Belajar Menjadi Anak Berbudi
Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika UshaDi awal Tahun 2010 Kelas Bimbingan Budi Pekerti (Er Tong Ban) dan Kelas Budi Pekerti Pendewasaan Remaja Tzu Chi kembali dibuka. Jika dibandingkan dengan jumlah murid di tahun lalu, jumlah murid di tahun 2010 ini mengalami peningkatan. |
| ||
Kelas Baru, Wajah Baru Minggu, 21 Februari 2010, bertempat di kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Gedung ITC Mangga Dua Lt 6 Jakarta, para murid Er Tong Ban dan Tzu Shao Ban, serta para orangtua mereka diundang untuk mengikuti pembukaan Kelas Budi Pekerti Tahun 2010. Dalam kegiatan tersebut, dikarenakan jumlah murid Kelas Budi Pekerti yang semakin meningkat, sementara ruangan untuk pengajaran cukup terbatas, maka acara perkenalan pun dibagi menjadi 3 sesi. Erni yang saat itu bertugas menjadi pembawa acara, menyambut para Xia Pu Sa (Bodhisatwa cilik), yang merupakan sapaan hangat bagi para murid Kelas Budi Pekerti, dengan penuh semangat. “Hari ini merupakan pertemuan pertama Kelas Budi Pekerti, selamat pagi Xia Pu Sa,” ucapnya hangat. Karena lebih kurang 3/2 peserta merupakan anak-anak yang baru bergabung, maka agenda Kelas Budi Pekerti kali ini adalah sosialisasi mengenai tata cara dan jadwal kegiatan Kelas Budi Pekerti satu tahun mendatang.
Ket : - Dalam acara perkenalan Kelas Budi Pekerti tahun 2010 ini, para murid langsung mendapatkan . pelajaran mengenai disiplin diri melalui tata cara berjalan dan berbaris. (kiri) “Di Kelas Budi Pekerti, kita semua akan belajar melatih diri untuk menjadi anak-anak yang taat peraturan. Kita harus tahu kapan saatnya kita belajar, bermain, maupun membantu orang tua. Terlebih bagi mereka yang sebelumnya sudah mengikuti Kelas Budi Pekerti tahun-tahun sebelumnya, kalian harus menjadi contoh dan panutan yang baik untuk teman-teman yang baru,” terang Erni. Tidak hanya itu, Li Chi Ying, selaku kordinator Kelas Budi Pekerti juga menjelaskan bahwa di kelas informal ini anak-anak juga diajarkan untuk bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri. “Kami berharap, anak-anak ini bisa mandiri serta memiliki kepedulian yang tinggi kepada orang lain yang membutuhkan. Namun hal ini akan terwujud apabila para orangtua juga membantu kami dalam mendidik anak-anak,” jelas Li Chi Ying kepada para orangtua murid yang hadir. Anak yang Berbudi Sebelum Michelle, sang kakak Stella Wijaya, juga sudah lebih dulu mengikuti Kelas Budi Pekerti. Menurut Julia, sang ibu, dirinya sengaja memasukkan kedua putrinya ke Kelas Budi Pekerti Tzu Chi dengan harapan agar mereka bisa menjadi anak yang memiliki budi pekerti yang baik dan berbakti kepada orang tua. “Kelas Budi Pekerti ini sangat baik. Materi-materi yang diberikan juga mudah dimengerti anak-anak,” katanya.
Ket : - Para murid Kelas Budi Pekerti juga mendapat kesempatan untuk melihat-lihat Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. (kiri) Dengan bangga, Julia pun menceritakan pengalaman Stella saat bersama dengan murid-murid Kelas Budi Pekerti lainnya, menggalang dana bagi para korban gempa Padang. “Itu merupakan pertama kali bagi Stella untuk menggalang dana. Tapi bukannya sungkan, anak itu justru sangat senang. Bahkan hingga di rumah pun dia tidak berhenti menceritakan pengalaman barunya itu,” jelas Julia. Sedikit berbeda dengan Stella dan Michelle, Karenina, murid kelas 4 Sekolah Permai Pluit ini yang justru meminta kepada orangtuanya agar bisa ikut serta di Kelas Budi Pekerti Tzu Chi. “Aku tahu kelas ini dari teman-temanku di sekolah. Aku suka sekali kerajinan tangan yang mereka buat (yang diajarkan oleh Tzu Chi-red), bagus-bagus,” ucapnya polos. Karenina yang diantar oleh kedua orangtuanya ini pun tidak sendirian, ia juga mengajak sang kakak, James, untuk ikut serta dalam Kelas Budi Pekerti. “Ternyata tidak cuma belajar kerajinan tangan dan isyarat tangan, kata Shigu, kita juga belajar untuk menyebarkan cinta kasih,” terang Karenina. Melihat keinginan kuat sang anak, Yenny Abidin, selaku orangtua Karenina dan James mengaku sangat mendukung keinginan buah hatinya. “Kelas ini adalah tempat belajar yang bagus. Saya melihat mereka serius mengajarkan budi pekerti kepada anak-anak, bahkan dari cara berjalan saja mereka sudah diajarkan berdisiplin,” ucap Yenny yang berharap dengan mengikuti kegiatan ini, buah hatinya bisa menjadi anak-anak yang berbudi pekerti baik. | |||
Artikel Terkait
Menularkan Semangat Berbagi dengan Celengan Bambu
13 Februari 2024Relawan Xie Li Downstream Lampung melibatkan siswa sekolah, ibu-ibu PKK hingga Kepala Desa Rangai Tunggal, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan dalam penuangan celengan bambu tuangramerame.