Belajar Mengukir Sejarah Tzu Chi
Jurnalis : Nuraina Ponidjan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan, Gunawan Halim (Tzu Chi Medan)
Para peserta pelatihan melakukan praktik liputan di Depo Pelestarian Lingkungan Cemara, Medan.
Yayasan Buddha Tzu Chi Medan mengadakan pelatihan bagi relawan dokumentasi Tzu Chi (Zhen Shan Mei) yang merupakan salah satu bagian dari Misi Budaya Humanis Tzu Chi di dalam mengukir sejarah Tzu Chi. Pelatihan ini bukan hanya diikuti relawan Zhen Shan Mei saja, namun juga relawan dari misi amal, kesehatan, dan pendidikan. Pelatihan diadakan pada tanggal 14 - 15 Desember 2019 yang diikuti 46 orang peserta dan 6 orang pembicara asal Tzu Chi Jakarta dan Medan. Pelatihan dilaksanakan di Kantor Tzu Chi Medan, Jl. Boulevard Blok G/1 No 1-3, Komplek Cemara Asri Medan dengan tema Menyaksikan Kebenaran, Memupuk Kebijaksanaan.
Sabtu, tanggal 14 Desember 2019, walaupun hujan deras namun peserta tetap semangat datang mengikuti pelatihan. Para peserta diajak untuk menyaksikan Ceramah Master Cheng Yen (pendiri Tzu Chi) dan kali ini Master Cheng Yen menceritakan tentang kunjungannya ke Stasiun Da Ai Tv di Taiwan, dimana saat memasuki Gedung Da Ai Tv, Master Cheng Yen melihat kamera video Xiao Chen, relawan Tzu Chi yang selalu merekam jejak langkah Master Cheng Yen. Seketika itu pula Master teringat kembali kepada Xiao Chen. Xiao Chen meninggal di usia yang masih muda. Xiao Chen telah meninggalkan semua insan Tzu Chi untuk selama-lamanya, namun hasil karya beliau dalam merekam kegiatan Tzu Chi tetap ada dan selalu diingat serta bisa menginspirasi banyak orang. Master Cheng Yen sangat merindukan Xiao Chen. Dalam ceramahnya Master Cheng Yen mengatakan, “Mo Wang Na Yi Ren (jangan melupakan orang itu).”
Apa Itu Relawan Zhen Shan Mei
Apa itu Relawan Zhen Shan Mei?
Zhen Shan Mei termasuk dalam misi budaya humanis, dimana misi ini ada di
setiap misi Tzu Chi: misi amal, kesehatan, dan Pendidikan. Relawan Zhen Shan Mei adalah relawan yang mengabdikan diri dan merekam seluruh kegiatan
Tzu Chi dalam menyebarkan cinta kasih.
Henry Tando mengawali pelatihan dengan menguraikan Apa itu Zhen Shan Mei dan apa itu relawan Zhen Shan Mei.
Dengan pena dan tinta menggoreskan cinta kasih menjadi sebuah sejarah yang bisa menginspirasi banyak orang untuk berjalan di Jalan Bodhisatva. Dengan adanya catatan dari relawan Zhen Shan Mei maka Master Cheng Yen bisa tahu apa yang dilakukan relawan Tzu Chi di seluruh penjuru dunia. Karena itulah relawan Zhen Shan Mei disebut juga “mata dan telinga” Master Cheng Yen.
Mengawali tiga topik utama pelatihan kali ini dibawakan oleh Henry Tando, He Xin Zhen Shan Mei yang juga Kepala Departemen Pengembangan Relawan Dokumentasi dan Video Tzu Chi dari Jakarta. Henry juga membawakan materi foto. Dalam teknik foto, yang menjadi kunci agar hasil foto bagus adalah tiga komponen: Diafragma, Shuter Speed dan ISO yang ketiganya disebut segitiga eksposure. Dan sebuah foto juga akan bagus jika diambil dengan komposisi yang bagus dan angle yang benar.
Materi video dibawakan Djohar Djaja yang mengajarkan dasar-dasar peliputan dan bagaimana menjadi seorang campers yang baik. Campers adalah orang yang mengoperasikan kamera video dan bertanggung jawab memastikan gambar yang diambil tajam, inspiratif, komposisi tepat, serta setting level atau tingkat suara yang sesuai. Di Zhen Shan Mei, kita tidak meliput penderitaan orang tetapi meliput sesuatu yang bisa memberikan inspirasi ke orang lain.
Suasana saat Pelatihan Relawan Zhen Shan Mei diikuti oleh 46 orang peserta.
