Belajar Mengabadikan Jejak Dharma
Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Albert Khosasih, Amir, Tomi Fan (Tzu Chi Medan) Para muda-mudi Tzu Chi Medan melakukan praktik mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi pada tanggal 22 April 2012. |
| ||
3in1 sendiri adalah menulis, mengambil foto, dan merekam video. “Kita dapat turut merasakan jejak langkah Shigong Shangren (panggilan relawan muda-mudi kepada Master Cheng Yen) pada saat-saat Yayasan Buddha Tzu Chi baru dimulai karena adanya dokumentasi. Jika tidak, maka semuanya itu akan hilang begitu saja,” tambah Leo. Sharing 3in1 ini dilaksanakan pada tanggal 22 April 2012 kepada seluruh muda mudi Tzu Ching yang bertujuan agar mereka dapat sedini mungkin menyadari pentingnya dokumentasi di setiap langkah yang mereka jalani. Terlebih Tzu Ching adalah penerus Tzu Chi di masa yang akan datang. Meskipun pendingin udara di ruangan lantai dua kantor Tzu Chi cabang Medan tidak berfungsi dengan baik, hal ini tidak menyurutkan semangat semua peserta untuk mengikuti acara tersebut. Pada acara sharing, Leo mencoba menyampaikan bagaimana cara mengambil foto dan menulis artikel. “Kita tidak harus memiliki kamera yang mahal untuk mendapatkan foto yang bagus. Yang terpenting adalah tahu bagaimana mengambil foto yang baik, itu sudah cukup. Setiap foto yang diambil hendaknya dapat menyampaikan apa yang kita hendak sampaikan,” ujar Leo pada sesi penjelasan mengenai pemotretan. Leo mencoba menampilkan foto-foto yang menyentuh dan menjelaskan bagaimana caranya agar dapat menghasilkan foto yang baik. “Seorang pengambil foto, hendaknya juga dapat merasakan hasil jepretannya sendiri. Apakah foto yang dihasilkan itu dapat menyentuh hatinya sendiri ? Disinilah kita melatih empati kita,” tambahnya. Di dalam slide-slide yang ditampilkan, muda-mudi Tzu Ching juga melihat bagaimana caranya melakukan crop terhadap foto-foto yang telah diambil agar lebih berbobot. Untuk menjadi relawan 3in1, belum tentu harus menjadi seorang fotografer professional atau penulis yang terkenal, yang terpenting adalah memiliki hati yang tulus untuk belajar. Seperti pepatah yang mengatakan alah bisa karena biasa, itulah yang hendak dibesitkan di benak setiap orang yang hendak belajar memulai mengerjakan sesuatu yang baru. “Pada setiap kegiatan yang kita ikuti, relawan 3in1 harus fokus. Kalau bisa, minimal satu jam sebelum kegiatan dimulai, kita sudah harus tiba di lokasi. Kita harus dapat melihat, merasakan dan mendengar semua yang terjadi di lokasi tersebut sehingga apa yang hendak kita sampaikan dapat dimengerti oleh orang yang membaca artikel kita nanti,” terang Leo.
