Benih Cinta Kasih Bersemai di Keluarga Jong Thian Kong

Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto
 
foto

* Keluarga Jong Thian Kong tetap tabah dalam menghadapi hidup ini meski istri, dan kedua anaknya tidak dapat melihat dengan normal karena penyakit katarak.

Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat bagi Desi Ratnasari (16), anak perempuan pertama Jong Thian Kong (55) untuk menjalani hari-hari tanpa penglihatan yang normal. Betapa tidak, sejak usia 6 tahun ia telah kehilangan masa-masa indahnya melihat dunia. Ia tak sendirian, karena ibunya, Ratifah (49) juga telah kehilangan penglihatan normal sejak 14 tahun yang lalu, saat Intan, adik Desi terlahir ke dunia. Bahkan kini, mata sebelah kiri Intan (14) pun mulai kehilangan penglihatan. Dari keempat anggota keluarga, hanya Jong Thian Kong saja yang masih memiliki penglihatan yang normal, meski akhir-akhir ini ia pun mulai juga mengeluh karena sesekali melihat bayangan asap di depan kelopak matanya.

Itulah kondisi yang dialami oleh Jong Thian Kong sekeluarga. Keluarga yang tinggal di desa Satongm yang jaraknya 67 km dari Kabupaten Ketapang ini hidupnya sangat sederhana dan terpencil. Untuk menuju Singkawang, jika menggunakan speed boat saja mereka harus menempuh perjalanan selama 6 jam. Apa yang dialami keluarga ini terdengar oleh Suhwalin (60), seorang relawan Tzu Chi yang kebetulan mendapat informasi dari penduduk adanya satu keluarga yang hampir semuanya menderita penyakit katarak. Mengetahui informasi ini, Suhwalin segera melakukan survei untuk melihat kondisi nyata kehidupan keluarga Jong Thian Kong ini. Setelah menunggu selama 6 bulan, saat bakti sosial kesehatan Tzu Chi ke-51 di Singkawang ini mereka diikutkan screening dan ternyata lolos untuk dioperasi kataraknya.
foto   foto

Ket : - Di pagi hari yang masih gelap, relawan Tzu Chi dengan sigap mengangkat barang-barang perlengkapan
            yang akan dibawa menuju lokasi bakti sosial kesehatan di Singkawang, Kalimantan Barat. (kiri)
         - Penyambutan kedatangan relawan dan tim medis Tzu Chi di Bandar Udara Supadio, Pontianak, Kalimantan
            Barat. (kanan)

Dalam keseharian, meski mereka hidup dalam keburaman, itu semua tak membuat mereka menyerah dan putus asa. Mereka tetap berjuang dan melanjutkan kehidupan meski dunia tak lagi seindah dahulu. Desi misalnya, ia tetap membantu mamanya mencuci, memasak, dan melakukan aktivitas lainnya. begitu pula dengan Ratifah yang tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu rumah tangga. Dari kondisi mereka bertiga, kondisi Ratifahlah yang paling parah. Ia tak dapat melihat sama sekali benda di depan matanya. Intan saat ini masih duduk di bangku sekolah dasar, sementara Desi tak lagi dapat bersekolah karena kondisi penglihatannya yang buruk.

foto   foto

Ket : - Relawan Tzu Chi yang tiba di lokasi bakti sosial kesehatan disambut sukacita oleh relawan Tzu Chi
           Singkawang. (kiri)
         - Hari pertama baksos kesehatan, 22 Agustus 2008, tim medis Tzu Chi berhasil mengoperasi 37 pasien
           katarak. (kanan)

Siang itu, di rumah sakit Harapan Bersama, lokasi baksos kesehatan Tzu Chi ke-51, keluarga Jong Thian Kong tetap terlihat ceria dan bahagia. Tak terbersit sedikit pun rasa takut, apalagi minder di wajah. Yang terlihat malah kekompakan diantara mereka sebagai satu keluarga yang saling mendukung.

Setelah sedemikian lama menatap hari dalam keburaman, wajar jika Desi terlihat takut saat seorang relawan Tzu Chi bermaksud memotong kedua bulu mata yang akan dioperasi. Intan yang melihat samar-samar hal itu, segera menggenggam erat tangan kakaknya sambil terus memberikan dukungan. Saat itulah, Desi pun akhirnya terdiam dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh relawan Tzu Chi.

foto   foto

Ket : - Adik Desi, Intan dan seorang relawan Tzu Chi dengan penuh kasih sayang menenangkan Desi Ratnasari
            yang takut saat bulu matanya akan dipotong menjelang operasi katarak. (kiri))
         - Asih/Citra Dewi (30) dengan penuh kasih sayang merawat putri keduanya, Kesya (berusia sekitar 4 bulan)
            yang mata kanannya terkena penyakit kanker. (kanan)

Benih cinta kasih kini telah bersemai di keluarga Jong Thian Kong. Kesabaran, keuletan, dan ketabahan menghadapi kesulitan hidup telah membuat keluarga ini lebih kompak dalam menghadapi setiap persoalan yang datang di keluarga mereka. Kini buah kesabaran itu mulai bersemi, hari yang indah, jelas, dan penuh warna kini bukan lagi impian, karena tak lama lagi cerahnya dunia akan kembali mereka rengkuh dan rasakan.

 

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131: Cinta Kasih yang Terus Bergulir dan Berkesinambungan

Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131: Cinta Kasih yang Terus Bergulir dan Berkesinambungan

29 Juni 2022
Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Polda Sulawesi Tengah menghadirkan layanan pengobatan katarak, pterygium, dan hernia dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131 di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Kegiatan yang dilaksanakan pada 24-25 Juni 2022 di RS Bhayangkara Palu, Sulawesi Tengah ini diikuti 157 pasien.
Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi Medan

Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi Medan

01 Februari 2011 Tanggal 23 Januari 2011, bertempat di Yang Lim Plaza lantai 5, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Perwakilan Medan mengadakan acara Pemberkahan Akhir Tahun 2010 yang dihadiri oleh 2.500 orang. Acara seperti ini juga dilaksanakan di semua penjuru dunia sebelum menyambut Tahun Baru Imlek.
Sosialisasi Celengan Bambu Perdana di Podomoro University

Sosialisasi Celengan Bambu Perdana di Podomoro University

08 Juni 2018
Angeline yang merupakan seorang mahasiswi di Podomoro University dan aktif sebagai relawan Tzu Ching mengadakan sosialisasi perdana Celengan Bambu di universitasnya. Ia berusaha untuk menggalang hati para mahasiswa-mahasiswi di Universitas Podomoro.
Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -