Berawal dari Keluarga Kecil

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 

fotoAlbert Ng, relawan Tzu Chi menuturkan beberapa program pelestarian lingkungan yang dilakukan di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat kepada jemaat Gereja Santo Kristoforus, Grogol, Jakarta Barat..

 

 

“Perbuatan baik harus diwujudkan dalam tindakan nyata, kebijaksanaan yang tumbuh dari perbuatan baik ini baru benar-benar bermanfaat dalam kehidupan.” (Master Cheng Yen)

Sabtu, 29 Agustus 2009, tiga buah bis berukuran besar mulai memasuki area Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Bis tersebut membawa lebih kurang 150 jemaat Gereja Santo Kristoforus, Grogol, Jakarta Barat untuk melakukan kunjungan di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. “Ini merupakan kunjungan perdana kami di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi,” ucap Sisha Turina, salah satu peserta kunjungan.

 

Mengubah Kebiasan Hidup
Sebelumnya Sisha mengaku hanya sering mendengar tentang Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melalui televisi dan beberapa surat kabar, “Saya tahu yayasan ini sering melakukan pengobatan gratis untuk masyarakat yang tidak mampu. Namun hari ini, saya senang sekali bisa melihat langsung bagaimana perumahan yang mereka buat untuk warga bekas bantaran Kali Angke.”

Bertempat di aula serbaguna Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, para peserta mendapatkan pengenalan singkat mengenai profil Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan Perumahan Cinta Kasih. “Saya sangat terharu melihat apa yang sudah Tzu Chi buat dengan pembangunan perumahan ini,” ungkap Sisha. Melalui tayangan video yang diberikan, Sisha baru menyadari betapa memprihatinkannya kehidupan warga yang tinggal di bantaran kali. “Saya kagum, sekarang mereka telah berubah. Mereka mau meninggalkan kebiasaan hidup mereka yang kotor dan tidak teratur, menjadi lebih peduli terhadap lingkungan,” kata Sisha.

 

foto  foto

Ket : -Bagi beberapa peserta, pendekatan kepedulian lingkungan lebih mudah diterima apabila dijelaskan dengan           menggunakan aspek kesehatan. (kiri)
       - Berna, salah satu peserta mengatakan, apabila kepedulian terhadap lingkungan mulai ditanamkan sejak dari           keluarga, maka hal ini akan dapat diterapkan dalam kehidupan di masyarakat. (kanan)

Apa yang menjadi kekaguman Sisha, sebenarnya merupakan upaya dan kerja keras relawan Tzu Chi selama bertahun-tahun dalam membina warga untuk mengubah kebiasaan hidupnya menjadi lebih baik dan bersih — salah satunya misi pelestarian lingkungan. “Kami selalu mengajarkan warga untuk peduli kepada tempat tinggal mereka. Bahkan di sekolah, kami juga membiasakan anak-anak untuk mulai memilah sampah. Dan ini tidak hanya kami lakukan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi (saja), tapi sudah mulai disosialisasikan di sekolah-sekolah lain,” tutur Suriadi, salah satu relawan yang mengisi materi pelestarian lingkungan.

Aksi Kecil (Aktivitas yang Konsisten Keluarga Cinta Lingkungan)
Keprihatinan terhadap kondisi bumi-lah yang membawa jemaat Gereja Santo Kristoforus untuk belajar pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh Tzu Chi. “Kegiatan hari ini merupakan sebuah wujud nyata atas keprihatinan jemaat terhadap kondisi bumi yang semakin mengkhawatirkan. Semuanya kami mulai dengan sebuah aksi kecil yang dimulai dari keluarga. Karena kami yakin, melalui keluarga, kepedulian ini akan dapat tumbuh dan berkembang,” jelas Bruder Tri, selaku pendamping Gereja Santo Kristoforus.

 

foto  foto

Ket : - Untuk membantu warga Perumahan Cinta Kasih, Tzu Chi juga membuat sebuah ruang hasta karya yang             dapat memberdayakan perekonomian mereka. (kiri)
         -Setelah mendapatkan pengarahan mengenai program pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh Tzu Chi,             para peserta diajak untuk terjun langsung melihat lokasi Posko Daur Ulang Tzu Chi.(kanan)

Tidak hanya Bruder Tri, Bernadeth Widia juga menuturkan bahwa menurut laporan yang diterimanya dari 86 lingkungan yang berada di Paroki Santo Kristoforus, baru dua paroki yang serius menjalani program pelestarian lingkungan, padahal saat ini banjir seringkali menggenangi tempat mereka. “Saya prihatin dengan keadaan ini, oleh sebab itu kami ingin menanamkan kepedulian mereka terhadap lingkungan. Mulai dari hal kecil seperti pemilahan sampah, maupun belajar berhemat sehingga mengurangi produksi sampah,” tutur Berna.

Bukan sebuah gerakan besar yang memerlukan banyak dana ataupun tenaga, tapi justru sebuah aksi kecil yang bisa menyelamatkan bumi. “Kalau setiap keluarga melakukan hal ini, maka akan banyak keluarga yang menyelamatkan bumi,” tegas Berna.

 
 

Artikel Terkait

Sebersit Niat Baik dan Mengenggam Setiap Kesempatan

Sebersit Niat Baik dan Mengenggam Setiap Kesempatan

05 Maret 2015Sehabis operasi, papa membutuhkan  banyak darah," tambahnya. Pendonor berusia 41 tahun itu menceritakan pengalaman pahit kehilangan keluarga terdekat akibat dari keterlambatan pasokan darah. Pengalaman itulah yang mendorong niat dan tekad Rosanna untuk mendonorkan darahnya. “Selama masih diberi kesempatan untuk donor, saya akan terus melakukannya,” ujarnya.
Paket Lebaran 2022: Berbagi Kasih di Bulan Ramadan

Paket Lebaran 2022: Berbagi Kasih di Bulan Ramadan

20 April 2022

Sebanyak 1.050 paket lebaran Tzu Chi dibagikan kepada warga prasejahtera di Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.

Suara Kasih : Mendidik dengan Tepat

Suara Kasih : Mendidik dengan Tepat

19 April 2010
Jika setiap hari termotivasi untuk membantu orang lain, niat baik ini pun dapat terakumulasi dalam jangka waktu panjang. Contohnya sebuah Akademi Polisi di Thailand. Setelah mengunjungi Tzu Chi dan memahami semangat celengan bambu, kepala akademi itu pun akhirnya menyiapkan celengan bambu untuk para mahasiswanya.
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -