Bepartisipasi Menyelamatkan Pesisir Marunda

Jurnalis : Yu Qiaowan (Sekolah Tzu Chi Indonesia), Fotografer : Dokumentasi Sekolah Tzu Chi Indonesia

doc tzu chi

Kebahagiaan para guru TK Sekolah Tzu Chi Indonesia saat ikut bepartisipasi menanam mangrove di pesisir Marunda.

Menanam pohon mangrove (bakau) jadi pengalaman tak terlupakan bagi guru-guru TK Sekolah Tzu Chi Indonesia. Pekan lalu, Sabtu 3 Juni 2017 sebanyak 17 guru meluncur ke pesisir Marunda. Ditemani relawan dari Yayasan Mangrove Indonesia, para guru belajar menanam mangrove dan memahami urgensinya.

Saat ini pemerintah menggencarkan penanaman mangrove mulai dari Marunda sampai wilayah Kapuk. “Yayasan Mangrove membantu pemerintah menjaga tanah di pinggiran laut yang ada mangrove-nya. Tujuannya agar dari mangrove ke Kapuk itu daerahnya sepanjang pantainya ada satu daerah yang melindungi pantai. Karena mangrove bisa mencegah air pantai mengikis tepian pantai,” kata Direktur Yayasan Mangrove Indonesia, Nurul Ikhsan.

Untuk mencapai lokasi, guru-guru dari TK Sekolah Tzu Chi Indonesia berjalan pelan melewati jembatan bambu dan kayu yang diikat.

Ikhsan menambahkan sejak tahun 2009 hingga kini sudah ada 110.000 pohon mangrove yang ditanam. Ia juga menjelaskan kalau benih mangrove baru masuk dalam kondisi tanah yang stabil setelah 12 bulan kemudian.

Kondisi air yang berwarna hitam dan bau sempat membuat para guru terkaget-kaget. Ini sama sekali berbeda dari yang dibayangkan. Tapi tekad untuk dapat berbuat sesuatu bagi kelestarian lingkungan mengalahkan rasa ragu dan takut. 

“Kita harus berusaha berkembang, jangan tetap di zona nyaman dan harus berusaha melampaui kesulitan kan,” ujar Iing Felicia Joe, Kepala Sekolah TK Tzu Chi Indonesia menyemangati guru-guru lainnya.   

Sebelumya para guru sudah mengoleskan tabir surya ke kulit, juga lotion anti serangga. Untuk mencapai lokasi, mereka berjalan pelan melewati jembatan bambu dan kayu yang terlihat seperti hampir roboh. Perlahan guru-guru TK Sekolah Tzu Chi Indonesia ini pun turun ke air. Dasar tanah terdapat kulit-kulit kerang membuat telapak kakipun terasa tertusuk. Namun para guru berpikir positif dan menganggapnya dengan bercanda sebagai pijat kaki alternatif. 

Direktur Yayasan Mangrove Indonesia, Nurul Ikhsan (kaos hitam) memberikan penjelasan tentang bibit mangrove kepada rombongan dari TK Sekolah Tzu Chi Indonesia.

“Para guru mengingat pesan Master Cheng Yen untuk tidak kalah dengan kesulitan. Tanah yang berlumpur membuat para guru harus saling berpegangan,” kata Iing Felicia Joe.

Dengan tekad untuk tidak menyerah, Michelle, guru yang baru pertama kali menanam mangrove pun menemukan keseruan menanam mangrove. “Awalnya agak khawatir tapi setelah menanam bibit satu persatu dengan hati-hati kekhawatiran saya berubah jadi kebahagiaan,” ujarnya.

Sementara Maya berharap akan ada kegiatan seperti ini lagi. “Lain kali saya mau datang lagi,” ujar Maya. 

Tanah yang berlumpur membuat para guru harus saling berpegangan untuk mencapai lokasi penanaman bibit mangrove di pesisir Marunda.

Senada dengan Maya, guru lainnya bahkan mengatakan kalau ada kesempatan lagi, mereka akan membawa baju selam supaya bisa menanam lebih banyak lagi. Para guru menyatakan kekagumannya dengan komitmen Yayasan Mangrove Indonesia untuk memperbaiki kerusakan garis pantai dari abrasi.

Dari pengalaman ini guru-guru TK Sekolah Tzu Chi Indonesia juga membuktikan bahwa semua hal bisa dilakukan dari satu tekad dan semuanya dimulai dari satu bibit. Begitu juga dalam kegiatan belajar mengajar, para guru harus semangat pantang mundur dalam mendidik siswa, dan apabila sesuatu itu betul, maka lakukan saja.

Editor: Arimami Suryo A.


Artikel Terkait

Bepartisipasi Menyelamatkan Pesisir Marunda

Bepartisipasi Menyelamatkan Pesisir Marunda

08 Juni 2017

Menanam pohon mangrove jadi pengalaman tak terlupakan bagi guru-guru TK Sekolah Tzu Chi Indonesia. Pekan lalu, Sabtu 3 Juni 2017 sebanyak 17 guru meluncur ke pesisir Marunda. Ditemani relawan dari Yayasan Mangrove Indonesia, para guru belajar menanam mangrove dan memahami urgensinya. 

Gunakanlah waktu dengan baik, karena ia terus berlalu tanpa kita sadari.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -