Berawal dari Sebuah Niat (Bag. 2)

Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi Pranoto

fotoSelain membuat blog Ekskul Jurnalistik, Bryan dan teman-temannya juga membuat Majalah Sekolah bernama Jumanzee yang dibuat dalam bentuk PDF dan bisa diunduh secara gratis.

Bersekolah di SMA Cinta Kasih Tzu Chi juga membawa pengaruh bagi Bryan, khususnya dalam hal kedisiplinan, keteraturan, pelestarian lingkungan, dan juga budaya humanis. “Lebih teratur dan terarah dibanding sekolah-sekolah yang lain,” kata Bryan yang menamatkan SMP-nya di daerah Tangerang, Banten. Bryan sendiri mengetahui keberadaan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng dari salah seorang saudaranya yang kebetulan merupakan salah satu donatur Tzu Chi.

 

Karena itulah saat ia pindah rumah dari Tangerang ke Cengkareng, Bryan pun memilih SMA Cinta Kasih Tzu Chi sebagai tempatnya menuntut ilmu.

Pengaruh Bagi Pribadi
Salah satu kebiasaan baik yang ditanamkan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi adalah kepedulian terhadap lingkungan. Seluruh siswa dari TK sampai dengan SMA diwajibkan membawa sampah-sampah daur ulang dari rumahnya setiap hari Selasa dan Jumat. Di luar sekolah, Bryan dan teman-temannya pun tak luput dari aktivitas Tzu Chi, seperti Tzu Shao (murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi) dan pembagian kupon serta pembagian beras. Tak ayal, kegiatan-kegiatan yang tak pernah didapat Bryan di sekolahnya dahulu banyak menimbulkan kesan mendalam. “Manfaatnya kita jadi bisa lebih melihat orang yang di bawah kita. Mereka rumahnya kecil, anaknya banyak, dan kurang baik lingkungannya. Nah, hal-hal seperti inilah yang membuat kita bisa mensyukuri kehidupan kita,” ungkap Bryan yang kini juga sudah mulai bervegetarian.

Ada sebuah momen yang membuat siswa SMA Cinta Kasih Tzu Chi ini memutuskan untuk bervegetarian. Saat itu ia melihat sebuah tayangan video yang memperlihatkan bagaimana hewan-hewan itu dipotong untuk dikonsumsi. “Kasihan, nggak tega,” ungkapnya. Dari ajaran Buddha yang dianutnya Bryan pun mengetahui bahwa “fang sheng” (melepaskan makhluk hidup ke alamnya) terbaik sebenarnya adalah dengan bervegetarian. Memang tidak mudah untuk menjalaninya, terlebih-lebih di masa-masa awal bervegetarian. Terlebih Bryan sendiri pada dasarnya bukanlah orang yang suka makan sayur-sayuran. Alhasil selama sebulan bervegetarian menu makannya hanya nasi dan telur ceplok saja. Dengan bervegetarian, Bryan merasa jika dirinya kini lebih sehat dan dapat lebih mengendalikan diri. “Kita nggak makan sebanyak-banyaknya, kita makan supaya kita sehat dan bisa bekerja ataupun beraktivitas,” tukasnya. Kebiasaan Bryan yang bervegetarian ini akhirnya turut membawa mamanya juga bervegetarian. “Karena saya vegetarian, mama kalau di rumah juga masak makanan vegetarian,” katanya.

foto    foto

Keterangan :

  • Menurut Bryan, dengan membuat majalah bisa membuat banyak pesan-pesan yang bisa dibawa. Salah satunya adalah saat memasukkan kata-kata perenungan dan dharma Master Cheng Yen (kiri).
  • Berbekal pengalamannya mengikuti Lomba Desain Web— Juara Harapan II – Tahun 2008 (kelas 8/SMP kelas 3) yang diadakan Sekolah Santa Ursula, Bryan pun membuat blog Ekskul Jurnalistik dan juga Majalah Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang diberi nama Jumanzee (kanan).

Majalah Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi
Menggeluti ekskul jurnalistik merupakan suatu hal yang menarik bagi siswa yang bercita-cita menjadi dokter ini. “Dari jurnalistik saya bisa belajar sesuatu yang baru,” katanya, “saya pake kamera belum terlalu mahir, nah di sini saya bisa belajar dari teman-teman.” Dengan blog yang dimilikinya, Bryan pun mencoba mengembangkannya. Berbekal pengalamannya yang pernah mengikuti Lomba Desain Web— Juara Harapan II –  Tahun 2008 (kelas 8/SMP kelas 3) yang diadakan Sekolah Santa Ursula, Bryan pun selain membuat blog Ekskul Jurnalistik Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi juga membuat Majalah Sekolah Cinta Kasih yang diberi nama Jumanzee. Ikhwal penamaan dan arti dari “Jumanzee” sendiri Bryan tak terlalu paham, karena yang memberi nama ini pada awalnya adalah para seniornya terdahulu. “Kalau nggak salah artinya adalah ‘Jurnalistik Mandiri Sekolah Cinta Kasih’,” terang Bryan.

