Benih Kebajikan yang Semakin Subur

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto
 
foto

* Senyum bahagia terpancar di wajah Uce dan Enong saat melihat putra mereka, Eka yang telah dioperasi bibir sumbingnya dalam baksos kesehatan Tzu Chi ke-54 di RS Bayukarta, Karawang, Jawa Barat.

Dengan jarum infus yang tertancap di tangan kanannya, Eka Ramdani, bocah berusia 1,5 tahun itu terlihat tak nyaman. Beberapa kali tangisnya pecah di tengah-tengah kesibukan tim medis dan relawan Tzu Chi memeriksa tensi pasien yang akan dioperasi. Bernomor urut 3, selangkah lagi Eka pun akan segera masuk ke ruang operasi. Anak kedua dari pasangan Uce (35) dan Enong Maryamah (38) ini memang terlahir memiliki kelainan sejak lahir. Tak seperti bayi-bayi lainnya, bibir Eka tak menutup rapat di tengahnya, bibir sumbing.

Kondisi ekonomi orangtua yang minim, membuat Eka harus menunggu 1,5 tahun agar dapat menjadi seperti anak-anak normal lainnya. “Saya khawatir aja. Ini masih bayi, nanti kalo sudah besar gimana? Bisa minder dan diejek teman-temannya,” kata Uce prihatin. Semangat inilah yang mendorong Uce, Enong, dan keluarga besarnya untuk mencari pengobatan untuk Eka.

Seperti menemukan titik terang, akhirnya Uce dan Enong bisa bernafas lega tatkala kakak Enong, Agus (46) mendapat informasi akan adanya baksos kesehatan Tzu Chi di kota mereka, Karawang. Warga Desa Ciptasari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang ini pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Berbekal uang bantuan dari keluarga, dengan ditemani Agus, keduanya berangkat ke RS Bayukarta, Karawang, Jawa Barat dengan sebuah harapan besar putra mereka bisa mendapat bantuan pengobatan.

Jalan Terang
Sebagai buruh, penghasilan Uce memang tak besar. Bapak dua anak ini bekerja sebagai pengangkut bambu dari kebun-kebun di pedalaman desa hingga ke jalan raya untuk diangkut dengan truk besar. Pekerjaan ini cukup berat mengingat jalan yang ditempuh cukup curam, menanjak, dan berliku-liku. Pekerjaan itu pun tak setiap hari didapatnya, sehingga penghasilan selama satu hari terkadang dipergunakan untuk kebutuhan hidup selama 2-3 hari. “Ya cukup nggak cukup, dicukup-cukupin,” kata Enong lirih. Untuk menambah penghasilan keluarga, Enong pun tak tinggal diam. Ia kerap menjadi buruh tandur (tanam) saat musim tanam menjelang. Sementara jika pekerjaan utama sedang tak ada, Uce pun bisa berubah profesi menjadi buruh tani.

foto   foto

Ket : - Uce dan Enong saat menunggui giliran putra mereka, Eka, akan dioperasi. Dengan penghasilan yang
           pas-pasan, baksos kesehatan menjadi satu-satunya harapan mereka untuk mengobati putra mereka. (kiri)
         - Kebahagiaan bukan saja milik keluarga Eka (1,5) yang telah selesai dioperasi bibir sumbingnya, tetapi juga
            para relawan Tzu Chi, dokter, dan tim medis yang menanganinya. (kanan)

Dengan kondisi seperti itu, sulit bagi kedua pasangan ini untuk bisa membiayai operasi putra kedua mereka. Uce dan Enong pernah mencoba datang ke rumah sakit di Karawang untuk menanyakan biaya yang dibutuhkan untuk operasi bibir sumbing. “Katanya butuh biaya 4-5 juta, ya kami mundur teratur,” kata Uce getir. Meski begitu, keduanya tak putus asa untuk terus mencari jalan untuk mengobati putra mereka.

Sabtu, 13 Desember 2008, mimpi dan harapan Uce dan Enong terjawab sudah. Lewat operasi yang berlangsung selama 2 jam, akhirnya Eka kini bisa tersenyum seperti anak-anak normal lainnya. Sumbing di bibir Eka telah dioperasi oleh tim medis Tzu Chi. “Saya bersyukur banget. Terima kasih buat Tzu Chi yang sudah memberi jalan terang kepada kami,” ungkap Uce yang diamini Enong.

foto   foto

Ket : - Para relawan Tzu Chi mengajak semua tamu undangan dan para peserta baksos kesehatan untuk
           memeragakan isyarat tangan dalam acara pembukaan baksos kesehatan Tzu Chi ke-54. (kiri)
         - Relawan Tzu Chi Jakarta, Winarso mensosialisasikan celengan bambu kepada relawan Tzu Chi Karawang
           dan relawan baru lainnya seusai baksos kesehatan di hari pertama, Sabtu, 13 Desember 2008. (kanan)

Pertama Kali di Karawang
Setelah sukses mengadakan baksos kesehatan umum sebelumnya, kali ini para relawan Tzu Chi di Karawang mengadakan lagi pelayanan kesehatan skala besar bagi masyarakat kurang mampu di wilayah Karawang dan sekitarnya. Dibuka oleh dr Asep Hidayat Lukman, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, baksos kesehatan ini dilaksanakan selama dua hari, yakni 13–14 Desember 2008. “Kegiatan ini sangat membantu sekali bagi masyarakat yang tidak mampu, khususnya di Karawang yang jumlah warga miskinnya mencapai 30% dari jumlah keseluruhan warga di Kabupaten Karawang,” kata Asep Hidayat.

Baksos kesehatan Tzu Chi ke-54 ini melibatkan dokter dari Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia dan juga dokter serta tim paramedis dari RS Bayukarta. Menurut Rubbyanto, koordinator relawan Tzu Chi di Karawang, tujuan baksos kesehatan Tzu Chi ini adalah untuk membantu masyarakat kurang mampu dalam memperoleh pengobatan. “Sebelumnya kami telah melakukan screening (pemeriksaan awal –red) pada tanggal 3-4 Desember 2008 dan tercatat 750 pasien yang mendaftar. Tapi setelah diperiksa, hanya 391 pasien yang bisa dioperasi,” kata Rubbyanto. Tercatat 148 pasien katarak, 69 hernia, 126 bedah minor, dan 21 bibir sumbing. Sementara jumlah dokter yang terlibat sebanyak 24 orang, terdiri dari dokter spesialis mata sebanyak 12 orang, spesialis bedah 10 orang, spesialis bedah kosmetik 2 orang, dokter anastesi 5 orang, dan dokter umum sebanyak 8 orang.

foto   foto

Ket : - Perhatian yang diberikan relawan Tzu Chi, sanggup menentramkan batin para pasien peserta baksos
           kesehatan Tzu Chi di ruang pemulihan. (kiri)
         - Relawan Tzu Chi Jakarta membagikan celengan bambu kepada relawan Tzu Chi Karawang. Dengan
           menanam kebajikan setiap hari, diharapkan dapat melatih kebijaksanaan para relawan di Karawang untuk
           terus dapat mengembangkan jalinan cinta kasih. (kanan)

Meski baru pertama kali diadakan di Karawang, baksos kesehatan Tzu Chi ini dapat berjalan dengan lancar dengan adanya partisipasi aktif para relawan dari Karawang dan dukungan dari relawan Tzu Chi Jakarta. “Antusiasme relawan cukup baik,” terang Rubbyanto. Di hari pertama, tercatat tak kurang dari 100 relawan Tzu Chi yang terlibat. “Di Karawang ada 35 relawan, saya melihat ada bibit-bibit baru dari relawan yang terlibat, meski mereka belum menjadi relawan Tzu Chi. Mereka-mereka inilah yang menjadi target saya selanjutnya agar Tzu Chi di Karawang bisa terus tumbuh dan berkembang,” kata Rubbyanto optimis.

 

Artikel Terkait

Gigi Sehat, Hati Riang

Gigi Sehat, Hati Riang

24 September 2018
Hari Minggu, 16 September 2018 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 mengadakan kegiatan Baksos Gigi di Rusun Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke untuk anak-anak yang berumur 5-12 tahun. Sebanyak 93 orang anak mendapatkan pemeriksaan dengan didampingi oleh 37 relawan.
Penghijauan di “Kota Seribu Kuil”

Penghijauan di “Kota Seribu Kuil”

18 April 2011
Ketua Tzu Chi Singkawang Tetiono mengatakan bahwa untuk menjaga kesuburan bibit pohon yang ditanam, Tzu Chi juga telah menyediakan pupuk organik yang ramah lingkungan.
Suara Kasih : Menjalani Samadhi

Suara Kasih : Menjalani Samadhi

13 April 2011 Para Bodhisatwa sekalian, bagaimana cara kita menjalani hidup dalam samadhi pada kehidupan ini? Turut berbahagia atas kebahagiaan orang lain adalah kebahagiaan yang terbesar. Inilah kondisi batin yang paling jernih.
Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -