Benih-benih Kebajikan di Karawang

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
foto

* Untuk mencapai lokasi Desa Sedari, tidak dapat menggunakan jalan darat, relawan dan tim medis Tzu Chi harus menggunakan perahu melintasi sungai selama hampir 1 jam perjalanan dari desa terdekat.

Banjir memang sudah tak terlihat lagi menggenangi wilayah Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, tetapi pascabanjir, seperti biasa selalu timbul berbagai persoalan baru. Jika saat banjir warga kesulitan untuk bekerja dan beraktivitas, maka kini warga mesti berhadapan dengan rusaknya sawah dan tambak mereka, serta datangnya ancaman berbagai jenis penyakit. Batuk, demam, gatal-gatal, dan beragam penyakit kulit lainnya mendominasi dalam penanganan baksos kesehatan Tzu Chi di wilayah ini.

Persoalan Pascabanjir
Sabtu, 1 Maret 2008, siang itu tak seperti biasanya rumah Kepala Desa Sedari ramai dipenuhi orang. Kedatangan mereka yang sudah mengantri sejak pagi ini bukanlah untuk memprotes ataupun berdemo, tetapi untuk mengikuti baksos kesehatan yang dilakukan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Ya, rumah yang terbilang cukup megah di desa ini pun disulap menjadi rumah sakit dadakan sebagai tempat pelaksanaan baksos kesehatan Tzu Chi.

Dengan alat pengeras suara, relawan Tzu Chi memanggil satu per satu pasien yang datang. Warga sangat antusias memeriksa dan mengobati penyakitnya. Salah satunya Rosita (21) yang membawa putranya, Dirly (16 bulan) berobat. "Sakit sesak napas dan batuk-batuk," katanya. Meski sudah dibawa ke bidan, namun hingga kini penyakitnya belum kunjung sembuh. Bahkan kulit Dirly pun terserang penyakit gatal-gatal. "Sudah dikasih obat, bersyukur sekali ada bantuan ini," kata Rosita yang mengeluh jika sudah sebulan ini suaminya tak bisa bekerja mencari kepiting. "Kalau lagi banjir, susah, nggak bisa apa-apa," keluhnya.

Hingga sore hari pelaksanaan baksos kesehatan, berhasil ditangani 500 lebih pasien dari Desa Sedari, yang berasal dari 6 dusun, yakni: Dusun Neglasari, Telagasari, Tanjungsari, Tirtasari, Jayasari, dan Karangsari. Desa Sedari sendiri merupakan wilayah terujung dari Kecamatan Cibuaya. Selain lokasi yang sulit dijangkau-naik ojek perahu-mayoritas warga juga berpendidikan dan berpenghasilan rendah. Dari total 4.000 jiwa penduduk atau 1.338 keluarga, lebih dari separuhnya merupakan pekerja di sektor non formal, baik buruh tani ataupun tambak. "Tambak dan persawahan di sini sudah menjadi milik orang kota, warga hanya jadi kulinya aja," terang A. Rosmilah, Kepala Desa Sedari.

foto   foto

Ket : - Meski harus menempuh lokasi yang sulit, tidak menghalangi para relawan dan tim medis Tzu Chi
           melakukan baksos kesehatan dan pembagian beras di Desa Sedari, Kec. Cibuaya, Kab. Karawang. (kiri)
         - Di rumah Kepala Desa Sedari inilah baksos kesehatan Tzu Chi dilakukan untuk melayani lebih dari
           500 pasien yang terkena penyakit akibat banjir yang merendam desa ini hampir sebulan lebih. (kanan)

Jika musim hujan tiba, jangan ditanya, desa ini pasti terendam banjir. Terlebih sungai yang membelah desa mereka, sudah penuh dengan tumpukan pasir. Akibat pendangkalan sungai, maka banjir pun semakin parah, terlebih dua tahun belakangan ini. "Kami sudah mengajukan ke (Pemerintah) Propinsi untuk pengerukan sungai ini," kata Rosmilah. Dengan pengerukan dasar sungai, ia berharap banjir tak lagi datang, ataupun merendam desa dalam jangka waktu yang cukup lama.

