Benih Cinta Kasih Itu Telah Tumbuh

Jurnalis : Iea Hong (He Qi Utara), Fotografer : Iea Hong (He Qi Utara)
 

fotoSuryadi dan putrinya Hilda menyerahkan celengan bambunya kepada relawan Tzu Chi untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Suryadi mengalami gagal ginjal dan harus menjalani duci darah secara rutin.

“Berderma yang sesungguhnya, bersifat tanpa pamrih serta harus disertai dengan rasa syukur.” (Master Cheng Yen)

Dari kejauhan sepasang bapak dan anak sedang berjalan bergandengan tangan. Sang bapak kira-kira berumur 35 tahunan dan anaknya berumur sekitar 7 tahun dengan rambut panjang tergerai. Kasih sayang ayah terhadap putrinya ini jelas terpancar dari raut wajahnya. Walau sedang berada di sebuah gang sempit yang dipenuhi oleh bangunan yang semrawut dengan penghuni yang cukup padat, tetapi bapak dan anak ini tetap berjalan dengan wajah penuh senyuman.

Senyuman ini terus dilemparkan ke sekelompok orang yang sedang berjalan menuju ke arah mereka. Orang-orang ini sudah sangat mereka kenal, orang-orang dengan seragam  biru-putih , abu-putih dan juga rompi bertuliskan Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi.  Hari itu tanggal 6 Februari 2011, seperti biasa para relawan melakukan kunjungan kasih rutin bulanan ke para penerima bantuan  pengobatan Tzu Chi (Gan En Hu) untuk mengetahui kondisi terbaru pasien sekaligus memberikan perhatian pada mereka.

Pagi itu jam baru menunjukkan pukul 8 pagi, tetapi sebanyak 50 relawan telah berkumpul untuk memberi perhatian kepada para pasien penerima bantuan pengobatan Tzu Chi dan juga keluarganya. Setelah mendengarkan penjelasan singkat tentang tujuan dan manfaat dari melakukan kunjungan kasih, para relawan kemudian membentuk kelompok yang terdiri dari 5-8 orang. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk berkunjung ke 2-3 rumah Gan En Hu.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebelum berangkat melakukan kunjungan kasih, para relawan terlebih dahulu mendengarkan Dharma dari Master Cheng Yen di Jing Si Books and Cafe Pluit, Jakarta Utara. (kiri)
  • Sebanyak 50 relawan melakukan kunjungan kasih. Para relawan dibagi dalam beberapa kelompok (terdiri dari 5-8 orang). Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk berkunjung ke 2-3 rumah Gan En Hu. (kanan)

Celengan Cinta Kasih
Hari itu kami berkesempatan untuk mengunjungi Suryadi yang menyambut kami di depan gang rumahnya. Dengan wajah penuh senyum dan sambutan yang hangat kami dipersilahkan menuju tempat tinggalnya yang berada di sebuah gang sempit. Sesampainya di ujung gang kami masih harus menaiki sebuah tangga kecil dari kayu yang sudah agak rusak dan cukup licin karena terkena hujan tadi pagi.

Tangga ini dibangun di atas sebuah got kecil dengan kayu dan papan seadanya. Rumah yang ditempati Suryadi beserta istri dan anaknya ini berupa sebuah kamar dari kayu dan papan tripleks yang berada di atas bangunan milik saudaranya. Kamar yang mereka tempati bertiga ini berukuran sekitar 2,5 x 3,5 meter, berdinding tripleks dengan kondisi langit-langit yang sudah rusak dan ditempeli papan seadanya.

Jodoh Suryadi dengan Tzu Chi ini bermula dari survei yang dilakukan oleh para relawan pada tanggal 12 Juni 2010.  Saat itu Suryadi yang divonis dokter menderita gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah secara rutin berada dalam kondisi yang sangat kritis. Sudah beberapa hari ia tidak bisa makan dan kondisinya sangat lemah sehingga hanya berbaring di tempat tidurnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Jodoh Suryadi dengan Tzu Chi ini bermula dari survei yang dilakukan relawan pada tanggal 12 Juni 2010. Saat itu Suryadi yang divonis dokter menderita gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah secara rutin berada dalam kondisi yang sangat kritis. (kiri)
  • Hilda, putri Suryadi menyerahkan celengan bambu ayahnya ke relawan Tzu Chi untuk dapat digunakan membantu orang lain yang membutuhkan. (kanan)

Berkat adanya jodoh ini dan bantuan pengobatan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, akhirnya Suryadi bisa melewati masa-masa kritisnya sehingga hari itu masih berkesempatan untuk menyambut kami di depan gang dekat rumahnya. Walau setiap minggu masih harus melakukan cuci darah rutin, tetapi kehidupan keluarga ini pelan-pelan sudah mulai membaik. Sang anak pun tahun ini sudah masuk sekolah kelas 1 SD. “Adik nanti kalau sudah besar juga ikut Om jadi relawan ya?” kata salah seorang relawan. Sang anak tampak tersenyum tersipu.  Sang ayah pun segera menimpali, “Ya, Hilda nanti kalau besar harus seperti om dan tante ini ya , menjadi relawan untuk membantu orang lain. Sekarang bapak dibantu mereka, nanti kalau sudah besar kamu juga harus bisa membantu orang lain,” kata Suryadi memberi semangat.

“Sekarang kalau sempat saya akan keluar untuk mencari botol-botol plastik.Satunya dihargai 100 perak dan hasil penjualannya bisa dimasukkan dalam celengan bambu untuk membantu orang lain,” kata Suryadi berkisah. Mendengar hal demikian para relawan pun merasa sangat bahagia, karena walau masih dalam kondisi ekonomi yang tidak terlalu baik tapi keluarga ini masih bisa bersyukur dan mau bersumbangsih untuk membantu orang lain.

Setelah waktu menunjukkan jam 11 siang, kami pun harus berpamitan untuk menuju ke tempat Gan En Hu yang lain, dan tidak lupa Suryadi menitipkan celengan bambunya untuk diserahkan ke Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk digunakan membantu orang lain yang membutuhkan. Akhirnya kami pun berpamitan dan membawa pulang sebuah celengan cinta kasih yang akan berguna untuk membantu orang lain yang masih memerlukan bantuan.

  
 

Artikel Terkait

Merasakan Penderitaan Orang Lain

Merasakan Penderitaan Orang Lain

20 Februari 2014 Yayasan Buddha Tzu Chi bersungguh hati dalam membantu meringankan beban yang warga alami selama banjir berlangsung. Persiapan demi persiapan telah dioptimalkan oleh para relawan Tzu Chi.
Relawan Tzu Chi di Pematang Siantar Berbagi Takjil Cinta Kasih

Relawan Tzu Chi di Pematang Siantar Berbagi Takjil Cinta Kasih

04 April 2024

Para relawan Tzu Chi di Pematang Siantar dengan semangat toleransi membagikan 250 paket takjil di depan Kompleks Perumahan Megaland, Pematang Siantar.

Berbagi Perhatian Tanpa Melupakan Kesehatan Diri

Berbagi Perhatian Tanpa Melupakan Kesehatan Diri

02 Mei 2009 Kesehatan adalah harta utama manusia. Dengan tubuh yang sehat, manusia dapat beraktivitas secara leluasa. Bagi mereka yang sakit, rumah sakit menjadi rumah sementara hingga kesembuhan menyertai. Bayangan orang terhadap para pasien rumah sakit adalah betapa rapuhnya kesehatan para penghuni di dalamnya.
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -