Belajar Sambil Praktik Langsung

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
 
 

foto
Relawan dan para mahasiswa melakukan kunjungan kasih sembari merayakan hari ulang tahun Linasari, Zhao Gu Hu yang ke-34 tahun.

Pada tanggal 14 Januari 2013, sebanyak 27 Mahasiswa Tzu Chi Universitas Taiwan yang didampingi oleh guru mereka datang berkunjung ke Indonesia. Kunjungan kali ini adalah kunjungan ke-2. Sebelumnya tahun 2012, beberapa mahasiswa Universitas Tzu Chi juga pernah berkunjung ke Indonesia. Kali ini adik-adik kelas mereka yang datang berkunjung. Kunjungan kali ini juga bertujuan memberikan pelajaran praktik yang umumnya kurang karena rentetan aktivitas dan tugas yang harus mereka emban selama mengemban ilmu di Universitas Tzu Chi. Sebanyak 36 jam lamanya dalam seminggu, mereka menghabiskan waktu untuk belajar ilmu social work dan di sela waktu senggangnya mereka juga harus melakukan kunjungan kasih ke beberapa desa terpencil.

 “Sebenarnya ini merupakan kunjungan kami yang ketiga. Pada awalnya kunjungan pertama kami ialah Malaysia lalu ke Myanmar. Tetapi karena di Myanmar tidak memungkinkan, kami memutuskan untuk berkunjung ke Indonesia. Setelah pengalaman tahun lalu, saya merasa Indonesia adalah tempat yang tepat untuk para murid belajar mengenai pemberian bantuan bagi warga yang kurang mampu,”ujar Yueh Mi Lai, Assistant Professor the Department of Social Work yang juga merupakan pendamping bagi para mahasiswa Tzu Chi Universitas Taiwan yang berkunjung.

Yueh Mi Lai merasa Kota Jakarta memiliki corak khusus dimana masih banyak warga-warga tidak mampu yang tak sanggup berobat. Dari sini Yueh Mi Lai ingin agar para mahasiswa dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan pasien guna mengetahui apa saja bentuk bantuan yang dapat diberikan kepada mereka.  Selain itu, jumlah tenaga medis untuk pelayanan kesehatan juga masih sangat minim. Maka dari itu, Yueh Mi Lai juga mengajak 3 orang mahasiswa dari Sekolah Kedokteran Tzu Chi karena Yueh Mi Lai melihat jika ketiga murid itu tidak hanya rajin, tetapi juga sangat bersumbangsih maka dalam kunjungan kali ini, mereka diajak untuk mempererat jalinan jodoh lagi dengan Tzu Chi. Mereka adalah Tou Yuan Tsai, Hsiao Hui Yang, dan Yi Ching Chen, mahasiswa kedokteran Tzu Chi semester enam.

Kunjungan Kasih  
Tou Yuan Tsai, mahasiswa kedokteran Tzu Chi yang berasal dari Tainan ini merasa jika pada hari pertama tiba di Jakarta Minggu (13/1/2013), ia merasa biasa saja sama seperti di kota asalnya dimana banyak bangunan-bangunan indah dan menarik, lalu pada hari ini Senin (14/1/2013) mereka dijadwalkan untuk bertemu dan berinteraksi dengan para Zhao Gu Hu (Penerima bantuan Tzu Chi). Di hari kedua ini ia merasakan perubahan drastis dengan hari sebelumnya. Jika kemarin ia disuguhkan pemandangan kota metropolitan, hari ini ia menyaksikan jika di Jakarta masih banyak rumah-rumah kecil dengan atap tanah liat berbaris saling berhimpit satu sama lain, bahkan ada juga yang ada yang tinggal di lorong-lorong sempit dan lembap. Ia pun merasa jika di Indonesia ini, jurang antara kaya dan miskin sangatlah besar.  “Jika di Taiwan, begitu seseorang merasa sakit mereka akan langsung pergi ke dokter dan menjalani pengobatan guna menyembuhkan penyakitnya. Tetapi saya melihat jika di Indonesia, banyak orang yang sakit, tetapi tidak dapat ke dokter karena kendala keuangan, jumlah tenaga medis yang kurang dan lain sebagainya,” terang Tou Yuan Tsai dengan penuh semangat.

foto  foto

Keterangan :

  • Selain mengunjungi untuk memberikan semangat,  mahasiswa kedokteran, Tou Yuan Tsai juga memeriksa kondisi kesehatan Linasari dan memberikan masukan agar kondisi Linasari dapat lebih baik lagi (kiri).
  • Kunjungan kasih ke-2 para mahasiswa dan relawan berkunjung ke rumah Tomi dan Devin (kanan).