Wanita yang sudah menjadi Kepala Desa sejak tahun 2000 ini merasa bersyukur atas partisipasi dan perhatian yang diberikan relawan Tzu Chi kepada warganya. "Alhamdulillah sangat bermanfaat sekali bagi warga kami, terlebih dengan adanya baksos kesehatan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Baru kali ini ada kegiatan sebesar ini," kata Rosmilah. "Meski rumah saya jadi berantakan, tapi saya senang karena bisa mempersembahkan yang terbaik buat warga kami," sambungnya. Dia pun berharap, meski tak ada banjir, kerja sama ini bisa terus terjalin. Selain bantuan bencana, warga Sedari juga sangat membutuhkan MCK (mandi, cuci, kakus) dan sarana air bersih. "Untuk minum, warga menadah air hujan. Air di sini asin, tidak bisa untuk minum," ungkapnya prihatin. Akibatnya, jika musim kemarau tiba, warga harus merogoh koceknya lebih dalam untuk membeli air bersih.

foto   foto

Ket : - Rubbyanto (kiri) dan A. Rosmilah, Kepala Desa Sedari saat bercerita tentang pengalaman mereka dalam
           kegiatan baksos Tzu Chi di Sedari, Kab. Karawang. (kiri)
         - Relawan Tzu Chi dan warga bernyanyi dan memperagakan lagu "Satu Keluarga" seusai pelaksanaan
           baksos kesehatan di depan rumah Kepala Desa Sedari. (kanan)

Warga Sangat Membutuhkan
Bantuan yang diberikan Tzu Chi kepada warga Desa Sedari ini sendiri berawal dari sepucuk surat permohonan Rosmilah, Kepala Desa Sedari kepada Yayasan Buddha Tzu Chi di Jakarta karena wilayahnya mengalami banjir parah sejak Februari lalu. "Setelah kami survei dan lihat langsung di lapangan, kami merasa prihatin sekali, warga sangat menderita," kata Rubbyanto, koordinator pembagian beras Tzu Chi di Karawang.

Latar belakang pemberian bantuan ini sendiri lantaran lokasi Desa Sedari yang terisolir dan paling sulit dijangkau dari desa lainnya di Kecamatan Cibuaya. "Jarang ada bantuan yang sampai ke sini," terang Rubbyanto.

Setelah disurvei pada tanggal 22 Februari 2008, ketika banjir masih menggenang, akhirnya diputuskan Tzu Chi memberikan bantuan berupa paket bantuan pangan berupa beras 20 kg, mi instan, minyak goreng, dan juga pelayanan kesehatan. Total bantuan yang disalurkan sebanyak 1.600 paket bantuan dan 500 lebih pasien ditangani dalam baksos kesehatan Tzu Chi.

Sementara jumlah relawan yang terlibat sebanyak 70 relawan Tzu Chi Jakarta dan 130 relawan Tzu Chi Karawang. Dilihat dari semangat relawan setempat, Rubbyanto yakin jika ini merupakan benih-benih cinta kasih yang sangat besar. "Ada benih-benih relawan komunitas yang bisa dibentuk di Karawang ini," ujarnya bersemangat. Seperti di tempat-tempat lain di Indonesia, benih-benih ini merupakan potensi besar yang bisa menjadi cikal bakal keberadaan Tzu Chi di Karawang. Lagu dan isyarat tangan I Jia Ren (Satu Keluarga) yang dipersembahkan relawan Tzu Chi dan diikuti relawan dan warga setempat, bisa menjadi pertanda terjalinnya persaudaraan ini.

 

Artikel Terkait

Merasakan Penderitaan Orang Lain

Merasakan Penderitaan Orang Lain

20 Februari 2014 Yayasan Buddha Tzu Chi bersungguh hati dalam membantu meringankan beban yang warga alami selama banjir berlangsung. Persiapan demi persiapan telah dioptimalkan oleh para relawan Tzu Chi.
Waisak 2558 : Bersatu Hati Menggerakkan Roda Dharma

Waisak 2558 : Bersatu Hati Menggerakkan Roda Dharma

26 Mei 2014 Minggu kedua bulan Mei merupakan sebuah hari yang istimewa bagi para insan Tzu Chi di seluruh dunia. Karena pada hari inilah para insan Tzu Chi di seluruh dunia akan merayakan hari waisak, hari ibu internasional dan hari Tzu Chi Sedunia.
Perhatian dan Dukungan untuk Pati

Perhatian dan Dukungan untuk Pati

08 Juni 2009 Seorang bocah berusia 1 tahun 8 bulan yang sejak lahir sudah tidak memiliki lubang anus. Sebagai penggantinya untuk buang air besar, dokter membuatkan lubang saluran pembuangan langsung dari perutnya. Kais adalah pasien penerima bantuan Tzu Chi. Kedatangan relawan Tzu Chi kali ini lebih bermaksud untuk melihat kondisi kesehatan Kais dan memberikan perhatian kepada keluarganya.
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -