Belajar Tentang Rendah Hati dan Keberanian di Tzu Chi
Jurnalis : Khusnul Khotimah , Fotografer : Khusnul KhotimahPara relawan Tzu Chi dan siswa SMP Al-Izhar menyanyikan lagu "Satu Keluarga"
“Acaranya seru, kita banyak belajar tentang kebiasaan baik di Tzu Chi. Tadi juga belajar tentang budi pekerti, jadi kita bisa membangun kepribadian yang lebih baik,” kata Callista Maritza, siswi SMP kelas 3 Al-Izhar Pondok Labu, Jakarta Selatan usai mengikuti Kelas Budi Pekerti Tzu Chi di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara.
Sementara itu Juanita Rossa, teman sekelas Callista berjanji kepada diri sendiri untuk menjadi orang yang selalu bersemangat dan pantang menyerah. “Karena dulu waktu saya ujian nasional pernah sempat menyerah karena saya merasa tidak bisa. Saya merasa semua yang saya pelajari itu susah dan pasti tidak bisa. Ternyata tidak perlu seperti itu,”ujarnya.
Ernie Hindawati dan Nelly Kosasih dari Tzu Chi memulai kelas budi pekerti yang bertema “Berani” dengan sebuah game. Sebelum memulai game, Nelly bertanya kepada para siswa sudahkah mereka mengucap syukur usai bangun tidur. Bangun dengan tangan atau kaki yang lengkap. Sebagian siswa menjawab, “Ya” dengan suara keras, namun sebagian lagi terdengar sayup-sayup.
Setelah itu para siswa diberikan kertas untuk menulis nama dan usia. Namun tangan harus dilipat ke belakang dan menggunakan mulut untuk menulis. Tak pelak, sebagian besar hasil tulisan siswa bahkan tak bisa dibaca. Usia 15 tahun pun terbaca seperti 18. “Susah tidak menulis menggunakan mulut?” tanya Nelly kepada para siswa
“Susah,” jawab anak-anak serentak.
Setelah game, anak-anak diputarkan dua tayangan tentang dua sosok pantang menyerah meski mengalami kecelakaan yang menyebabkan keterbatasan gerak. Dua sosok tersebut adalah Guo Hua Ping dan Selina. Keduanya bahkan tampil memberikan motivasi pantang menyerah dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Awal Mula Kunjungan Sekolah Al-Izhar ke Tzu Chi
Kunjungan dari SMP Al-Izhar Pondok Labu ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan beberapa guru Al-Izhar sebelumnya ke Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng beberapa bulan lalu. Setelah berbincang dengan guru dan relawan Tzu Chi, para guru Sekolah Al-Izhar menemukan beberapa hal yang berbeda dan istimewa, yakni soal penanaman karakter siswa. Para guru pun bertekad untuk membawa siswanya berkunjung dan belajar ke Tzu Chi. Akhirnya kunjungan baru bisa dilakukan setelah para siswa melaksanakan ujian nasional.
Wakil Kepala SMP Al-Izhar, Muhammad Miftah berharap para siswa dapat melihat bagaimana kerendahhatian seseorang dalam berbagi dengan orang lain.
“Dengan dipaparkannya program Buddha Tzu Chi di mana relawan berbagi dengan orang yang kurang mampu, para siswa bisa menangkap itu. Dan tentang celengan bambu, itu merupakan sarana yang sangat baik, terutama bagi pemula. Karena bisa jadi ada para siswa yang sudah ada keinginannya bersedekah namun tak punya sarana. Dengan adanya celengan di depan mereka maka bersedekah menjadi mudah,”jelas Muhammad Miftah.
Sementara itu Hok Lay, seorang relawan Tzu Chi yang menyampaikan perkenalan secara singkat tentang Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia berharap setelah melihat misi dari para relawan, ada yang menginspirasi para siswa menjadi sosok yang lebih peduli kepada lingkungan sekitar. Terutama pihak yang membutuhkan bantuan.
“Jadi kan sekarang kalau anak jarang melihat penderitaan di sekitar kita, saya harap dengan datang ke sini mereka bisa melihat bahwa kita punya cinta kasih dan harus mengembangkan cinta kasih yang ada ini,” kata Hok Lay.
Tak lupa Wakil Kepala Sekolah SMP Al-Izhar, Muhammad Miftah dan para guru menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang menyambut hangat kedatangan mereka. Ia juga mengatakan secara keseluruhan para siswa sangat terkesan dengan kunjungan ini. Bahkan sebagian besar siswa merasa keindahan arsitektur Tzu Chi Center dan keramahan para relawannya membuat kunjungan selama setengah hari terasa begitu cepat.