Tou Yuan Tsai menerangkan jika dirinya merasa sangat tidak berdaya karena ingin sekali memberikan bantuan untuk para Zhao Gu Hu, tetapi bantuan yang berikan ternyata tidak seberapa. Seperti Linasari, Zhao Gu Hu yang dikunjungi pada hari itu. Ia melihat Linasari yang terkena penyakit kanker payudara stadium lanjut telah pasrah akan kondisinya. Penyakit yang dideritanya membuat Linasari menjadi rendah diri, tertutup, dan pesimis. Bahkan untuk berdekatan orang lain saja ia sudah takut.

“ Apakah kalian jijik pada saya,” tanya Linasari dengan pelan. Relawan Tzu Chi dan para mahasiswa yang datang langsung menjawab, ”Tidak, kami tidak merasa jijik. Ibu jangan takut, kami datang untuk mengunjungi ibu, menghibur dan menyemangati agar ibu terus berjuang.” Melihat paras Linasari yang terlihat sedih, para mahasiswa langsung mendekatinya, menggenggam dan mengelus-elus tangan linasari dengan penuh kasih sayang. “Apakah ada yang bisa kami bantu untuk ibu,” ujar salah satu mahasiswa dengan perlahan kepada Linasari. Melihat perhatian relawan dan para mahasiswa yang sangat tulus membuat Lina semakin tersentuh. Terutama ketika relawan Tzu Chi memberikan kejutan dengan membawakan kue ulang tahun guna memberikan selamat ulang tahun kepada dirinya yang baru saja berulang tahun pada tanggal 10 Januari 2013 lalu.  Bagi Linasari tanggal 14 Januari 2013 ini merupakan hari yang penuh bahagia, tiada henti ucapan terima kasih keluar dari mulutnya.

Setelah mengunjungi Linasari relawan Tzu Chi dan para mahasiswa Tzu Chi berangkat menuju rumah pasien kedua, yakni rumah Tomi dan Devin sepasang kakak beradik yang menderita autis. Dikunjungan tersebut, para mahasiswa melihat bagaimana Tomi dan Devin saling menyayangi meskipun mereka berdua menderita autis. Tomi, sang kakak selalu menjaga dan menyayangi Devin. Jika kedua orangtua mereka mengajak Tomi pergi dan meninggalkan Devin dijaga orang lain, Tomi tidak ingin pergi. Tomi hanya ingin pergi jika mereka sekeluarga pergi bersama.

Selepas dari kegiatan kunjungan kasih, Tou Yuan pun membagikan pengalamannya saat berkunjung ke para Zhao Gu Hu kepada teman-temannya. Ia berharap kunjungan kasih ini dapat berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain.

foto  foto

Keterangan :

  • Pada siang harinya, para mahasiswa berkunjung ke para penerima bantuan berbenah kampung di Pademangan. Disini para mahasiswa berinteraksi langsung dengan penerima bantuan guna mengetahui mengenai keadaan penerima bantuan sekarang dan apa saja yang telah diberikan oleh relawan Tzu Chi selama ini (kiri).
  • Dalam kunjungan kali ini, Yueh Mi Lai, guru pendamping jugaturut menemani para mahasiswa dalam berinteraksi dengan penerima bantuan (kanan).

Jalinan Jodoh 20 Tahun
Pada awalnya Tou Yuan Tsai hanya tahu jika Tzu Chi Indonesia terkenal dengan sejarah Kali Angke. Tetapi ketika datang dan merasakan bagaimana relawan Tzu Chi Indonesia bekerja, ia merasa sangatlah beruntung bisa datang ke Indonesia karena di sini (Indonesia) dirinya dapat belajar lebih banyak mengenai bagaimana cara memberikan bantuan. Karena ketika berkunjung ke Indonesia, dirinya ingin dapat memberikan sumbangsih kepada para Zhao Gu Hu setempat tetapi ternyata ia tidak berdaya untuk membantu karena faktor lain seperti finansial dan kondisi keluarga yang kurang baik sehingga membuat mereka menjadi tidak berdaya. Hal ini mungkin akan ia sharingkan ke teman-teman mereka nanti di Taiwan, agar ketika di lapangan mereka juga dapat memahami hal tersebut.

