Bencana Bukan Akhir Segalanya
Jurnalis : Sandy Gunarso (DAAI TV), Fotografer : Achiru Afandy (DAAI TV)Tidak mudah bagi relawan untuk menjangkau tempat pengungsian warga korban longsor di Ciwidey, Kabupaten Bandung. Jalanan berbatu disertai lumpur dan tanah liat, membuat relawan harus berusaha keras untuk dapat memberi bantuan pada warga. |
| ||
Usai berhenti bergerak, tanah merah yang terbawa air hujan, perlahan mengisi aliran sungai. Akibatnya, air sungai yang semula jernih dan dapat dimanfaatkan serta dikonsumsi warga, kini berubah menjadi keruh dan tak layak dikonsumsi. Warga kian terpuruk dalam kondisi penderitaan akibat kehilangan rumah serta kesulitan untuk memperoleh makanan dan minuman. Uluran Cinta Universal Tak mudah bagi mereka menjangkau tempat pengungsian. Jalanan berbatu disertai lumpur tanah liat yang tebal, membuat kunjungan kasih itu kian melelahkan. Bukan relawan Tzu Chi bila permasalahan itu mencegah kehadiran mereka di sana. Kerelaan para relawan, menguatkan tekad untuk terus melangkah membantu warga yang selamat melalui malam dingin di hari kedua.
Ket : - Relawan Tzu Chi Bandung memberikan selimut kepada para pengungsi korban longsor di Ciwidey, Kabupaten Bandung. (kiri) Menjelang malam, ketika itu kabut mulai perlahan turun. Seiring asap putih ini berkumpul, hawa dingin pun ikut menyergap di sekeliling wilayah pengungsian. Perjalanan yang memakan waktu 7 jam dari Kota Bandung, seolah tidak terasa saat relawan tiba di lokasi kejadian. Warga yang sudah dua malam menempati tenda pengungsian yang hanya terbuat dari terpal seadanya, mulai menuju ke arah relawan Tzu Chi. Kemudian, mereka pun didata agar selimut dapat didistribusikan secara menyeluruh dan semua warga mendapatkannya. ”Kita melihat ada bencana alam di TV, terus ada informasi dari PMI (Bandung), di Ciwidey ini ada longsor. Tadinya kita mau bawa bahan makanan, kita bertiga ini berpikir bahwa waktunya sudah mepet dan pasti sudah banyak yang memberikan bantuan makanan, jadi kita lebih baik memberikan bantuan yang belum sampai, terutama selimut,” jelas Harun Lam selaku koordinator kegiatan. Tanpa terasa, relawan Tzu Chi sudah membagikan tak kurang dari seratus selimut bermotif garis. Cara mereka membagikannya pun tergolong sederhana. Selesai membagikan di satu tenda, mereka lanjutkan dengan membagikan ke tenda berikutnya. Hingga dalam waktu dua jam, warga pengungsi mendapat satu per satu selimut.
Ket : - “Mengucapkan terima kasih kepada Bapak semua yang telah memberikan segala macam kebutuhan kami,” kata Ikha sambil menyusui anaknya. (kiri) Mayoritas tenda pengungsian itu dibangun warga seadanya di atas bukit perkebunan teh yang masih tersisa dari longsoran tanah. Kendati dingin terasa, namun warga masih mensyukuri berkah atas karunia Tuhan. Warga menyambut gembira kedatangan relawan Tzu Chi dan mengucapkan terima kasih. Pasalnya, mereka mendapat sandang untuk menghangatkan tubuh dari dinginnya udara malam hari. “Mengucapkan terima kasih kepada Bapak semua yang telah memberikan segala macam kebutuhan di tenda ini, buat saya di sini. Terima kasih atas segalanya, mudah-mudahan Allah memberikan yang lebih daripada yang bapak berikan,” kata Ikha yang duduk sambil menyusui anak semata wayangnya. Anan Juhana, Ketua RW 11 pun merasa tersanjung dengan perlakuan relawan Tzu Chi pada mereka. Ia menerima dan mengawasi langsung jalannya pembagian selimut. ”Saya mengucapkan terima kasih kepada tim dari luar kota, maupun bapak pimpinan yang sudah memberikan sumbangan kepada kami. Mudah mudahan (sumbangan) ini bisa dimanfaatkan oleh warga, dan mudah-mudahan amal dari Bapak dapat diterima oleh Gusti Allah,” kata Anan dengan santun. Bencana bukan akhir dari segalanya, melainkan awal bagi tiap insan Tzu Chi untuk belajar berbagi kasih pada sesama. Dengan tetap memberi bantuan nyata pada warga Tenjolaya, maka pemulihan mereka akan lebih cepat untuk menata kembali kehidupan mereka seperti semula. | |||
Artikel Terkait
Di Kelas Budi Pekerti Belajar Tata Krama, dan Menggali Potensi Diri
26 Juli 2024Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Palembang kembali membuka kelas budi pekerti dalam misi pendidikannya pada Minggu, 14 Juli 2024. Dibukanya kelas budi pekerti ini diharapkan dapat membentuk anak-anak seutuhnya yang selalu bersyukur dan terus belajar menggali potensi diri.
Siap Mendukung Karya Anak Bangsa
14 Agustus 2017Tzu Chi Medan menyumbangkan bibit sebagai bentuk penghijauan dan pelestarian lingkungan di Rumah Pinsil. Selain bibit tanaman, Tzu Chi Medan juga menyumbangkan buku-buku karya Master Cheng Yen untuk diletakkan di galeri seni Rumah Pinsil.