Belajar Sambil Praktik Langsung
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
|
| ||
“Sebenarnya ini merupakan kunjungan kami yang ketiga. Pada awalnya kunjungan pertama kami ialah Malaysia lalu ke Myanmar. Tetapi karena di Myanmar tidak memungkinkan, kami memutuskan untuk berkunjung ke Indonesia. Setelah pengalaman tahun lalu, saya merasa Indonesia adalah tempat yang tepat untuk para murid belajar mengenai pemberian bantuan bagi warga yang kurang mampu,”ujar Yueh Mi Lai, Assistant Professor the Department of Social Work yang juga merupakan pendamping bagi para mahasiswa Tzu Chi Universitas Taiwan yang berkunjung. Yueh Mi Lai merasa Kota Jakarta memiliki corak khusus dimana masih banyak warga-warga tidak mampu yang tak sanggup berobat. Dari sini Yueh Mi Lai ingin agar para mahasiswa dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan pasien guna mengetahui apa saja bentuk bantuan yang dapat diberikan kepada mereka. Selain itu, jumlah tenaga medis untuk pelayanan kesehatan juga masih sangat minim. Maka dari itu, Yueh Mi Lai juga mengajak 3 orang mahasiswa dari Sekolah Kedokteran Tzu Chi karena Yueh Mi Lai melihat jika ketiga murid itu tidak hanya rajin, tetapi juga sangat bersumbangsih maka dalam kunjungan kali ini, mereka diajak untuk mempererat jalinan jodoh lagi dengan Tzu Chi. Mereka adalah Tou Yuan Tsai, Hsiao Hui Yang, dan Yi Ching Chen, mahasiswa kedokteran Tzu Chi semester enam. Kunjungan Kasih
Keterangan :
Tou Yuan Tsai menerangkan jika dirinya merasa sangat tidak berdaya karena ingin sekali memberikan bantuan untuk para Zhao Gu Hu, tetapi bantuan yang berikan ternyata tidak seberapa. Seperti Linasari, Zhao Gu Hu yang dikunjungi pada hari itu. Ia melihat Linasari yang terkena penyakit kanker payudara stadium lanjut telah pasrah akan kondisinya. Penyakit yang dideritanya membuat Linasari menjadi rendah diri, tertutup, dan pesimis. Bahkan untuk berdekatan orang lain saja ia sudah takut. “ Apakah kalian jijik pada saya,” tanya Linasari dengan pelan. Relawan Tzu Chi dan para mahasiswa yang datang langsung menjawab, ”Tidak, kami tidak merasa jijik. Ibu jangan takut, kami datang untuk mengunjungi ibu, menghibur dan menyemangati agar ibu terus berjuang.” Melihat paras Linasari yang terlihat sedih, para mahasiswa langsung mendekatinya, menggenggam dan mengelus-elus tangan linasari dengan penuh kasih sayang. “Apakah ada yang bisa kami bantu untuk ibu,” ujar salah satu mahasiswa dengan perlahan kepada Linasari. Melihat perhatian relawan dan para mahasiswa yang sangat tulus membuat Lina semakin tersentuh. Terutama ketika relawan Tzu Chi memberikan kejutan dengan membawakan kue ulang tahun guna memberikan selamat ulang tahun kepada dirinya yang baru saja berulang tahun pada tanggal 10 Januari 2013 lalu. Bagi Linasari tanggal 14 Januari 2013 ini merupakan hari yang penuh bahagia, tiada henti ucapan terima kasih keluar dari mulutnya. Setelah mengunjungi Linasari relawan Tzu Chi dan para mahasiswa Tzu Chi berangkat menuju rumah pasien kedua, yakni rumah Tomi dan Devin sepasang kakak beradik yang menderita autis. Dikunjungan tersebut, para mahasiswa melihat bagaimana Tomi dan Devin saling menyayangi meskipun mereka berdua menderita autis. Tomi, sang kakak selalu menjaga dan menyayangi Devin. Jika kedua orangtua mereka mengajak Tomi pergi dan meninggalkan Devin dijaga orang lain, Tomi tidak ingin pergi. Tomi hanya ingin pergi jika mereka sekeluarga pergi bersama. Selepas dari kegiatan kunjungan kasih, Tou Yuan pun membagikan pengalamannya saat berkunjung ke para Zhao Gu Hu kepada teman-temannya. Ia berharap kunjungan kasih ini dapat berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Keterangan :