Keterangan :
Pemahaman rumusan 5W dan 1H (Who, What, Where, When, Why, dan How) dalam membuat sebuah artikel juga dipaparkan agar semua peserta mengerti bagaimana dalam sebuah artikel dapat disusun dari sebuah kerangka menjadi sebuah cerita. Supaya dapat lebih dimengerti rumusan tersebut, para peserta langsung diberi tugas untuk mencari 5W dan 1H dalam dua artikel. Artikel pertama adalah mengenai sebuah kegiatan Tzu Chi dan artikel kedua mengenai penerima bantuan Tzu Chi. Sama-sama adalah artikel atau cerita yang hendak disampaikan kepada pembaca tetapi yang membedakannya adalah gaya penulisan serta pendekatan kepada narasumber. Leo juga bercerita mengenai pengalamannya melakukan wawancara kepada narasumber yang merupakan penerima bantuan Tzu Chi. ”Kita harus menggunakan pendekatan yang lebih kepada narasumber karena tidak semua orang dapat mengutarakan isi hatinya kepada orang lain, terlebih narasumber kita adalah penerima bantuan kita,” ujar Leo. Pernah suatu ketika Leo harus terus mendampingi salah satu pasien yang dibantu Tzu Chi selama empat bulan lamanya barulah dapat menyelesaikan sebuah artikel. “Banyak kisah-kisah yang menyentuh yang dapat menginspirasi banyak orang. Jika kita lewati begitu saja maka kisah ini hanya akan dikenang oleh beberapa orang saja dan akhirnya akan hilang termakan waktu,” ungkap Leo. Setelah selesai menjalankan sesi pertama yakni pemahaman secara teori, para peserta mempraktikkannya langsung ke lapangan. Kebetulan di depo daur ulang masih begitu banyak relawan yang berkumpul melakukan pemilahan sampah maka semua peserta menjadikan rmereka sebagai nara sumber untuk menulis artikel. Ada lima tim kecil yang melakukan tugas untuk wawancara, mengambil foto, dan mencatat. Leo sendiri melakukan bimbingan di lapangan dengan memberikan masukan-masukan bagaimana baiknya seorang pewawancara bertanya kepada narasumber. Pada saat mewawancarai narasumber, muda mudi Tzu Ching berusaha untuk tidak mengganggu aktivitas relawan daur ulang. Mereka juga berusaha ingin merasakan apa yang dilakukan oleh relawan sehingga dapat memperkaya tulisan mereka nantinya. Ada yang sewaktu mewawancarai sembari mendorong gerobak sampah dan ada yang melakukan wawancara sembari menyapu serta ada yang turut melakukan pemilahan sampah. Setelah selesai mewawancari narasumber, setiap tim pun kembali ke ruangan untuk merangkumkan semua hasil wawancara dan dijadikan sebuah artikel. Setelah semuanya selesai, masing-masing tim menyerahkan hasil tulisannya dan dibahas bersama. Meski masih tergolong pemula, hasil tulisan setiap tim dapat dikatakan sudah sangat baik karena menerapkan rumus 5W dan 1H. Bukan hanya tulisan, foto-foto yang mereka ambil pun langsung dibahas. Di sini dapat dilihat bahwa dengan kamera saku pun dapat menghasilkan foto yang baik asalkan diambil dari sudut yang tepat. Tanpa terasa empat jam telah berlalu dari pukul 14.00 Wib sampai dengan 18.00 Wib dan acara Sharing 3in1 pun harus diakhiri. Dengan bekal yang didapat selama Sharing, diharapkan muda mudi Tzu Ching dapat mendokumentasikan setiap kegiatan Tzu Chi sehingga kitab sutra Tzu Chi Medan dapat terus ditulis dan diabadikan selama-lamanya serta menjadi mata dan telinga Shigong Shangren. | |||
Artikel Terkait
Kehangatan Keluarga Besar Tzu Chi
05 September 2019Kehangatan sebuah keluarga sudah dirasakan ketika 29 insan Tzu Chi komunitas He Qi Timur menyambut 10 insan Tzu Chi asal Taiwan. Sejak turun dari pesawat hingga tiba di Kantor Sekretariat He Qi Timur, Mall of Indonesia (MOI) lantai P3, Minggu, 25 Agustus 2019.
Belajar Budaya Humanis di Aula Jing Si
14 Maret 2011Loo Leong Teck bersama 13 orang konsultan proyek pembangunan Aula Jing Si Kuala Lumpur Malaysia terkejut melihat pembangunan gedung Aula Jing Si Tzu Chi Indonesia yang besar dan megah. Kedatangan relawan Tzu Chi Kuala Lumpur dan para konsultan ini didampingi oleh Ketua Tzu Chi Singapura Ji Yu .