Materi ketiga dibawakan Elin Juwita. Menurut relawan asal Tebing Tinggi, Sumatera Utara ini, artikel adalah tulisan yang melahirkan pikiran atau gagasan. Ketika menulis, kita hendaknya menulis dengan ketulusan dan menggunakan hati. “Kunci tulisan yang baik adalah jelas, menggunakan bahasa yang sederhana, bermakna, mudah dipahami, tersusun secara sistematis, dan kaya informasi,” terang Elin.
Malam harinya, para peserta mengikuti acara Malam Keakraban. Di malam keakraban yang penuh tawa ini kemudian berganti menjadi hening ketika Henry Tando mengajak para peserta untuk melihat sebuah ceramah Master Cheng Yen, dimana di dalam ceramahnya, Master mengatakan suatu hari nanti beliau pasti akan meninggalkan kita semua . Usia Master juga terus bertambah, maka Master mengatakan bahwa beliau sudah tidak punya waktu untuk menoleh ke belakang, jadi murid-muridnya yang harus mengejar jejak langkah beliau.
Di keheningan itu, Henry Tando membagikan lilin yang akan menemani para peserta menulis tekad dan perasaan di secarik kertas, dimana kertas tersebut akan ditempelkan di dinding dan ada lagi secarik kertas putih yang juga diminta untuk diisi tekad dan niat masing-masing peserta . Tekad di kertas putih itu boleh dibawa pulang, dan apabila mendapat tekanan atau menjadi kurang semangat maka kertas putih ini boleh dibaca ulang agar bisa memberikan semangat kembali. Acara hari pertama ditutup dengan doa bersama, doa untuk kesehatan Master Cheng Yen dan juga doa untuk semua insan di dunia ini.
Elin Juwita, relawan Tzu Chi Tebing Tinggi membawakan materi tentang bagaimana membuat artikel yang baik.
Minggu, 15 Desember 2019, langit masih gelap, terlihat satu persatu peserta pelatihan memasuki ruangan. Seperti di hari pertama, hujan mulai turun dan membasahi bumi namun tidak menghalangi semangat para peserta untuk mengikuti pelatihan Zhen Shan Mei hari kedua yang akan diawali dengan Xun Fa Xiang pada pukul 06.20 WIB.
Erli Tan, salah satu pembicara dari Tzu Chi Jakarta mengawali pelatihan hari kedua ini dengan sebuah kisah inspiratif. “Menjadi seorang Zhen Shan Men berarti kita menjadi saksi sejarah. Untuk menjadi saksi sejarah, kita harus dengan hati yang iklas dan tulus menjadi relawan Zhen Shan Mei dengan prinsip bawakan hati, ikuti hati, dan gunakan hati,” terang Erli. Untuk memaksimalkan hasil karya tulis , kita harus banyak membaca hasil karya orang lain, banyak lihat video dan ikuti perkembangan Tzu Chi serta belajar melihat segala sesuatu secara global sehingga bisa memahami segala sesuatu lebih luas.
Djohar Djaja membawakan materi tentang video.
Bagaimana mempertahankan tekad menjadi seorang relawan Zhen Shan
Mei?
Untuk menginspirasi para peserta, pembawa acara Yanny mengundang pembicara dari Jakarta Erli Tan dan relawan Zhen Shan Mei dari Pekanbaru Kho Ki Ho serta relawan video dari Kota Tebing Tinggi Arifin Wijaya di dalam acara talkshow.
Salah satu relawan Zhen Shan Mei dari Kota Tebing Tinggi yaitu Arifin Wijaya mengatakan, ”Saya ingin menginspirasi semua orang dengan hasil karya saya sebagai relawan Zhen Shan Mei video, namun kadang bisa turun semangatnya. Untuk memicu semangat merekam sejarah , saya selalu ingat kata Master Cheng Yen, ‘ada kalian (relawan Zhen Shan Mei) saya tidak khawatir karena kitab sejarah Tzu Chi bisa diwariskan’. Mengingat hal ini, saya bisa semangat kembali dan juga dengan melihat Master yang begitu yakin pada kita dalam mengukir sejarah, kenapa kita sendiri harus ragu dan membuat kepercayaan Master pada kita luntur.”