Jalinan Jodoh 20 Tahun Tou Yuan Tsai juga membagikan kisah bagaimana ia dan kedua temannya dapat datang ke Indonesia kepada kami. Jalinan jodoh baik mereka dengan Yueh Mi Lau membuat mereka bisa datang ke Indonesia. Berawal dari kunjungan kasih ke daerah-daerah pedalaman yang kerap dilakukan oleh mahasiswa kedokteran Tzu Chi. Pada saat itu, Tou Yuan Tsai dan beberapa temannya ingin melakukan kegiatan sosial ke daerah pedalaman di pegunungan Taitung. Tetapi karena letaknya yang agak terpencil maka mereka meminta bantuan arahan agar dapat tiba di sana. Kepala desa setempat pun mengatakan jika Tou Yuan Tsai dapat meminta pengarahan dari Yueh Mi Lai, seorang guru di Universitas Tzu Chi. Tou Yuan Tsai pun langsung mencari Yueh Mi Lai. Dari Yueh Mi Lai, Tou Yuan Tsai pun tahu jika ternyata kepala desa yang sempat dihubunginya adalah murid dari Yueh Mi Lai. 20 tahun lalu, Yueh Mi Lai sempat mengajar di daerah pedalaman tersebut dan hingga kini masih kerap datang mengunjungi tempat tersebut. Dari awal perkenalan tersebut, Tou Yuan Tsai dan teman-temannya (Hsiao-hui Yang, dan Yi-ching Chen) kerap berbagi pendapat dan meminta saran. Suatu waktu mereka curhat mengenai kegundahan mereka untuk bisa praktik langsung bagaimana memberikan bantuan di negeri orang lain, Yueh Mi Lai yang merasa tergugah langsung mengajak mereka begitu mendengar kabar jika ada kesempatan untuk belajar lebih banyak di Indonesia. Tou Yuan Tsai adalah pelajar yang berasal dari Tainan yang letaknya 6 jam lamanya dari HuaLien. “ Jadi kalau saya ingin pulang, seperti saya pergi ke Indonesia,”terang Tou Yuan Tsai sambil tersenyum. Setiap 6 bulan sekali ia pulang ke rumahnya dengan menggunakan pesawat terbang yang hanya memakan waktu 50 menit untuk bisa sampai ke kampung halamannya. Karena para pelajar tinggal di asrama yang disediakan oleh universitas. Biaya untuk pesawat sendiri ia kumpulkan dari hasil ia menabung, maka dari itu Tou Yuan Tsai hanya dapat pulang ke rumah 6 bulan sekali. Begitu juga dengan Hsiao-hui Yang yang tinggal di Yi Lan. Hsiao-hui Yang lebih beruntung sedikit dari Tou Yuan Tsai karena dirinya dapat pulang ke kampung halamannya setiap 2 bulan sekali. Hanya Yi Ching Chen yang beruntung karena rumahnya tidak begitu jauh dari kampus. Mendengar kisah mereka selama menjalani pendidikan di Tzu Chi sungguh membuat hati ini merasa iri karena mereka begitu muda tapi sudah penuh dedikasi. Selain iri, hati ini juga merasa senang karena misi kesehatan yang dirintis oleh Master Cheng Yen telah membuahkan bibit-bibit berkualitas yang dapat menyebarkan cinta kasih kecil (Siao Ai) menjadi Cinta Kasih universal (Da Ai). | |||
Artikel Terkait
Anak-anak Istimewa Menunjukkan Kasihnya pada Orang Tua
02 Desember 2019Kevin Antolim (13) tak bisa menahan tangisnya saat membasuh kaki ibunya, Seni Pui (39). Siswa yang duduk di bangku SD kelas 5 ini terlihat sesenggukan. Begitu juga dengan ke-25 temannya di Sekolah Luar Biasa (SLB) Kasih Bunda, Duri Selatan, Jakarta Barat yang mengikuti acara basuh kaki dalam rangka memperingati Hari Ibu ini.
“Ungkapan Syukur dalam Berkahâ€`
04 Oktober 2013 Terlihat para penerima beras mengantri dengan tertib dan sabar menunggu giliran. Para relawan Hu Ai Gading juga menjalani tugas masing-masing dengan baik demi kelancaran kegiatan tersebut.Sayuran Hidroponik di Pekan Amal
21 Oktober 2019Relawan Xie Li Cikarang menjual sayuran hidroponik yang ditanam relawan sendiri di rumah. Sudah sejak lama Darma mempersiapkan sayuran hidroponiknya untuk disumbangkan dalam Pekan Amal Tzu Chi ini.