Belajar Menghargai Berkah
Jurnalis : Setiyarini (Tzu Chi Tj. Balai Karimun), Fotografer : Yogie Prasetyo, Beverly, Melvin Stanley (Tzu Chi Tj. Balai Karimun)Anak-anak mencatat materi yang disampaikan oleh relawan dengan penuh antusias dalam kelas budi pekerti pada 18 Oktober 2015.
Kegiatan rutin bulanan misi pendidikan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, kelas budi pekerti diadakan dengan mengajarkan tema yang berbeda-beda. Pada 18 Oktober 2015, anak-anak diajarkan tentang menghargai berkah dengan tema ”Saya Bisa Habiskan Makanan Saya.” Tema ini diberikan supaya anak-anak bisa menghargai makanan, mengerti bahwa sebutir nasi yang dimakan adalah hasil kerja keras banyak orang. Selain itu, makanan merupakan sumber daya alam yang harus dimanfaatkan dengan hemat.
Dalam kelas budi pekerti ini pula, anak-anak diajarkan kedisiplinan. Mereka berbaris rapi memasuki ruangan dan duduk dengan tenang. Salah satu relawan, Lissa yang memandu kegiatan ini meminta kepada anak-anak untuk mengumpulkan buku kegiatan perbuatan baik yang sudah dilakukan selama sebulan sebelum memasuki acara. Dengan penuh antusias, sebanyak 121 anak mengumpulkan buku mereka masing-masing.
Purwanto menjelaskan tentang menghargai berkah. Dalam materi ini, interaksi dengan anak-anak terbangun dengan diskusi bersama.
Relawan dan Tzu Shao memeragakan drama tentang
menghargai berkah makanan yang dikemas dengan apik sehingga mudah dipahami
anak-anak.
Purwanto memberikan sharing kepada anak-anak sesuai tema yang diambil dalam kelas kali ini. Ia menjelaskan proses penanaman padi hingga menjadi nasi yang siap makan. “Papa (relawan pendamping) tidak mengajari kalian menjadi petani ya, Papa hanya ingin sharing bahwa tidak gampang menanam padi hingga bisa menjadi nasi yang biasa kalian makan. Butuh proses dan waktu yang lama,“ ujar Purwanto. Selain itu Purwanto juga mengajarkan agar ketika makan mengambil makanan secukupnya, tidak perlu terlalu banyak yang akhirnya tidak habis lalu dibuang.
Dari materi yang disampaikan, anak-anak lantas mempraktikkannya pada saat santap makan bersama. Usai makan, Lissa bertanya, “apakah kalian suka makan pare?” “Tidak,” jawab anak-anak serentak. Lissa menjelaskan bahwa makanan yang tidak disukai mereka sudah dimakan, makanan yang dianggap pahit ternyata bisa dihabiskan oleh anak-anak. Anak-anak pun menjadi heran.
Salah satu anak, Vinarldo mengisahkan bahwa dirinya tidak menyukai sayuran sejak kecil, namun dengan mengikuti kelas budi pekerti ia pun selalu memakan sayuran yang disajikan oleh relawan. “Saya ikut kelas budi pekerti sudah tiga tahun. Dulu saya tidak suka makan semua jenis sayur, semenjak ikut Xiao Tai Yang (kelas budi pekerti) saya suka makan sayur karena sayur adalah makanan yang bergizi,” Ujarnya.
Di penghujung acara, anak-anak menyaksikan drama. Penampilan drama sangat menarik sehingga mereka mengerti pesan yang disampaikan. Melalui materi yang disampaikan pada kelas budi pekerti kali ini, diharapkan anak-anak bisa menghargai berkah seperti yang dikatakan Master Cheng Yen dalam kata perenungannya, “Hendaknya setiap orang bisa menyadari berkah yang dimilikinya, serta bisa menghargai dan menciptakan kembali berkah tersebut.”
Artikel Terkait
Malu dan Takut Berbuat Jahat
16 September 2016Kelas budi pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun dibagi menjadi dua kelompok belajar yang terdiri dari kelas usia kecil dan usia besar. Keduanya belajar untuk malu dan takut berbuat jahat. Banyak tekad luhur yang diucapkan usai mengikuti kelas yang dilaksanakan pada tanggal 11 September 2016.
Bervegetaris Untuk Melindungi Bumi
13 Agustus 2021Kelas Budi Pekerti Qin Zi Ban dan Tzu Shao Ban di komunitas relawan He Qi Utara 2 mengadakan sharing tentang manfaat bervegetaris. Kelas yang diadakan secara online ini diikuti oleh 82 partisipan.