Tou Yuan Tsai juga membagikan kisah bagaimana ia dan kedua temannya dapat datang ke Indonesia kepada kami. Jalinan jodoh baik mereka dengan Yueh Mi Lau membuat mereka bisa datang ke Indonesia. Berawal dari kunjungan kasih ke daerah-daerah pedalaman yang kerap dilakukan oleh mahasiswa kedokteran Tzu Chi. Pada saat itu, Tou Yuan Tsai dan beberapa temannya ingin melakukan kegiatan sosial ke daerah pedalaman di pegunungan Taitung. Tetapi karena letaknya yang agak terpencil maka mereka meminta bantuan arahan agar dapat tiba di sana. Kepala desa setempat pun mengatakan jika Tou Yuan Tsai dapat meminta pengarahan dari Yueh Mi Lai, seorang guru di Universitas Tzu Chi. Tou Yuan Tsai pun langsung mencari Yueh Mi Lai. Dari Yueh Mi Lai, Tou Yuan Tsai pun tahu jika ternyata kepala desa yang sempat dihubunginya adalah murid dari Yueh Mi Lai. 20 tahun lalu, Yueh Mi Lai sempat mengajar di daerah pedalaman tersebut dan hingga kini masih kerap datang mengunjungi tempat tersebut.

Dari awal perkenalan tersebut, Tou Yuan Tsai dan teman-temannya (Hsiao-hui Yang, dan Yi-ching Chen) kerap berbagi pendapat dan meminta saran. Suatu waktu mereka  curhat mengenai kegundahan mereka untuk bisa praktik langsung bagaimana memberikan bantuan di negeri orang lain, Yueh Mi Lai yang merasa tergugah langsung mengajak mereka begitu mendengar kabar jika ada kesempatan untuk belajar lebih banyak di Indonesia.

 Tou Yuan Tsai adalah pelajar yang berasal dari Tainan yang letaknya 6 jam lamanya dari HuaLien. “ Jadi kalau saya ingin pulang, seperti saya pergi ke Indonesia,”terang Tou Yuan Tsai sambil tersenyum. Setiap 6 bulan sekali ia pulang ke rumahnya dengan menggunakan pesawat terbang yang hanya memakan waktu 50 menit untuk bisa sampai ke kampung halamannya. Karena para pelajar tinggal di asrama yang disediakan oleh universitas. Biaya untuk pesawat sendiri ia kumpulkan dari hasil ia menabung, maka dari itu Tou Yuan Tsai hanya dapat pulang ke rumah 6 bulan sekali. Begitu juga dengan Hsiao-hui Yang yang tinggal di Yi Lan. Hsiao-hui Yang lebih beruntung sedikit dari Tou Yuan Tsai karena dirinya dapat pulang ke kampung halamannya setiap 2 bulan sekali. Hanya Yi Ching Chen yang beruntung karena rumahnya tidak begitu jauh dari kampus.

Mendengar kisah mereka selama menjalani pendidikan di Tzu Chi sungguh membuat hati ini merasa iri karena mereka begitu muda tapi sudah penuh dedikasi. Selain iri, hati ini juga merasa senang karena misi kesehatan yang dirintis oleh Master Cheng Yen telah membuahkan bibit-bibit berkualitas yang dapat menyebarkan cinta kasih kecil (Siao Ai) menjadi Cinta Kasih universal (Da Ai).

  
 

Artikel Terkait

Senyum Membawa Bahagia

Senyum Membawa Bahagia

26 Oktober 2018

Serombongan pekerja bangunan mulai memenuhi lapangan Tzu Chi Center, Sabtu, 20 Oktober 2018. Dengan memakai rompi oranye, mereka dengan tertib melakukan pendaftaran dalam acara bakti sosial (baksos) kesehatan Seniman Bangunan. Hari itu ada 133 seniman bangunan yang hadir. 

Tampilan Baru Sarana Menuntut Ilmu

Tampilan Baru Sarana Menuntut Ilmu

18 Agustus 2010 Selain penataan kembali ruangan-ruangan dan penambahan fasilitas, sekolah yang sudah berdiri sejak 1959 ini dibangun dengan desain arsitektur gedung sekolah khas Tzu Chi.
Ingin Mencoba Komposcing di Rumah

Ingin Mencoba Komposcing di Rumah

28 Oktober 2009
“Wah ini cacing ikut cia cai (vegetarian –red) juga ya...” celetuk Nani, relawan dari Pekanbaru. “Iya yah... Cacing aja vegetarian masak kita gak bisa,” ujar Fi Lan Shijie yang ikut mendampingi para relawan.
Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -