Belajar Menghargai Orang Lain
Jurnalis : Yogie Prasetyo (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Calvin, Yogie.P, Vincent (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)Tzu Chi Tanjung Balai Karimun memulai kembali Kelas Budi Pekerti Xiao Tai Yang. Sebanyak 44 siswa-siswi kelas budi pekerti yang mengikuti kegiatan ini. Untuk lebih memahami materi, anak-anak menonoton tayangan video yang memberikan contoh kisah.
Beberapa hari ini cuaca kurang bersahabat khususnya di Tanjung Balai Karimun. Tetapi semua itu tidak menyurutkan niat siswa-siswi kelas budi pekerti untuk menimba ilmu pengetahuan. Di awal tahun tepatnya Minggu, 14 Januari 2018, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kembali secara rutin mengadakan Kelas Budi Pekerti Xiao Tai Yang. Kelas budi pekerti ini tidak lain untuk membekali anak agar memiliki pengetahuan dan budi pekerti yang baik.
Seperti bulan-bulan sebelumnya, kelas budi pekerti ini terbagi menjadi dua kelas. Kegiatan pun diawali dengan memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen yang dipandu oleh Purwanto Papa dan dilanjutkan membacakan 10 sila Tzu Chi. Purwanto Papa juga meminta siswa budi pekerti untuk menempelkan kata perenungan yang sudah disediakan pada buku mereka masing-masing dan merenungkan setiap kalimatnya.
Sebelum mengawali materi, Purwanto Papa memberikan flashback tentang materi sebelumnya. Kali ini tema materi kelas budi pekerti Xiao Tai Yang adalah “Kata yang membuat kita dihargai orang lain (tolong, terima kasih dan maaf)”.
“Siapa yang pernah mengucapkan kata tolong,
terima kasih dan maaf ?” tanya Dwi Papa. Ada beberapa anak yang mengacungkan tangan dan menjawab.
Dwi Papa membawakan materi berjudul “Kata yang membuat kita dihargai orang lain (tolong, terima kasih dan maaf)”.
Lissa Mama membawakan materi yang sama, bahwa jangan pernah lupa bilang terima kasih, jangan pernah gengsi bilang maaf dan jangan pernah jadi terlalu sombong untuk bilang tolong.
“Apakah benar-benar dipraktikkan atau hanya ucapan saja?” tanya Dwi Papa lebih lanjut. Tiga kata ini jika dilakukan dan dipraktikkan akan membuat kita dihargai orang lain. Dwi Papa kemudian memberikan ilustrasi cerita mengenai seorang bos yang sangat menghargai dan menghormati pelayannya. Setiap hari pelayan ini membuatkan minuman dan mengerjakan sesuatu untuk bos tersebut. Si bos selalu mengucapkan terima kasih setelah mendapat pelayanan hingga pelayan ini merasa dihargai oleh atasannya. Inilah contoh tindakan yang harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa memandang siapapun dia.
Agar siswa lebih memahami materi ini, diputarlah video tentang seorang siswa yang tidak pernah mengucapkan terima kasih setelah mendapat pertolongan dari orang lain. Dari video tersebut anak-anak dapat belajar bahwa pertolongan sekecil apapun yang telah kita terima, wajib mengucapkan terima kasih.
“Saya di sekolah pernah bercanda sampai kelewatan, dan membuat teman saya marah. Setelah
itu saya baru sadar kalau itu membuat dia marah. Saya merasa bersalah dan meminta maaf dengan bersalaman kepadanya,”
tutur Gordios (11).
Siswa-siswi memainkan game menyusun batang korek menjadi suatu bangunan yang tinggi ke atas. Saat memainkan permainan ini, mereka pasti akan menggunakan tiga kata ajaib.
Tim Vinnelson, Jaka Kirana, dan Ray Novendra keluar sebagai yang tercepat saat menyelesaikan permainan menyusun batang korek api.
Begitu juga dengan pengalaman Angela Christabella (8). “Saya pernah berbuat salah tapi saya langsung minta maaf dan bersalaman. Saya juga pernah minta tolong sama teman ambilkan pena saya yang jatuh dan habis itu bilang terima kasih,” tutur Angela.
Di akhir materinya Dwi Papa menyimpulkan bahwa kita harus menerapkan tiga kata ini agar dihargai orang lain. Di dunia ini kita tidak dapat hidup sendiri tanpa pertolongan orang lain, oleh karenanya saat ada teman bahkan orang yang tidak kita kenal sekalipun ketika dia membutuhkan pertolongan dan kita bisa melakukannya maka tolonglah.
Sementara itu di kelas yang lain, juga mengangkat tema yang sama. Agar lebih mudah dipahami oleh siswa-siswi, Lissa Mama menyampaikan materi dengan menanyangkan beberapa video. Salah satunya tentang seorang anak yang sedang lapar meminta ibunya untuk dibuatkan namun dengan sikap yang tidak sopan dan anak ini pun dimarahi oleh ibunya. Dari tayangan tersebut, siswa-siswa mendapatkan pelajaran bahwa dengan bersikap tidak baik, maka kita akan menerima hal yang serupa. Tetapi dengan menggunakan tiga kata ajaib, tolong, maaf dan terima kasih dalam keseharian maka kita akan dihormati dan disukai orang lain.
Angela Christabella menceritakan pengalamannya pernah berbuat salah tapi saya langsung meminta maaf dan bersalaman.
Siswa-siswi juga diberikan Game oleh Lissa Mama dengan menggunakan batang korek api. Game yang dimainkan cukup mudah, mereka hanya membutuhkan kerjasama antar tim dalam menyelesaikannya. Untuk menyelesaikan game ini, mereka harus menyusun semua batang korek agar bisa menjadi suatu bangunan yang meninggi ke atas. Apabila ada batang korek yang jatuh, maka mereka harus meminta maaf kepada teman setimnya.
Dan untuk menyelesaikan permainan ini, membutuhkan pertolongan dari rekan satu tim dan pastinya kita akan mengucapkan terimakasih kepada tim kita karena bisa bersama-sama menyelesaikan permainan ini. Game tersebut bisa dijadikan sebagai sarana untuk melatih mereka menggunakan tiga kata ajaib dalam kehidupan sehari-hari. Para pengajar Kelas Budi Pekerti Xiao Tai Yang berharap agar materi yang telah diberikan ini dapat dipraktikkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Hemat Air Yuk!!
04 Juni 2018Mendalami Budaya Humanis Tzu Chi Melalui Kelas Budi Pekerti
17 Januari 2018Perayaan Hari Ibu di Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan
03 Juni 2022Meski dirayakan secara daring, Hari Ibu di Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan tetap berlangsung khidmat. Para Bodhisatwa cilik menyiapkan secangkir teh hangat, mereka lalu berlutut dan menyuguhkannya kepada ibu tercinta.