Benih Cinta Kasih Yang Mengobati
Jurnalis : Meiliana (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Hengky Soepargo,Meiliana,Sartono (Tzu Chi Pekanbaru) Pada tanggal 21 dan 22 April 2012, relawan Tzu Chi Pekanbaru mengadakan screening kesehatan kepada calon pasien baksos. |
| ||
Korem 031/Wirabima merupakan sebuah instansi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Pada awalnya, relawan Tzu Chi berinisiatif untuk menggalang cinta kasih dengan pihak rumah sakit tentara beserta dokternya. Gayung pun bersambut. Pertama kali Tzu Chi bekerjasama dengan Rumah Sakit Tentara melalui baksos pengobatan yang dilaksanakan di Palas 26 Februari lalu. Benih cinta kasih pun terus tumbuh dan berkembang. Hingga akhirnya Yayasan Buddha Tzu Chi dapat melakukan kegiatan baksos bersama Korem 031/Wirabima. Seorang pasien bernama Syaiful. Anak ini, ketika masih bayi hingga berusia 4 tahun, tidak ditemukan kekurangan fisik di dalam dirinya. Ipul nama yang biasa disapa dikenal periang dan suka berteman dengan siapapun. Awalnya, setiap pukul 17.30 sore senja, Ipul merasa matanya sakit dan perih. Dan di jam-jam seperti itu, Ipul menjadi pendiam. Ayah Syaiful mengaku tidak pernah mendengar keluhan apapun dari anaknya. Sang ayah yang hanya bekerja sebagai buruh kasar di salah satu perusahaan swasta mengakui kurang cermat dalam memperhatikan pertumbuhan Ipul. “Dulu awal-awal Syaiful tidak ada sakit apa-apa. Matanya pun baik-bak saja. Hingga suatu hari Ipul selalu nonton tv dengan jarak dekat. Kurang lebih 1 meter paling jauh. Dan akhirnya setiap pukul 17.30 Ipul terlihat suka murung. Sambil memejamkan mata, menelungkupkan kedua tangan dibawah kepala, ia berdiam diri terus. Ketika ia mengangkat kembali kepalanya, sudah banyak lendir putih di sekitar bola mata hitam. Hal ini terus berulang-ulang terjadi. Saya pun bingung dan menanyakan kepada Syaiful. Ada apa dengannya. Ipul pun tidak memberitahu apa-apa. Ditanya sakit ato tidak. Ipul pun menjawab tidak. Jadi saya pikir Ipul pun nggak kenapa-kenapa,” ucap ayah Ipul.
Keterangan :
Berobat pun sudah pernah dilakukan untuk kesembuhan Ipul, “Kebetulan di daerah tempat tinggal cuma ada bidan. Bawa ke bidan periksa, bidan mengatakan Ipul tidak apa-apa. Karena bidan bilang tidak apa-apa, maka saya pun anggap tidak apa-apa. Cuma Ipul setiap hari begitu di rumah. Saya pun ga tau kalo itu rabun senja. Kayak gini terus terjadi. Sampai bola mata hitam Ipul mulai mengecil, tatapan tidak fokus pada satu arah. Dan akhirnya bola mata hitam itu pecah hingga sebelah mata Ipul sudah tertutup dan sudah tidak dapat melihat lagi. Mata yang satunya pun sama. Bola mata hitam mengecil dan bergerak-gerak ga nentu. Lalu saya pun membawa Ipul ke baksos ini. Namun ternyata, kemungkinan untuk Ipul bisa melihat sudah tidak ada. Karena sudah tidak bisa dioperasi. Dokter berpesan kalo Ipul tidak boleh dibiarkan sendiri. Harus dijaga dengan baik. Tidak boleh jatuh atau pun terbentur. Saya takut, karena selamanya Ipul ga akan bisa melihat lagi. Tapi ya mudah-mudahan karna Ipul sudah hafal jalan di dekat rumah membuat dia sedikit mandiri. Dulu waktu masi bisa melihat dia sering main-main sampe ke sungai. Sekarang disuruh ke sungai sendiri pun dia bisa walo ga bisa melihat. Cuma saya tetap berharap ada sesuatu yang bisa dilakukan untuk Ipul. “ Keadaan ekonomi yang tidak mencukupi, pengetahuan yang seadanya, keterbatasan tenaga medis di lingkungan tempat tinggal mendorong keadaan Ipul semakin hari semakin kurang baik. Kedua mata Ipul tidak akan dapat melihat lagi. Walau keadaan matanya seperti ini, ketika Ipul berkomunikasi dengan relawan, Ipul