan, relawan akan kembali datang berkunjung dan bersama-sama menuang hasil cinta kasih dari koin-koin para siswa. Semoga saja niat baik yang telah ditumbuhkan akan dapat berbuah manis dan dapat menjadikan suatu perilaku berbudaya cinta kasih.

  
 

Artikel Terkait

Menciptakan Dunia yang Harmonis

Menciptakan Dunia yang Harmonis

19 September 2011
Sebelum acara dimulai, para peserta disuguhkan penayangan video-video kilas balik Tzu Chi Indonesia dan video kilas balik Tzu Chi Bandung.  Sosialisasi pembagian beras cinta kasih ini dipimpin langsung oleh Ketua Tzu Chi Bandung Herman Widjaja dan Wakil ketua Tzu Chi Bandung yaitu Djonni Andhella.
Bersama Menghargai Bumi

Bersama Menghargai Bumi

12 Mei 2015 Memperingati Hari Bumi Sedunia, Sekolah Global Montessori mengundang Yayasan Buddha Tzu Chi untuk melakukan sosialisasi mengenai pelestarian lingkungan yang ditanamkan sejak dini kepada para siswa sekolah.
Perhatian untuk Para Pengungsi Rohingya

Perhatian untuk Para Pengungsi Rohingya

26 Mei 2015 Lebih dari seribu orang pengungsi Rohingya (Myanmar) dan Bangladesh yang terkatung-katung selama berbulan-bulan di tengah laut  akhirnya diselamatkan oleh para nelayan Aceh pertama kali pada Minggu (10/05/2015). Kondisi kesehatan para pengungsi ini sangat memprihatikan.
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -