Berawal dari Sebuah Kekuatan Cinta Kasih
Jurnalis : Wismina (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Kho Ki Ho, Wismina (Tzu Chi Pekanbaru)
|
| ||
Hal ini memunculkan niat dalam hatinya untuk ikut melakukan penggalangan dana. Wiliyanti yang lebih akrab disapa Wiwi kemudian menghubungi relawan Tzu Chi Pekanbaru untuk bisa bersama-sama menggalang dana di kawasan Kampus UNRI. Akhirnya, setelah koordinasi dengan relawan dan mendapat izin dari kampus, niat Wiwi pun bisa terealisasi. Wiwi bersama dengan relawan pada tanggal 20 Desember 2013 melakukan penggalangan dana di kampus. “Selamat pagi teman-teman.. Perkenalkan, kita dari Yayasan Buddha Tzu Chi, meskipun berlabelkan ‘Buddha’, namun kami lintas agama, negara, suku bangsa karena cinta kasih universal menyatukan semuanya. Seperti yang kita ketahui di salah satu belahan bumi saat ini, ada saudara kita yang sedang menderita yakni di Filipina. Bencana Topan Haiyan yang melanda Filipina 8 November 2013 lalu, dimana efek dari topan ini hampir sama dahsyatnya seperti tsunami Aceh tahun 2004. Jadi di sini kita bermaksud untuk menggalang hati menggalang dana untuk disumbangkan ke Filipina. Berapa pun dana yang dikasih kita terima, yang penting dengan ketulusan hati,” demikian relawan memberikan penjelasan. Tidak sedikit teman-teman Wiwi yang memasukkan dana cinta kasih mereka ke dalam kotak dana yang dipegang oleh Xiao Pu Sa (Bodhisatwa cilik peserta kelas budi pekerti). Wiwi terus mendampingi dan membawa relawan berkeliling menggalang dana dari satu jurusan ke jurusan yang lain di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ini. Sambil menggalang hati menggalang dana, relawan juga membagikan celengan, buletin, dan buku 108 Kata Perenungan. Ada satu mahasiswi yang juga merupakan ketua Himpunan Mahasiswa (Hima) Pekon menerima buku 108 Kata Perenungan. Saat itu relawan memintanya untuk membaca salah satu Kata Perenungan dari buku tersebut dengan memilihnya secara acak. Kata perenungan yang didapatnya adalah “Senyuman, kelemahlembutan, pemberian perhatian, dan sumbangsih adalah pernyataan cinta kasih”. “Setiap orang tentunya mempunyai cinta kasih. Namun, terkadang kita tidak tahu bagaimana mengimplementasikan cinta kasih itu. Lewat kata perenungan ini kita jadi tahu bahwa senyuman, kelemahlembutan, pemberian perhatian, dan sumbangsih merupakan cara menyatakan cinta kasih,” relawan menambahkan.
Keterangan :
Setelah berkeliling, jurusan yang terakhir didatangi relawan adalah Jurusan Bahasa Jepang. Saat menemui salah satu pengurus Hima Satori (singkatan nama Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang), relawan menjelaskan maksud kedatangan mereka perkenalan singkat tentang Yayasan Buddha Tzu Chi. Pengurus Hima Satori merespon dengan penuh kehangatan dan juga menambahkan bahwa hari ini (20 Desember 2013) merupakan Hari Kesetiakawanan Sosial sehingga ia merasa kegiatan seperti ini sangat cocok. Ia kemudian mengajak relawan untuk menggalang dana di kelas. Saat itu sedang berlangsung kegiatan belajar-mengajar. Dengan bahasa Jepang, pengurus Hima Satori ini meminta izin kepada dosennya yang berkebangsaan Jepang. Setelah mendapat izin dari dosen, relawan pun memasuki kelas. “Konichiwa (selamat siang),” demikian Mina Shijie mencoba berbaur dengan mahasiswa-mahasiswi dengan menyapa menggunakan bahasa Jepang. Supaya tidak mengganggu terlalu lama kegiatan belajar mengajarnya, relawan memanfaatkan waktu dan menjelaskan singkat tentang Yayasan Buddha Tzu Chi, dan kembali relawan mendapat sambutan positif dari mahasiswa-mahasiswi ketika menjelaskan tentang maksud untuk menggalang hati menggalang dana yang akan disumbangkan ke Filipina. Sambil menggalang hati menggalang dana, buku 108 Kata Perenungan pun tidak lupa dibagikan, sementara sebagian mahasiswa menerima kata-kata perenungan dalam bentuk pembatas buku. Melihat suasana penuh keakraban, Elisah Shijie memanfaatkan kesempatan dengan mengajak para mahasiswa ini untuk bisa berkumpul kembali di lain waktu, supaya ada kesempatan menjelaskan lebih detail tentang kegiatan ini dan memperkenalkan Yayasan Buddha Tzu Chi. Sebelum meninggalkan kelas, Mina shijie mengajak para mahasiswa-mahasiswi untuk belajar isyarat tangan kata “Gan en” (Berterima kasih dengan rasa syukur). Para mahasiswa-mahasiswi dengan semangat dan bersuka cita belajar, bersama-sama dengan relawan memperagakan isyarat kata “Gan En” . Melalui DAAI TV, cinta kasih di dalam hati Wiwi terbangkitkan dan kemudian diwujudkannya dalam tindakan nyata. Dan karena adanya tindakan nyata Wiwi, ia juga telah membangkitkan cinta kasih di hati mahasiswa-mahasiswi UNRI yang rata-rata belum Wiwi kenal sebelumnya. Sebuah kekuatan cinta kasih yang telah membangkitkan puluhan, dan tidak terlepas kemungkinan yang nantinya akan menjadi ratusan, ribuan dan tak terhingga cinta kasih lainnya. Dari satu menjadi tak terhingga. | |||