Belajar Memberi di Tengah Kesederhanaan
Jurnalis : Noorizkha (He Qi Barat), Fotografer : Bobby (He Qi Barat)
|
| ||
Ada setangkai bunga matahari yang hidup sebatang kara di tengah tempat pembuangan sampah. Hal ini membuat bunga matahari merasa sedih dan merasa sangat kesepian. Suatu hari datanglah seekor burung pipit. Burung pipit merasa kagum akan keindahan bunga matahari yang berada sendirian di antara sampah sehingga mengunjunginya setiap hari. Sejak kedatangan burung pipit, bunga matahari tidak merasa kesepian. Suatu ketika, burung pipit tidak lagi datang berkunjung. Setelah berhari – hari tak muncul, datanglah burung pipit dalam kondisi sakit dan kurus. Ia mengaku kesulitan mendapat makan di musim kemarau. Bunga matahari yang tersentuh lalu memberikan biji – bijian miliknya untuk burung pipit makan. Sesaat burung pipit kenyang dan tertidur, namun ketika bangun Ia mendapati bunga matahari telah berguguran kelopaknya dan menjadi tidak indah lagi. Bunga matahari mengaku senang dapat membantu burung pipit dan memintanya untuk mengambil biji yang tersisa untuk disebar dan ditanam. Cerita ini disampaikan oleh Suparman Shixiong saat mengunjungi anak - anak yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Sewan, Tangerang. Kunjungan yang dilakukan pada hari Minggu, 20 Oktober 2013 ini bertujuan untuk menghibur dan memberikan pengetahuan baru untuk anak - anak. Sebanyak 70 anak dikumpulkan oleh bapak Felix, pengelola Yayasan Pelita Jiwa di sebuah rumah yang dijadikan sekolah TK di samping TPS Sewan. Setelah bercerita, Suparman Shixiong mengajak anak – anak untuk seperti bunga matahari yang walaupun sendiri di TPS namun dapat memancarkan keindahannya dengan menolong orang lain. Setelah mendengarkan makna cerita, Joliana Shijie yang bertugas sebagai MC mengajak anak – anak untuk percaya diri dengan tampil di depan dan menceritakan sebuah dongeng.
Keterangan :
Setelah mendengarkan cerita dari Kevin dan Sandy, salah satu peserta, anak – anak diajak untuk bermain game. Sebelumnya anak – anak dengan didampingi relawan pulang ke rumah masing – masing untuk mengambil benda kesayangan dan yang paling berharga bagi mereka. Anak – anak, dengan segala kepolosan mereka membawa berbagai macam benda kesayangan mulai dari bantal, boneka, ikat pinggang, gelas, hingga sikat gigi dan berbagai benda lainnya. Saat permainan, anak – anak diminta untuk memberikan benda kesayangan mereka kepada relawan yang hadir. Meski beberapa anak terlihat enggan memberikan benda kesayangan mereka, namun ternyata ada 8 anak yang bersedia memberi. Salah satunya adalah Lian Ti yang baru berusia 8 tahun bersedia memberikan boneka lebah kesayangannya kepada Limin Shibo. Adapun menurut ibunya yakni Ibu Inggit, Lian Ti sangat menyayangi boneka berwarna pink tersebut dan selalu membawanya kemanapun. Setelah permainan usai, benda – benda yang diberikan anak – anak tersebut dikembalikan dan mereka mendapat hadiah. Menurut Suparman Shixiong, hal ini dilakukan agar anak – anak belajar bahwa jika berbuat baik maka akan mendapatkan berkah. Pukul 12.00 WIB, acara diakhiri dengan pembagian bingkisan berisi buku dan makanan kecil kepada anak – anak serta paket sembako untuk warga sekitar. Kegiatan tersebut memang telah berakhir, namun bagi anak – anak hal tersebut adalah permulaan. Setelah menerima pelajaran baru tentang mau memberi meski di tengah kesulitan dan belajar percaya diri, anak – anak tersebut diharapkan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari. | |||
Artikel Terkait
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131: Sebuah Kehormatan Dapat Membantu Sesama Melalui Kegiatan Kemanusiaan
28 Juni 2022Bagi Ipda Irwan, menjadi seorang koordinator pada Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131 merupakan sebuah kehormatan dan kebanggaan karena ia bisa membantu sesama. “Di sini banyak warga saya, banyak masyarakat dari daerah saya, yang saya bisa membantu," ujarnya.
Menguatkan Barisan Tim Medis
13 Maret 2012Menolong jiwa manusia dengan tanpa pamrih adalah sifat dasar dari para relawan Tzu Chi. Dalam misi kesehatan Tzu Chi, peran seorang dokter tak hanya mempraktikkan ilmu yang sudah didapatkannya selama pendidikan, namun bagi dokter yang tergabung dalam barisan Tzu Chi harus bisa melayani pasien dengan penuh welas asih.
Gempa Aceh: Meringankan Derita Korban Gempa
08 Desember 2016Gempa berkekuatan 6,4 skala Richter mengguncang Aceh. Di hari yang sama (Rabu, 7/12/2016), relawan Tzu Chi Lhokseumawe, melakukan survei dan mengumpulkan data awal untuk penyaluran bantuan. Sementara hari ini (Kamis, 8 Desember 2016) sebanyak 30 orang relawan dan Tim Medis Tzu Chi Medan akan berangkat ke Aceh dengan membawa barang bantuan.