Belajar Memperbaiki Diri
Jurnalis : Purwanto (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Beverly, Yogie (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)Pungky (biru putih), relawan Tzu Chi memberikan sharing kepada para murid dengan judul “Saya Tidak Egois” pada Minggu 15 November 2015
Awali hari ini dengan sebuah senyuman, itulah yang tampak pada wajah para murid kelas budi pekerti (Xiao Tai Yang) saat berbaris sesuai dengan kelompok masing-masing. Mereka berbaris rapi dengan didampingi relawan pendamping menuju lantai dua Kantor Penghubung Tzu Chi Tanjung Balai Karimun menuju meja mereka masing-masing. Sesampainya di lantai dua mereka mempersiapkan diri memulai Kelas Budi Pekerti. Jumlah yang hadir pada Kelas Budi Pekerti tanggal 15 November 2015 yaitu 37 relawan dan para murid sebanyak 54 anak.
Lissa, salah seorang relawan pendamping memandu para murid untuk mengeluarkan buku dan mengumpulkan perbuatan baik yang ditulis dalam buku mereka masing-masing. Tentunya, jika yang tidak disiplin mengerjakan tugas, mereka akan diberikan nasihat, bimbingan dan sanksi sesuai dengan peraturan yang sudah disepakati.
Pungki, salah seorang relawan Tzu Chi pada kesempatan tersebut menjelaskan tentang “ Saya tidak Egois” kepada para murid.”Apa sih itu egois?” tanya relawan. “Mementingkan diri sendiri,” jawab Derrel, salah seorang murid dengan pasti. “Ya benar, Egois merupakan sifat mementingkan diri sendiri,” ungkap Pungki. Banyak dari siswa yang mengerti tentang sifat egois. Walaupun sudah memahami, tetapi kenyataannya banyak yang masih juga melakukan sifat ini dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya berebut mainan dengan adik di rumah, saat makan memilih makanan yang besar dan yang paling enak, dan sebagainya. Untuk memahami materi tentang egois, pungky meminta masing-masing kelompok menuliskan tekad untuk mengikis sifat egois dalam diri para murid. Setelah mereka menyatakan tekad bersama-sama, dan dituliskan ke dalam buku. Pungky kemudian meminta para murid secara bersama menundukkan kepala untuk merenungkan kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat kepada kedua orang tua.
Salah seorang relawan pendamping memberikan perhatian dengan mengusap air mata salah satu murid yang menitikkan air mata seusai melakukan penerungan
Wilbin (tengah) dengan berlinang air mata menyampaikan penyesalannya kepada orang tua, sekaligus menyatakan tekad tidak akan mengulangi kesalahan.
Banyak para murid menitikan air mata ketika menuliskan tekad mereka, salah satunya Wilbin (10) yang bertekad untuk berubah menjadi anak yang baik. Wilbin merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah kandung Wilbin beberapa tahun lalu meninggal dunia karena sakit. Setelah merenungkan yang ia tulis, selama ini ia baru menyadari bahwa dia adalah anak yang kurang berbakti. “Saya sering membantah kepada ibu,” ungkap Wilbin. Sambil menangis seraya memeluk orang tuanya, ia berjanji akan menjadi anak yang baik tidak mementingkan dirinya sendiri dan tidak membantah ibunya.
Sifat mementingkan diri sendiri harus kita buang jauh-jauh. Karena sifat ini menimbulkan penderitaan bagi diri-sendiri maupun orang lain. Di akhir materi, Pungky berpesan kepada orang tua para murid. ”Sebagai orang tua kita harus memberikan dua hal yaitu PUJIAN dan NASIHAT kepada anak. Jika anak berbuat baik berikanlah pujian kepada dia. Jika dia berbuat salah, janganlah langsung menghukum dia. Tetapi berilah dahulu nasihat tentang kesalahannya,” ucap Pungky Papa. Jika anak berbuat baik diberikan penghargaan (pujian) ia akan termotivasi lagi untuk berbuat baik, sedangkan anak berbuat salah jika diberikan nasihat akan tahu kesalahannya.
Para murid dibagi ke dalam beberapa kelompok dan di dalam kelompok mereka mengumpulkan perbuatan baik mereka di rumah yang ditulis dalam buku mereka masing-masing
Setelah banyak belajar di Kelas Budi Pekerti ini diharapkan para murid dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tekad yang sudah ditulis harus dilaksanakan dengan baik. Anak yang tadinya malas belajar menjadi anak yang rajin. Anak yang tidak patuh kepada orang tua menjadi patuh kepada orang tua. Agar menjadi anak tidak egois harus mengembangkan empat sifat luhur yaitu, cinta kasih (metta), kasih sayang (karuna), rasa bersimpati (mudita), dan hati seimbang (upekkha).