Berawal dari Rasa Haru
Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika UshaAhri yang dulu merasakan cinta kasih Tzu Chi, kini mulai membagikan cinta kasih yang ada dalam dirinya kepada orang lain. Semua dilakukannya sebagai wujud syukur atas berkah yang pernah diterimanya. |
| |
Sekitar tahun 2002, Ahri mulai mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melalui sebuah benjolan besar di punggungnya. “Dulu saya punya benjolan di punggung, tapi saya tidak mampu untuk berobat,” kenang Ahri. Kondisi ekonomi yang sangat minim, memaksa ayah dari enam orang anak ini harus hidup bertahun-tahun dengan benjolan tersebut. Hingga akhirnya jalinan jodoh mempertemukan Ahri dengan salah satu relawan Tzu Chi Lampung yang memberinya kesempatan untuk mengikuti operasi gratis di Jakarta. “Awalnya saya tidak percaya kalau saya akan dioperasi gratis. Tapi setelah saya menjalaninya sendiri, saya melihat sebuah ketulusan dari yayasan ini,” tegas Ahri.
Ket: - Sentuhan lembut dan perhatian yang diberikan oleh para relawan telah menyentuh hati Ahri dan menjadi inspirasi untuk bapak enam orang anak ini. (kiri) Ahri menuturkan, selama ia berada di Jakarta, ia tidak pernah merasa berada di tempat asing. Cinta kasih dan perhatian yang selalu diterimanya dari para relawan Tzu Chi membuat Ahri merasa mendapatkan keluarga baru. “Mereka memperlakukan kami seperti keluarga mereka sendiri. Bahkan mereka selalu mengingatkan apakah kami sudah makan atau belum? Sudah minum obat atau belum? Dan jujur, hal tersebut sangat menyentuh hati saya,” jelas Ahri yang mengaku tidak mengeluarkan biaya sedikit pun saat menjalani operasi di Jakarta. Seketika itu juga, Ahri langsung memantapkan hati untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi. “Cinta kasih Tzu Chi sangat besar, dan saya mau belajar seperti mereka,” ucapnya mantap. Setelah beberapa bulan pascaoperasi, Ahri langsung melaksanakan niatnya. Tanpa menunggu waktu lama, ia mulai aktif dalam berbagai kegiatan Tzu Chi dan mengoordinir para pasien yang membutuhkan bantuan pengobatan. “Sejak bergabung dengan Tzu Chi, saya rutin membawa dan menemani pasien dari Lampung untuk menjalani pengobatan di Jakarta. Saya ingin agar masyarakat Lampung yang tidak mampu juga bisa bebas dari penyakit,” tandas Ahri.
Ket: - Dalam kegiatan baksos kesehatan yang diadakan pada 6,7, dan 8 November 2009, lebih kurang terdapat 50 insan Tzu Chi Lampung yang menebarkan cinta kasih dan kebajikan. (kiri) Walaupun harus mengorbankan banyak waktu untuk melakukan kegiatan Tzu Chi, pria yang memilih berkebun untuk memenuhi kebutuhannya ini tidak pernah merasa menyesal, “Saya rela bekorban waktu dan tenaga untuk membantu, karena kalau dengan uang saya akui saya tidak mampu.” Semenjak bergabung dengan Tzu Chi, ada perubahan dalam hidupnya yang dirasakan oleh Ahri. “Entah mengapa sejak saya bergabung jadi relawan, segala bidang yang saya lakukan dan saya kerjakan mencukupi biaya kehidupan saya. Kaya bayar anak sekolah juga cukup, padahal dulu ketika saya belum jadi relawan, saya selalu kebingungan. Mungkin keikhlasan saya membantu pasien dibalas oleh Tuhan,” terangnya haru. Ditanya mengenai harapannya akan Yayasan Buddha Tzu Chi Lampung, Ahri pun menjawab, “Sejak saya bergabung (sekitar tahun 2002 -red), mungkin hanya lebih kurang 20 relawan yang aktif dalam setiap kegiatan. Tapi sekarang relawan Tzu Chi terus bertambah, dan kami juga bisa semakin banyak membantu orang. Saya berharap yayasan ini bisa terus berkembang, sehingga banyak orang yang bisa belajar untuk saling mengasihi.” | ||
Artikel Terkait
Berbagi Kasih dan Perhatian di Panti Werdha Yayasan Bina Bhakti
06 Agustus 2024Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang mengadakan kunjungan kasih ke Panti Werdha Yayasan Bina Bhakti pada 14 Juli 2024. Dalam kegiatan ini, relawan memberikan penghiburan kepada oma dan opa yang tinggal di panti.
Bantuan untuk Korban Banjir
03 Januari 2012Meringankan Duka Korban Kebakaran di Simprug, Jakarta Selatan
02 September 2022Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat (Xie Li Selatan) memberikan 170 paket bantuan kepada korban musibah kebakaran di Jl. Simprug Golf II, Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.