 Terbit perdana pada bulan November 2011, Jumanzee berisikan 22 halaman. “Kita ingin sesuatu yang beda,” tegas Bryan. Menurut Bryan, dengan membuat majalah juga membuat banyak pesan-pesan yang bisa dibawa. Salah satunya adalah saat memasukkan kata-kata perenungan dan Dharma Master Cheng Yen. Jika hanya dipublikasikan di Mading (majalah dinding) itu masih sedikit yang baca, tetapi jika di majalah tentu akan lebih luas dampaknya. “Kapan aja bisa baca,” ujarnya. Bryan yakin meski kecil dan pelan, tetapi penerbitan majalah ini pasti ada manfaatnya. Sebagai anak muda, ia pun tak lupa menyisipkan berbagai rubrik yang menarik minat generasi muda, seperti resensi film terbaru, gadget (handphone, PDA, notebook), dan game. Sama prinsipnya dengan blog Ekskul Jurnalistik Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, majalah ini pun tetap memasukkan unsur-unsur budaya humanis dan Kata Perenungan Master Cheng Yen. “Di satu sisi kita ingin mereka (pembaca) tertarik dulu untuk membaca, setelah itu baru diharapkan bisa mendapatkan manfaatnya,” tandas Bryan lancar. Cara berkomunikasi Bryan memang cukup efektif, ia bisa dengan lancar menjelaskan setiap pertanyaan dengan lancar tanpa ragu dan sungkan.

foto  foto

Keterangan :

  • Meski menyukai dunia IT (Information Technology) dan jurnalistik, ternyata Bryan justru bercita-cita untuk menjadi seorang dokter (kiri).
  • Berbagai cara dilakukan oleh para guru dalam mendidik dan menambah pengetahuan para siswa, salah satunya adalah melalui media video dan film (kanan).

Mengingat anggaran yang terbatas, majalah Jumanzee ini sendiri tidak dicetak seperti majalah konvensional lainnya, tetapi dibuat dalam bentuk Portable Data Format (PDF). Cara pendistribusiannya pun melalui media online, seperti blog Ekskul Jurnalistik Sekolah Cinta Kasih dan juga melalui media sosial lainnya (Facebook) yang dimiliki setiap anggota – bisa di-download (unduh) secara gratis. “Kita juga sebarkan info melalui Website Sekolah Cinta Kasih,” terang Bryan. Dengan cara ini setidaknya dapat membuat para peserta ekskul jurnalistik untuk semakin konsisten menjalankan tugasnya, serta menarik minat siswa lain yang ada di lingkungan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat.

Tim redaksi juga membuka ruang iklan bagi siapa saja yang berminat memasang iklan di majalah ini. “Biayanya berapa aja, seikhlasnya, yang penting bagi kita ada pemasukan,” ujar Bryan sembari tersenyum. “Soalnya kita kan sekarang masih jalan Mading fisik, kita butuh buat beli karton, lem dan lain-lainnya,” tambah Johan, anggota tim redaksi lainnya. Bryan sendiri bisa dikatakan sebagai motor dari gagasan ini. Ia yang berinisiatif mendesain dan mempublikasikannya, namun ia juga sangat menghargai sumbangsih teman-temannya yang lain. “Kita bagi-bagi tugas, ada yang meliput, foto, dan wawancara siswa-siswa berprestasi di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Setelah semuanya ada, baru saya desain,” ucap Bryan yang terkadang sering juga menulis artikel-artikel di majalah ini.  

Bryan sadar, edisi perdana ini barulah sebuah awal dari pencapaian, dan tantangan yang sebenarnya adalah bagaimana bisa konsisten menerbitkan Majalah Jumanzee ini secara tepat waktu dan berkelanjutan. Namun dengan tekad dan kerja sama yang baik, Bryan yakin akan bisa diatasi. “Dengan niat yang teguh dan luar biasa, Master Cheng Yen bisa mendirikan Tzu Chi dan bisa mengembangkannya hingga begitu besar. Nah, dalam kehidupan ini (tekad itu) harus kita praktikkan. Asal ada tekad, ada niat, pasti ada jalan,” kata Bryan sambil mengutip salah satu kata perenungan Master Cheng Yen, “Jangan meremehkan diri sendiri, setiap orang memiliki potensi yang tak terhingga.”

Selesai.


Artikel Terkait

Kebaikan Tanpa Membedakan

Kebaikan Tanpa Membedakan

18 Oktober 2011 Gatot  mengenal Tzu Chi dari pimpinannya di tempatnya bekerja. Saat pertama kali mengikuti acara Tzu Chi, ia melihat pimpinannya tersebut mengangkat-angkat kursi yang menurutnya tak lazim dilakukan oleh seorang pimpinan.
Bantuan Bagi Korban Banjir Rob di Teluk Naga

Bantuan Bagi Korban Banjir Rob di Teluk Naga

20 Desember 2021

Tzu Chi Indonesia bersama Agung Sedayu Group (ASG) memberikan 700 paket bantuan kepada warga korban banjir rob di Teluknaga, Tangerang, Banten. 

 Memanen Jahe Merah, Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Memanen Jahe Merah, Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

06 April 2020

Di tengah wabah Covid-19, masyarakat berlomba-lomba membeli Jahe Merah yang membuat harganya menjadi sangat mahal. Namun para relawan Dharma Wanita di komunitas relawan Kalimantan Timur 1 justru sedang berbahagia karena dapat memanen Jahe Merah di pekarangan rumah mereka.

Dengan keyakinan yang benar, perjalanan hidup seseorang tidak akan menyimpang.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -