Belajar Menjadi Pembawa Acara yang Inspiratif dan Humanis
Jurnalis : Mellisa Sim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Mellisa Sim, Aini Lidjaya (Tzu Chi Medan)
Lisa Zhang, narasumber, menyampaikan materi tentang cara menjadi pembawa acara (MC) yang baik dan profesional.
Sebuah acara yang berjalan lancar tentu memiliki sosok yang memandu dari awal hingga akhir. Seorang pembawa acara atau pembicara memegang peran penting dalam menciptakan suasana yang bersemangat, indah, menarik, dan menginspirasi. Demi mengembangkan serta meningkatkan keterampilan komunikasi bagi calon pembawa acara atau Master of Ceremony (MC), relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Jati Medan mengadakan pelatihan yang bertujuan mengajarkan relawan bagaimana menjadi seorang pembicara yang baik dan berbudaya humanis.
Pelatihan ini menjadi momen yang tak terlupakan bagi para relawan Tzu Chi He Qi Jati Medan yang mengikutinya. Bertempat di Gedung Serbaguna Tzu Chi, Komplek Jati Junction Medan, acara ini berlangsung pada Minggu, 9 Februari 2025, dan dihadiri oleh 37 peserta yang larut dalam suasana pembelajaran yang penuh semangat.

Panitia menyerahkan cendera mata sebagai tanda terima kasih kepada narasumber atas ilmu dan wawasan yang telah dibagikan.
Mengawali pelatihan, Lisa Zhang sebagai pembicara meminta para peserta menuliskan pengetahuan mereka tentang MC serta hal yang ingin mereka pelajari lebih lanjut. Lisa menjelaskan bahwa tujuan utama pelatihan ini adalah menambah pemahaman peserta tentang tugas seorang MC, bagaimana membawakan acara agar berjalan lancar, serta bagaimana menyampaikan pesan dengan efektif. Setiap individu memiliki keunikan dan potensi masing-masing yang perlu digali dan dikembangkan. Untuk menggambarkan keberagaman audiens, Lisa meminta peserta memilih dan melukiskan salah satu dari empat bentuk gambar—persegi, segitiga, lingkaran, dan huruf Z—lalu membahas hasilnya bersama. Selain itu, ia juga membantu peserta mengevaluasi tingkat kepercayaan diri mereka dengan menilai diri sendiri serta memperoleh pandangan dari keluarga, teman dekat, dan orang baru.
“Ada enam hal yang perlu dimiliki seorang MC yang berbobot: tampilan menarik, kualitas suara yang baik, wawasan luas, kepribadian positif, kemampuan bahasa yang baik, serta nalar yang tajam dan cekatan,” tutur Lisa. Selain itu, ia memaparkan langkah-langkah mempersiapkan diri sebagai MC yang berkualitas, mencakup pemahaman terhadap acara yang dibawakan, tanggung jawab sebagai mood booster, pengelolaan waktu, serta penyesuaian penggunaan bahasa sesuai dengan audiens. Ia juga menekankan pentingnya edifikasi—proses membangun citra diri, meningkatkan kepercayaan diri, serta menarik perhatian audiens sejak awal.
Dalam menyampaikan pesan secara efektif, Lisa mengutip Mehrabian Rule 7-38-55, yang menyatakan bahwa komunikasi terdiri dari 55% bahasa tubuh, 38% dinamika vokal, dan hanya 7% pilihan kata. Ia merinci lima elemen penting bahasa tubuh: ekspresi wajah yang mencerminkan emosi pembicara, postur tubuh yang terbuka untuk menunjukkan kepercayaan diri, gerakan tangan atau badan yang selaras dengan makna yang disampaikan, penguasaan panggung untuk memperlihatkan kharisma, serta kontak mata sebagai bentuk interaksi dengan audiens.
Sementara itu, dinamika vokal mencakup beberapa aspek penting, yaitu: power (volume suara yang tepat menunjukkan kepercayaan diri), pitch (intonasi yang tidak monoton agar tidak membosankan), pace (kecepatan berbicara yang seimbang, tidak terlalu cepat atau lambat), pause (penggunaan jeda untuk menarik perhatian audiens), serta pressure (tekanan suara yang tepat untuk memperkuat makna).
Lisa juga menekankan bahwa pilihan kata harus disesuaikan dengan latar belakang audiens agar pesan tersampaikan dengan jelas dan mudah dipahami.