Kho Ki Ho, relawan Pekanbaru yang bergabung di Tzu Chi sejak 2011, mempunyai semangat yang luar biasa di dalam mencatat sejarah Tzu Chi. Ki Ho begitu panggilannya berkomitmen, “Selagi apa yang dilakukan insan Tzu Chi, khususnya di Pekanbaru belum terdokumentasi dengan baik, maka saya akan tetap menjadi relawan pencatat sejarah Tzu Chi karena jejak cinta kasih dari para Bodhisatwa adalah pusaka yang tidak ternilai harganya dan bisa menjadi teladan dan inspirasi bagi generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Karena itu harus diwariskan. Tanpa dokumentasi maka semua yang dilakukan hanya akan jadi kosong, padahal semua yang insan Tzu Chi lakukan mengandung Dharma di dalamnya.”
Dalam acara talk show ini, Erli Tan mengatakan, “Semua hasil karya baik foto, video maupun artikel harus mengandung Dharma dan sesuai dengan budaya humanis Tzu Chi. Setiap orang memiliki potensi yang tidak terbatas, maka dari itu lakukanlah saja selagi kita bisa dan praktikkan apa yang dipelajari dalam pelatihan ini ke dalam tindakan nyata. Tetaplah berkarya di dalam mencatat Sejarah Tzu Chi karena Master Cheng Yen mengatakan sekarang bukan hanya dui bu qi tapi sudah Zuo bu ji, makanya kita harus lebih giat dan memicu diri lebih cepat melakukannya.”
Salah seorang peserta, Yanthi, yang baru setahun bergabung di barisan Tzu Chi menyampaikan alasannya mengikuti pelatihan ini. Yanthi selama ini suka mengabadikan kegiatan relawan, namun hasil karya fotonya belum begitu bermanfaat karena hanya tahu foto dan foto saja, untuk itu Yanthi mengikuti pelatihan Zhen Shan Mei agar bisa belajar teknik mengambil foto yang baik dan bagaimana cara membuat kliping foto supaya foto yang diambil bisa dimanfaatkan untuk sejarah Tzu Chi.
Untuk menginspirasi para peserta pelatihan, juga ada sesi talk show dengan narasumber relawan dari Jakarta, Pekanbaru, dan lainnya.
Nurhayati Salim, salah seorang relawan di misi amal mengatakan, ”Setelah mengikuti pelatihan Zhen Shan Mei, saya bertekad untuk terus belajar menulis artikel dan akan menjadi relawan Zhen Shan Mei, sehingga setiap menjalankan misi amal dan kesehatan, saya bisa mencatatnya dan bisa menginspirasikan banyak orang.”
Tekad yang sama disampaikan Fiegoldes Shindy, anak dari salah seorang peserta yang bernama Lidyawaty. Ibu dan anak ini sama-sama mengikuti pelatihan dan keduanya adalah relawan Tzu Chi Tebing Tinggi. “Saya ingin belajar mengukir sejarah karena bisa membantu Master Cheng Yen mencatat sejarah Tzu Chi,” kata Fiegoldes.
Desnita, Ketua He Qi Cemara memberikan pesan cinta kasih.
Melihat semangat para peserta, Desnita, Ketua He Qi Cemara dalam pesan cinta kasihnya mengatakan, “Sebagai insan Tzu Chi, apa yang kita sumbangsihkan di dalam menyucikan hati manusia, semuanya mengandung unsur Zhen Shan dan Mei (Benar, Bajik, Indah). Dengan adanya relawan dokumentasi maka sejarah Tzu Chi tidak akan punah. Kalian harus bangga karena sebagai salah satu pencatat sejarah Tzu Chi, jadi genggamlah erat-erat jalinan jodoh sebagai insan Tzu Chi , khususnya sebagai pencatat sejarah Tzu Chi. Jangan berhenti berkarya, karena hasil karya kalian semua akan menjadi sejarah Tzu Chi dan menginspirasi orang untuk berbuat kebajikan.”
Dengan bertambahnya barisan relawan pencatat sejarah maka kitab sejarah Tzu Chi semakin banyak yang bisa diwariskan, seperti harapan Master Cheng Yen: “Mo Wang Na Yi Nian, Mo Wang Na Yi Ren, Mo Wang Na Yi Nian (Jangan melupakan tahun atau masa itu, Jangan melupakan orang itu, dan jangan melupakan niat itu).”
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Belajar Mengukir Sejarah Tzu Chi
19 Desember 2019Pelatihan Relawan Dokumentasi Tzu Chi di Medan ini diikuti oleh 46 orang. Pelatihan diadakan dari tanggal 14-15 Desember 2019 di Kantor Tzu Chi Medan, Jl. Boulevard Blok G/1 No 1-3, Kompleks Cemara Asri Medan, Sumatera Utara.