tetaplah seorang anak kecil yang masih polos yang juga ingin bercanda dengan orang-orang di sekitarnya. Walau awal-awal berbicara sedikit malu. Esok hari 22 April 2012. berbeda dengan sebelumnya. Cuaca hari ini bisa dikatakan sangat panas. Langit pun cerah. Sama cerahnya dengan Bapak Charles Sianipar. Bapak yang telah berusia 48 tahun ini ingin memeriksakan mata yang dikiranya sudah menjadi katarak. Juga tumbuh daging-daging tipis di daerah sekitar mata. Seperti pasien lainnya, bapak Charles pun mendapat nomor antrian. Suatu hal yang mungkin tidak terjadi pada pasien lain. Bapak Charles memperhatikan setiap huruf yang ada di kertas pengalungan nomor antrian. Di kertas itu terdapat Kata Renungan Master yang berbunyi: “Selalu berbaik hati akan selalu memperoleh hari-hari yang baik.“
Keterangan :
“Dek… Boleh saya potong kertas nomor ini di bagian yang ada kata-katanya?“ tanya Bapak kepada seorang relawan yang berada di dekatnya. Relawan Tzu Chi pun menanyakan apa yang menginspirasi Bapak Charles sehingga beliau mau meminta kata perenungan Master Cheng Yen. “Saya jarang membaca kata-kata seperti ini. Ketika membacanya, hati saya langsung terenyuh. Cocok sekali buat saya. Saya sebenarnya ‘rindu’ sekali untuk berbuat sosial. Melihat adek yang jadi relawan, saya sebenarnya sangat kepengen. Dulu saya bekerja sebagai security dan suka membantu kegiatan-kegiatan di gereja. Karna kontrak kerja saya sudah habis dan tidak dilanjutkan maka saya nganggur sampai sekarang. Ya paling kerja bangunan lah.. Jadi kuli lepas. Sejak saat itu saya sudah jarang ikut kegiatan sosial. Jadi waktu baca kata-kata tadi membuat saya merasa rindu untuk berbuat baik.“ Relawan Tzu Chi pun memberikan bapak Charles buletin dan buku 108 Kata Perenungan Master Cheng Yen. Setelah mendapat pemeriksaan dokter, Bapak Charles pun tidak perlu dioperasi. Mata yang sudah rabun, bukan disebabkan oleh katarak. Melainkan hanya rabun biasa. Dan daging tipis-tipis yang ada di sekitar mata, bukanlah benjolan yang harus dibedah. Akan tetapi karena adanya faktor lain seperti kolesterol. Sehingga tidak perlu dibuang. ia mendapat sebuah kacamata agar dapat melihat dengan lebih jelas lagi. Melalui kegiatan baksos, kita melihat banyak macam penderitaan. Penderitaan di dunia ini, tidak dapat kita hapus. Dengan benih cinta kasih kita mengobati, merangkul dan selalu memberi kehangatan bagi mereka yang menderita sehingga dapat mengurangi beban penderitaan. Dengan melihat penderitaan orang lain akan timbul rasa syukur di dalam hati. Rasa syukur inilah yang merupakan pendorong bagi umat manusia untuk semakin giat bersumbangsih di dalam lingkaran kebajikan. | |||
Artikel Terkait
Jejak Langkah Pertama Tzu Chi di Singaraja
02 Oktober 2017Minggu, 1 Oktober 2017, sebanyak 40 orang relawan Tzu Chi Bali melakukan survei dan memberikan bantuan kepada para pengungsi di 4 (empat) desa: Les, Penuktukan, Sambirenteng, dan Tembok yang berada di Kecamatan Tedjakula, Kab. Buleleng, Bali. Bantuan yang diberikan berupa 50 buah kipas angin, 150 dus air mineral, 100 boks snack, 10 boks masker, baju layak pakai, dan juga sayur-mayur.
Bantuan untuk Korban Banjir
12 Januari 2015 Sabtu, 20 Desember 2014, relawan Tzu Chi Medan membagikan 1.200 bungkus nasi hangat untuk para warga korban banjir di Kelurahan Kelurahan Tangkahan dan Kelurahan Besar, Medan.Berkumpul Bersama, Jalin Silaturahmi dan Bersama-sama Menggarap Ladang Berkah
21 Januari 2022Setelah kondisi sudah mulai aman, para relawan di Komunitas He Qi Barat 1 mulai mengadakan pertemuan bersama dengan menerapkan prokes di Xi She Ting, Aula Jing si, Jakarta Utara.