Menggunakan gawai, Nadia dengan telaten mengedit gambar-gambar yang telah dikumpulkan, menyatukannya dalam satu video singkat yang nantinya akan dibagikan kepada komunitas. Nadia berharap video tersebut dapat menginspirasi orang lain untuk lebih aktif dalam mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi.
Pada Sabtu, 19 April 2025, relawan Zhen Shan Mei (relawan dokumentasi yang biasa disingkat dengan ZSM) He Qi Barat 1 mengadakan Kelas Belajar Bersama dengan tema Kelas Video dengan Capcut. Sebelumnya, kelas pertama diadakan secara tatap muka pada Minggu, 13 April 2025, di ruang Budaya Humanis Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat, dengan Adit, relawan dokumentasi sekaligus staf Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, sebagai pembicara.
Berbeda dengan sesi pertama, kelas kedua yang berlangsung pada 19 April 2025 ini dilaksanakan secara online dan diikuti oleh 20 peserta yang berasal dari He Qi Barat 1, He Qi Barat 2, dan He Qi Cikarang.
Teddy Lianto, selaku PIC kegiatan, menjelaskan bahwa kelas belajar secara online ini berawal dari pertemuan yang dilakukan melalui grup WhatsApp untuk mengevaluasi hasil kelas belajar bersama yang diadakan pada 13 April lalu.
Teddy, selaku PIC kegiatan sekaligus moderator dalam grup WhatsApp, memberikan aturan yang jelas dan pedoman bagi peserta mengenai cara bertanya, berkomunikasi, serta berkarya dalam kelas online. Hal ini bertujuan agar jalannya kelas dapat berjalan dengan lancar dan peserta bisa memanfaatkan kesempatan belajar sebaik mungkin.
“Setiap kali mengadakan kelas belajar bersama, kami (relawan ZSM He Qi Barat 1) selalu melakukan evaluasi untuk membahas apa yang kurang dari kelas sebelumnya, tema kelas berikutnya, serta mencari narasumber,” jelas Teddy. “Kebetulan, dalam pertemuan tersebut, Bobby, koordinator ZSM He Qi Barat 1, menyampaikan bahwa kelas belajar bersama sebelumnya belum tuntas karena terbatasnya waktu. Dari sana, kami berpikir, ‘Yuk, kita buat kelas online!’ Dan dari niat itu, akhirnya terciptalah kelas belajar bersama secara online,” tambahnya.
Teddy menambahkan bahwa kelas belajar bersama secara "online" akan dilaksanakan dari 19 April 2025 hingga 30 April 2025, dengan peserta yang sebelumnya sudah mengikuti kelas pada 13 April. “Jadi, para relawan yang ikut akan mendapatkan dua kali kesempatan untuk membuat video tentang kegiatan Tzu Chi di komunitas mereka. Video tersebut nantinya akan dievaluasi dan diberikan masukan langsung oleh Adit, selaku pengajar, pada sore harinya,” ungkap Teddy.
Menjaga Jalinan Jodoh yang Ada
Adit juga merasa senang dengan adanya kelas belajar online ini, meski sebenarnya dirinya lebih suka kelas offline dibandingkan online. “Memang ada banyak keterbatasan saat mengajar secara online, terutama dalam hal komunikasi. Memberikan tutorial jadi membutuhkan ekstra perhatian. Namun, seiring berjalannya waktu, peserta bisa memanfaatkan waktu lebih banyak di rumah untuk mengerjakan tugas mereka, dan hal ini ternyata meningkatkan antusiasme mereka untuk belajar editing video. Ini terlihat dari ketepatan pengumpulan video serta komunikasi yang aktif di grup, dengan adanya sesi tanya jawab,” jelas Adit. Ia juga merasa senang karena hasil video yang dikumpulkan oleh 9 peserta, 3 di antaranya sudah cukup baik, terutama dalam segi komposisi, variasi angle video, kestabilan video, hingga storytelling.

Adit memberikan masukan kepada para peserta tentang kelebihan dan kekurangan karya video mereka, serta memberikan arahan agar para peserta dapat meningkatkan kualitas video yang dihasilkan di sesi berikutnya. Melalui feedback ini, Adit berharap para peserta dapat lebih memahami teknik editing yang tepat.
Meskipun harus meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memberikan masukan, Adit merasa bahwa memberikan feedback tidak terlalu merepotkan, apalagi melihat semangat peserta yang justru membuatnya semakin antusias. Menurutnya, kelas online ini juga menambah rasa persaudaraan antar relawan.
“Kelas belajar bersama ini menurut saya penting untuk menciptakan relawan baru ZSM, sekaligus menjadi wadah untuk berdiskusi dan saling mengenal satu sama lain. Dengan begitu, ketika ada kegiatan di masing-masing komunitas, kita bisa tahu siapa saja relawan ZSM di komunitas tersebut dan bisa saling berkoordinasi,” terang Adit.
Dirinya juga berharap para peserta bisa menjadi mata dan telinga Master Cheng Yen dengan mendokumentasikan kegiatan di komunitas mereka, sehingga pesan yang disampaikan bisa diterima lebih luas dan menginspirasi banyak orang. Adit, yang memang tertarik dengan dunia jurnalistik, merasa ketertarikannya bukan sekadar hobi, melainkan sebuah "jodoh baik" yang perlu dijaga. “Jodoh baik menjadi ZSM di badan misi kesehatan dan komunitas ini perlu saya jaga dan hargai. Saat ini, saya juga sedang menciptakan jodoh kembali dengan belajar bersama di kelas ZSM ini,” ujar Adit dengan penuh kegembiraan.
Nadia (berdiri) terus berlatih dan mempraktikkan teknik pengambilan gambar, berfokus untuk mendokumentasikan setiap kegiatan Tzu Chi dengan lebih baik. Meskipun masih banyak tantangan, Nadia menunjukkan antusiasme tinggi dalam meningkatkan keterampilannya.
Nadia (50), salah seorang peserta dari He Qi Barat 1, merasa senang bisa mengikuti kelas online ini karena ia bisa mempraktikkan teori yang didapatkan pada kelas sebelumnya. “Dari kelas ini, saya jadi semakin paham cara mengambil gambar dengan gawai, kemudian mengeditnya dengan aplikasi Capcut untuk dijadikan video pendek dengan durasi minimal 2 menit, sesuai dengan aturan di kelas,” jelas Nadia.
Nadia merasa bahwa meskipun kelas online selama 10 hari ini sangat bermanfaat, namun belum cukup. Karena itu, selama kelas masih berlangsung, ia sering mempraktikkan ilmu yang didapat dengan terus mengambil gambar (video) dalam kegiatan-kegiatan Tzu Chi.
“Selagi masih ada waktu untuk belajar dan mendapatkan feedback dari para ahli, saya akan terus mendokumentasikan dan mengabadikan kegiatan Tzu Chi, meskipun gambar-gambar yang saya ambil masih banyak kekurangannya,” tutur ibu satu anak ini dengan penuh rendah hati.
Editor: Metta Wulandari