Amir Soemardi, relawan komite sekaligus peserta pelatihan, tengah melakukan praktik sebagai pembawa acara.
Salah satu peserta, Amir Sumardi, seorang relawan komite Tzu Chi Medan yang biasa bertugas sebagai relawan Zhen San Mei (Dokumentasi), mengikuti pelatihan ini dengan niat untuk belajar praktik langsung dalam public speaking.
“Saya sangat terkesan dengan pelatihan ini karena seluruh peserta tetap bersemangat dari awal hingga akhir acara. Pemateri mampu ‘menyihir’ peserta, sehingga saat sesi praktik, kami bisa langsung menerapkan teori yang diberikan, sambil mengasah bakat dan kreativitas masing-masing,” ujarnya dengan penuh sukacita. Ia berharap semua peserta dapat mulai aktif berlatih sebagai pembawa acara maupun pembicara yang mencerminkan nilai-nilai budaya humanis Tzu Chi, sehingga masyarakat lebih mengenal Tzu Chi melalui misi Budaya Humanis.

Koordinator acara, Lina Kosnen (kedua dari kiri), mengungkapkan rasa syukurnya, “Saya bersyukur acara ini berjalan dengan baik. Semoga ilmu yang didapat hari ini dapat melahirkan bibit baru MC di komunitas.”
Sebagai koordinator kegiatan, Lina Kosnen mengungkapkan rasa syukur atas kelancaran acara yang berlangsung dalam suasana penuh kehangatan. Ia mengapresiasi keramahan serta bimbingan pemateri yang supel, dengan materi yang padat dan aplikatif sehingga membuat peserta antusias, terutama saat sesi praktik. Pelatihan ini bertujuan untuk mencetak bibit baru, menghasilkan MC yang tidak hanya percaya diri dalam berbicara, tetapi juga mampu menyampaikan pesan dengan penuh empati sesuai dengan nilai-nilai Tzu Chi yang menekankan kasih, kepedulian, dan harmoni.
“Awalnya, persiapan acara ini tidak mudah karena masih dalam suasana Imlek. Banyak relawan yang sibuk dengan aktivitas masing-masing, begitu pula dengan narasumber Lisa Zhang yang memiliki jadwal padat. Namun, berkat niat yang kuat dan kerja sama yang baik—saling berkoordinasi, bertoleransi, dan mendukung satu sama lain—semuanya dapat berjalan dengan lancar,” ujar Lina.

Ketua He Qi Jati, Lim Ik Ju, memberikan pesan penuh cinta kasih, “Saya sangat bahagia dan terharu melihat begitu banyak bibit baru yang berpotensi menjadi pembawa acara maupun pembicara. Banyak acara yang diselenggarakan Tzu Chi memerlukan MC yang andal. Semoga ilmu yang diperoleh dapat diterapkan, dan para relawan siap mengemban tugas dengan penuh semangat.”
Kegiatan diakhiri dengan pesan penuh cinta kasih dari Ketua He Qi Jati, Lim Ik Ju. “Saya sangat bahagia dan terharu melihat begitu banyak bibit baru yang berpotensi menjadi pembawa acara maupun pembicara. Tzu Chi mengadakan banyak acara, dan keberadaan MC yang berkualitas sangat diperlukan. Semoga ilmu yang diperoleh hari ini dapat diterapkan dengan baik, dan para relawan siap mengemban tugas ini di masa depan,” tuturnya penuh harapan.
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait

Belajar Menjadi Pembawa Acara yang Inspiratif dan Humanis
13 Februari 2025Pelatihan Master of Ceremony (MC) yang diadakan relawan Tzu Chi di komunitas He Qi Jati Medan menggali potensi relawan agar semakin percaya diri dalam berbicara di berbagai kegiatan. Acara dihadiri oleh 37 peserta.